PWMU.CO– Abdurrahman ad-Dakhil, awalnya sebagai pelarian politik ketika kekuasaan Umayah runtuh di tangan Abbasiyah. Hidup dalam persembunyian dia membangun jaringan dengan musuh-musuh Abbasiyah. Ketika menyeberang ke Semenanjung Iberia, dia sukses membangun dinasti Andalusia.
Joesoef Sou’yb dalam buku Sejarah Daulat Umayyah di Cordova menceritakan, tahun 750 M, ketika pasukan Abu Abbas as-Saffah merebut kekuasaan Khalifah Marwan II dari dinasti Umayyah di Damaskus, seorang pangeran muda dari Umayyah bernama Abdurrahman bin Maawiyah bin Hisyam bin Abdul Malik berusia 22 tahun lolos dari pembunuhan.
Dia diselamatkan ajudannya Baddar. Lalu hidup dalam persembunyian dengan berpindah-pindah tempat. Mencari perlindungan kepada penguasa daerah yang masih setia kepada keluarga Umayyah. Dia lari ke Mesir. Lantas pindah ke Lybia. Kemudian sampai ke kota Meknes, Maroko.
Di masa itu, Maroko masuk dalam kekuasaan amir Andalusia yang dibangun sejak Dinasti Umayyah. Penguasa Andalusia bergelar amir setara gubernur bukan khalifah. Kala itu dipimpin Amir Yusuf bin Abdirrahman al-Fihri.
Karena ada perubahan politik maka amir-amir Andalusia terpaksa menyatakan baiat kepada Abu Abbas as-Saffah, pendiri Abbasiyah yang bernama lengkap Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul-Muththalib bin Hasyim.
Di Maroko inilah Abdurrahman mulai membangun gerakan bawah tanah bersama orang-orang Umayyah yang masih setia. Markasnya kemudian pindah ke Melilah, daerah Sabtah (Ceuta), kota pelabuhan di Laut Tengah yang berhadapan dengan daratan Andalusia.
Di kota ini berkumpul para bangsawan Umayyah yang menyingkir dari kekuatan Abbasiyah. Mereka mendukung Pangeran Abdurrahman untuk merebut kembali kekuasaan Umayyah. Pangeran Abdurahman juga mencari dukungan dari suku Yamani, suku besar di Maroko.
Masuk Andalusia
Gerakan under ground ini berkesimpulan membangun kembali dinasti Umayyah paling memungkinkan adalah di tanah Andalusia yang masih dominan diperintah keturunan Umayyah.
Pasukan Abdurrahman dipimpin Baddar menyeberangi Selat Jabal Tarik memasuki kota Algeciras. Pejabat kota ini lantas baiat kepada Pangeran Abdurrahman. Amir Sevilla juga datang mendukung gerakan ini.
Pasukan yang makin besar ini menuju Sidonia. Gubernurnya Ittab bin Alkamah langsung menyatakan baiat. Dukungan juga diberikan oleh Ibnu Sabhah, Gubernur Moron. Kemudian dukungan datang dari gubernur Kordoba, Malaga, Ronda, dan Xeres.
Amir Andalusia Yusuf bin Abdirrahman al-Fihri tak membiarkan para gubernurnya yang membelot mendukung Pangeran Abdurrahman. Dia kerahkan pasukan hingga terjadi perang saudara di Kordoba. Tapi Amir Yusuf kalah. Dia menyerah dan tunduk kepada Pangeran Abdurrahman dan minta diizinkan menetap di Kordoba.
Peristiwa ini terjadi tahun 756. Enam tahun setelah hidup dalam pelarian. Dia menguasai wilayah Andalusia seluruhnya. Sejak itu dia mendapat gelar Abdurrahman ad Dakhil. Abdurrahman yang masuk Andalusia dan meraih kemenangan. Dia memerintah selama 32 tahun di Ibukota Kordoba hingga tahun 788.
Dia membangun benteng di ibukota sebagai pertahanan dari ancaman Kerajaan Romawi di Ghalia, Prancis. Kemudian dia juga membangun istana dan Masjid al-Hambra, sekolah, dan irigasi pertanian. Maka negeri ini makmur dengan ilmu pengetahuan dan hasil bumi. Istana al-Hambra yang diperluas oleh raja berikutnya menjadi jejak Islam di Spanyol.
Setelah kekuasaan dan pasukannya kuat Abdurrahman ad-Dakhil mengumumkan merdeka dari kekuasaan pusat Abbasiyah di Baghdad tahun 763. Akibatnya Khalifah al-Manshur mengirim pasukan dipimpin al-Mughis al-Yahshibi.
Terjadilah perang daerah Sevilla. Pasukan Abdurrahman menang. Pejabat-pejabat yang setia dengan Abbasiyah pun disingkirkan. Abdurrahman ad-Dakhil meninggal tahun 788 di usia 61 tahun.
Kerajaan Asturia
Di dalam wilayah Andalusia masih terdapat wilayah Kristen bangsa Visigoth yaitu Kerajaan Asturia yang diperintah Raja Fruela (757-768). Kekuasaannya meliputi Leon, Astorga, Simancas, Zamora, Salamanca, Ladesma.
Saat Abdurrahman ad-Dakhil berkuasa, Raja Fruela langsung memohon pengakuan dan menyatakan tunduk kepadanya. Kerajaan ini mendapat perlindungan dari Abdurrahman ad-Dakhil dengan membayar jizyah atau upeti.
Fruela tak mau mengalami nasib seperti Raja Malaga, Atanagild, yang melawan Abdurrahman. Kerajaan ini diperangi pasukan Abdurrahman tahun 756 dan dikuasai. Abdurrahman juga perlu bersekutu dengan Asturia untuk membendung ancaman Kerajaan Romawi Pepin III.
Kerajaan Asturia ini kelak lambat lain berkembang menjadi Kerajaan Castille dan Aragon yang delapan abad kemudian yakni tahun 1492 menggerogoti wilayah Islam di Andalusia di bawah perintah rajanya Ferdinand (1452-1516) dan Ratu Isabella (1451-1504).
Penulis/Editor Sugeng Purwanto