PWMU.CO – Empat pesan disampaikan Syaifuddin Zuhri, Pengurus Panti Asuhan (PA) dan Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Mizan Lamongan, pada acara Penyerahan Santri Purna Asuh kepada Orangtua, Ahad (20/06/2021).
Pesan pertama, giatkan tradisi iqra’. Zuhri mengatakan, tradisi iqra‘ (membaca) adalah salah satu tradisi yang dibangun Pondok Pesantren Al-Mizan dan harus tetap diterapkan di kehidupan sehari-hari.
“Ketika sudah berada di rumah maka terapkan tradisi itu, tetap membaca al-Qur’an, jangan sampai jauh dari al-Qur’an. Karena dengan tradisi Iqra’ itulah, Islam berkembang pesat dan deras, secepat angin bertiup dan sederas air mengalir,” katanya.
Kedua, pegang teguh pesan ustadz dan ustadzah. Dengan mengutip kata-kata mutiara bahasa Arab (mahfuzhat) man jadda wajada yang berarti b siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil, Zuhri berharap kepada semua alumni Al-Mizan untuk selalu berpegang pada pesan para guru.
“Apa yang telah disampaikan oleh dewan ustadz dan ustadzah selama di pondok pesantren, harus kita laksanakan, dan kira terapkan di kehidupan kita dengan bersungguh-sungguh. Agar apa yang telah kita impikan, akan kita dapatkan,” tandasnya.
Ketiga, carilah teman yang baik. Ketika sudah kembali ke rumah masing-masing dan menjadi alumni, Zuhri berharap, santri-santri Al-Mizan bisa menyinari teman-teman yang kurang baik.
“Teman yang paling baik yaitu teman yang bisa menunjukan kepada kebaikan. Maka, teman seperti itulah yang harus dipilih setiap orang. Kalau temannya kurang baik, maka kita lah yang harus memberi contoh,” ucapnya.
Keempat, hindari sifat malas. Mengutip mahfuzhat “sifat malas itu suatu penyakit” Zuhri berpesan kepada para lulusan agar menghindari sifat malas.
“Penyakit itu akan membawa kepada akibat yang buruk. Maka teruslah bersemangat, terus menuntut ilmu. Jika ada kemauan, pasti ada jalan,” tegasnya.
Berdoa dan Bertawakkal
Selain empat pesan di atas, Syaifuddin Zuhri juga mengingatkan kepada para alumni untuk tetap berusaha dan berdoa kepada Allah agar ilmu yang telah diperoleh bermanfaat semua.
“Momen seperti ini adalah kesempatan yang sangat baik, bagi para pengasuh yang lama maupun yang baru. Karena sekarang ini saatnya untuk menyerahkan kembali anak asuh kepada orangtua masing-masing,” ujarnya.
Anak asuh pengabdian, sambungnya, telah dididik dan digembleng di pondok pesantren. Ibarat senjata pedang sudah ditempa, dibakar, sehingga terbentuk menjadi pedang yang sempurna. Bentuknya adalah menjadi kader yang tidak mengecewakan.
“Ilmu yang kita dapatkan selama menjadi santri dan mengabdi di Pondok Pesantren harus dijariyahkan kepada lingkungan masyarakat. Jangan sampai terkena penyakit TBBT (tutup buku, buka terop). Tapi santri Al-Mizan harus diusahakan minimal S1,” harapnya.
Acara yang digelar di Masjid Al-Mizan ini juga dihadiri oleh Direktur Al-Mizan Mujianto, Kepala Bagian Panti Asuhan Ahmad Fanani, ustadz-ustadzah, wali santri, dan santri anak asuh dengan tetap menerapkan protokol kesehatan Covid-19.
Pesan Direktur Pesantren
Direktur PP Al-Mizan Mujianto berterima kasih kepada para ustadz pengabdian yang telah membantu demi kemajuan Al-Mizan.
“Kami berdo’a, mudah-mudahan apa yang telah dilakukan selama pengabdian terhitung sebagai amal jariyah dan dibalas oleh Allah SWT,” katanya.
Dia juga mengucapkan permohonan maaf jika dari pengasuh atau ustadz-ustadzah ada tingkah atau ucapan yang kurang pantas, “Dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, anak asuh PA Al Mizan kami serahkan kepada wali santri,” ujarnya.
Menambahkan empat pesan sakti yang ditutukan Pengurus Pesantren, Mujianto juga berpesan, ketika sudah keluar dari Al-Mizan, para lulusan diharapkan tetap melanjutkan ke perguruan tinggi.
“Nggak usah berpikir nggak punya modal. Pokonya kita menyerahkan urusan kita kepada Allah. Anak-anak jangan sampai takut dengan penyakit yang mengganggu kemalasan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Harus tetap semangat melanjutkan,” tegasnya.
Dia menambahkan, pertemuan ini tidak hanya seremonial semata, tapi harus dijadikan bahan untuk membuka inspirasi, “Pertemuan ini kita jadikan manfaat, karena kelak kita ingin masuk surga bersama-sama dengan barisan nabi Muhammad SAW,” ucapnya.
Al-Mizan Sekolah Kader Muhammadiyah
Dia mengatakan, Al-Mizan adalah salah satu sekolah pengkaderan, dan kita semua adalah kader, maka seorang kader harus mempunyai jiwa-jiwa semangat dan sungguh-sungguh.
“Seorang kader itu jangan sampai melupakan shalat, jangan sampai merasa pahala sudah banyak, jangan sampai lupa membaca al-Qur’an, walaupun hanya beberapa ayat,” katanya.
Mujianto melanjutkan, kader Al-Mizan harus berani bergerak, terutama menggerakkan di kampus serta menggerakkan masyakarat. Ketika di rumah harus menjadi contoh yang baik.
“Hidupmu nanti akan enak kalau yang kamu pegang itu restu orang tua. Jangan sia-siakan orang tua, jangan lupa dengan ustadz-ustadzah. Walaupun kalian kuliah, tapi kalau tidak baik sama orangtua, maka tidak akan berkah. Begitu juga walaupun nanti Kalian sudah menjadi atasan, profesor, DPR, Bupati, dll, harus tetap ingat kepada Al-Mizan. Karena kita bisa seperti itu salah satunya berkat Al-Mizan,” tandas Mujianto.
Sementara itu, Ketua Bagian Panti Asuhan Ahmad Fanani berpesan, kalau ingin menjadi orang yang pintar, maka bergaullah dengan orang yang pintar, agar kita menjadi orang yang pintar.
“Setiap orang berpotensi menjadi orang-orang yang sukses. Kita harus bisa merubah merubah diri kita, yang awalnya nggak baik, maka kita harus merubah menjadi baik. Kita harus bisa menunjukkan kepada seseorang bahwa kita adalah orang yang baik dan berilmu,” pesannya.
Dia berpesan agar santri Al-Mizan memiliki mimpi setinggi langit, “Bermimpilah setinggi langit, jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang. Dan harus mempunyai motivasi menjadi seseorang yang sukses.” (*)
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni