Tetapi dia hadir menjadi kekuatan pergerakan kemerdekaan dan kekuatan memajukan bangsa. Bahwa perempuan itu sama mulianya harkat derajatnya dengan kaum laki-laki sebagaimana mulianya kaum laki-laki sebagai ciptaan Allah. Dan bahkan tahun 1928 Aisyiyah lah termasuk salah satu pilar pendiri dan penggagas kongres wanita pertama Indonesia.
Tahun 1945 ketika bangsa ini hampir pecah, Ki Bagus Hadikusumo dengan mediasi Kasman Singodimedjo dan tokoh-tokoh Islam yang tergabung di dalam Piagam Jakarta merelakan tujuh kata demi utuhnya bangsa dan negara. Biarpun mungkin bagi sebagian ahli sejarah bahwa di situ ada sedikit siasat yang tidak fair, tetapi sejarah telah menciptakan takdirnya sendiri di mana sumbangsih Muhammadiyah dan Islam untuk Indonesia yang sebenarnya mayoritas, jika mau memaksakan kehendak pasti bisa.
(Baca: Haedar Nashir: Di Muhammadiyah Ada PRIA yang Bukan Laki-laki)
Tetapi jiwa toleransinya, jiwa cinta tanah airnya melebihi dirinya. Itulah panggilan Islam untuk Indonesia. (Redaksi: tentang hadiah terbesar umat Islam ini bisa dibaca: Drama Kelahiran NKRI dengan Tiga Pemeran Tokoh Muhammadiyah dan Drama di Balik Pencoretan 7 Anak Kalimat Pancasila Versi 22 Juni)
Maka kalau hari ini ada segelintir orang, apalagi kalau hanya satu orang yang ingin menguji ke Indonesiaan dan kebhinekaan dengan berbagai ucapan dan ujarannya yang melukai umat Islam dan melukai kebhinekaan bangsa. Maka sesungguhnya itu merupakan bentuk dari ketidakpahaman sejarah.
Sebaliknya jika kalau ada para petinggi negeri dari pusat sampai bawah yang tidak atau kurang mengapresiasi kehadiran Islam dengan berbagai pandangan yang negatif, maka maafkan mereka dan kita ajak sejak hari ini, lihatlah sejarah masa lampau dan masa depan. Islam Indonesia adalah Islam yang cinta negeri, cita bangsa dan cinta tanah air.
(Baca: Ketum PP Muhammadiyah: 3 Hal yang Membuat Kasus Ahok Jadi Sorotan)
Ketika bangsa ini berada di jalan yang lurus, berprestasi terbaik dan mengukir banyak kesuksesan, Insya Allah Muhammadiyah dan seluruh komponen umat Islam akan memberikan penghargaan dan mengedepankan Al-amru bil ma’ruf di dalam dakwah dan peranannya.
Sebaliknya, kalau ada langkah-langkah yang menyimpang dari cita-cita para pendiri bangsa, merugikan umat Islam dan masa depan bangsa. Maka Muhammadiyah dengan kepribadiannya, dengan caranya yang tegas prinsip tetapi juga selalu berkata jujur apa adanya akan melakukan nahi munkar sebagai bagian dari mengisi dakwah Muhammadiyah.
(Baca: Haedar Nashir: Belajar dari RSI Purwokerto, Pentingnya Bangun Strategi Taktis untuk Selamatkan Aset)
Maka siapa pun tak perlu mencemaskan Islam dan Muhammadiyah. Insya Allah. Muhammadiyah bersama seluruh komponen bangsa, termasuk di Jawa Timur akan menghadirkan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Selanjutnya halaman 5