PWMU.CO – Cerita di Balik Proses Kreatif Buku To be a Champion. Buku dengan cover berwarna orange yang dijadikan kado Milad Ke-20 Spemdalas, Sabtu (26/6/21) menyimpan cerita menarik dari para penulis.
Buku yang ditulis 43 guru SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) Gresik membutuhkan waktu sekitar empat bulan yang dimulai dengan kegiatan workshop kepenulisan opini yang diselenggarakan secara online, Jumat (22/1/21) lalu.
Paksa Diri untuk Menulis
Cerita datang dari Dra Munawaroh. Pengajar al-Islam dan Ke-Muhammadiyahan ini pun harus memaksakan diri untuk menulis sesuai apa yang telah ditentukan panita internal sekolah, di tengah-tengah kesibukan mengajar secara online saat pandemi
“Kalau hal ini tidak dilakukan, maka tidak akan bisa menghasilkan karya terbaik,” ujar lulusan S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 1991 ini, Senin (28/6/21)
Dia memaparkan sesibuk apapun, kalau ada kemauan untuk menulis ya pasti akan ada wujud berupa tulisan. Kalau ada kemauan dan menggunakan waktu yang bagus, tulisan yang kita kehendaki pasti bisa.
“Sejelek apapun tulisan, kita harus paksa diri untuk menulis. Sampai-sampai muncul dalam hati saya, kog tidak dari dulu sekolah ini memaksa guru untuk menulis,” katanya.
Membaca Alam Sekitar
Dia mengungkapkan yang tidak kalah pentingnya lagi, kita harus membuka lebar wawasan berpikir. Kita harus membaca sekitar kita, tidak sebatas membaca buku, namun juga membaca lingkungan sekitar kita. Membaca kejadian-kejadian walaupun.
“Intinya, tidak boleh cuek,” tekannya.
Bagi guru yang memiliki motto, kehidupan serba mungkin, jika satu tidak mungkin cobalah dengan kemungkinan yang lain ini telah menghasilkan tulisan opini yang berjudul Bentuk Pribadi Juara Sejati.
“Dalam opini tersebut, saya menguraikan bagaimana menjadi anak juara tidak sekadar bergantung kemampuan dirinya sendiri tetapi perlu dukungan dari pihak lain,” ujarnya.
Berguru pada Anak
Berbeda dengan Endang Suprapti SPd. Guru lulusan Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang tahun 1994 ini mengaku kesulitan dalam mencari ide yang ter-update dan layak ditulis.
“Bukan masalah usia, tetapi terkait dengan informasi milenial yang dimiliki sehingga sedikit sudah menulis opini,” tuturnya.
Bagi guru yang hobi memasak ini supaya masalah tersebut teratasi dia pun nekat ‘berguru pada anak’ dalam menulis. “Dia alumnus Spemdalas yang memiliki kemampuan menulis juga. Maka, saya pun diskusi dalam menemukan ide dan gagasan yang layak ditulis.”
Dalam antologi tersebut, dia menulis opini berjudul Belajar Berproses, Berprogres, dan Berkarya. Di tulisannya, guru matematika ini berargumen untuk menjadi juara memang tidak mudah. Butuh usaha dan upaya dalam mewujudkannya.
“Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah menciptakan mental juara,” tandasnya. (*)
Penulis Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.