Menampar Muka Presiden oleh M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan.
PWMU.CO– Menarik peristiwa penamparan wajah Presiden Prancis Emmanuel Macron yang videonya beredar pekan lalu. Penampar, Damien Tarel, memang tidak menyukai Macron dengan alasan tukang bohong.
Ia akhirnya dihukum penjara empat bulan. Damien menyatakan, sebenarnya tidak berniat menampar Macron tetapi ketika melihat wajahnya yang bersahabat tapi tukang bohong maka secara spontan ia merasa jijik dan menamparnya.
Di sini, bergulir isu politik Presiden Jokowi ingin memperpanjang masa jabatan hingga tiga periode. Seketika ia membantah dan menolaknya.
Dalam video bantahan yang dibuat, dengan raut wajah serius Jokowi menyatakan, ada tiga kemungkinan orang yang mendorong agar menjabat tiga periode. Pertama, ingin ”menampar muka saya.” Kedua, mencari muka. Ketiga, ”ingin menjerumuskan saya.”
Tercatat awal sudah dua politisi yang mendukung agar Jokowi maju lagi untuk periode ketiga yaitu Waketum PKB Jazilul Fawaid dan mantan Waketum Partai Gerindra Arief Poyuono.
Kini muncul Komunitas Jokpro 2024 pimpinan M Qadari yang memasangkan Jokowi dengan Prabowo untuk Pilpres 2024. Qadari yakin pasangan ini akan menang. Atas usulan ini belum ada sikap dari Jokowi sendiri.
Jokowi harus menunjukkan sikap konsisten untuk menolak bahkan menegur gerakan Qadari. Jika Jokowi diam maka rakyat akan menduga bahwa Komunitas Jokpro itu muncul atas restu atau buatan Jokowi sendiri.
Rang tak percaya kalau Jokpro gratisan. Apalagi untuk perjuangan tiga periode harus mulai bergerilya mendapat dukungan dari partai-partai di DPR untuk mengamandemen konstitusi.
Dalam acara temu Relawan Nasional, Jokowi menyatakan, ”Ada saatnya saya tentukan arah kapal besar relawan Jokowi.” Pernyataan ini dikemukakan setelah melihat bahwa relawan telah ditarik-tarik untuk mendukung Capres-Cawapres 2024.
Nah kemunculan Jokpro 2024 pimpinan Qadari menimbulkan dugaan bahwa Jokowi telah memberi jawaban atas arah yang dimaksud.
Sebenarnya masih samar jawaban itu. Pertama, siapkah Prabowo sekadar menjadi Cawapres. Kedua, mungkinkah PDIP mendukung Jokowi kembali.
Tidak mudah tampaknya PDIP membuang Puan Maharani dalam percaturan Pilpres 2024. Upaya keras untuk sukses pasangan Prabowo-Puan menjadi buyar. Hubungan Jokowi dengan Megawati juga tidak terlalu erat, bahkan dalam beberapa hal bertolak belakang. (*)
Bandung, 20 Juni 2021
Editor Sugeng Purwanto