PWMU.CO – Terbunuh Stigma Antarkan Mahasiswa UMM Sabet Juara. Shafira Firdausa Brilliani meraih juara tiga dalam perlombaan nasional Promosi Video Kesehatan Mental yang diselenggarakan oleh Asosiasi Psikologi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APSI PTM) pada Rabu (9/6/2021) lalu.
Mahasiswi Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu mengaku membuat video edukasi kesehatan mental dengan maksud memberikan pemahaman kepada masyarakat Indonesia tentang kesehatan mental yang masih belum maksimal.
“Hal ini terbukti dengan masih banyaknya orang yang menyepelekan gangguan mental dan enggan untuk pergi ke psikiater ketika mengalaminya,” terang Brilliani.
Sebagai seorang yang berkecimpung di bidang kesehatan mental, Brilliani mengaku prihatin dengan stigma negatif yang ada di masyarakat.
“Banyak orang yang mengalami masalah kesehatan mental. Mereka hanya memendamnya sendiri dan tidak ingin mendapat bantuan profesional. Bahkan ada yang tidak sadar bahwa mereka tengah berada di kondisi mental yang tidak baik,” katanya.
Menurt Brilliani, stigma negatif masyarakat terhadap pengidap gangguan mental nyata adanya. Namun orang-orang tidak ingin pergi ke psikolog maupun psikiater untuk berobat, karena alasan malu diolok-olok sebagai orang gila.
“Lebih parah lagi, takut dianggap sebagai aib keluarga. Kalau hal ini terus berlanjut, bisa-bisa orang yang mentalnya tidak sehat malah ‘terbunuh’ karena stigma tersebut,” ungkap mahasiswi kelahiran Bangkalan tersebut.
Garap Video selama Tiga Pekan
Mahasiswi Psikologi UMM semester dua ini bercerita untuk membuat satu video ini, ia memerlukan waktu hampir tiga pekan.
Proses tersebut meliputi kesiapan materi, konsep video, properti, proses syuting, sampai editing. Hebatnya, Brilliani melakukan semuanya sendiri.
“Dari semua proses produksi, kendala terberat yang saya alami adalah waktu. Saya harus pintar-pintar membagi waktu untuk kuliah, menjadi parttimer, dan membuat video,” tuturnya.
Dia juga mengaku tidak memiliki kamera profesional, “Untungnya ada teman yang bersedia meminjamkan kamera kepada saya untuk berkarya dan memenangi lomba ini. Untuk kendala editing, untungnya tidak ada, karena saya sudah ada bekal editing sejak SMA,” imbuh Brilliani.
Pada awalnya, dia mengaku sempat minder karena hampir semua peserta tergabung dalam berkelompok, sementara dirinya hanya ikut secara individu.
“Videonya juga keren-keren. Namun, Alhamdulillah saya berhasil memperoleh juara tiga. Saya juga tidak berencana berhenti sampai di sini saja, tapi akan mengembangkan kreativitas sehingga bisa mengikuti dan memenangi kompetisi lainnya,” pungkasnya. (*)
Kontributor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni