Obituarium Muhammad Ghozi, Tinggalkan Anak Kembar Hafidh Quran, ditulis oleh Fathurrahim Syuhadi, Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan.
PWMU.CO – Muhammad Ghozi MPd adalah guru matematika. Ia beruntung sekali karena kedua anak kembarnya hafal al-Quran. Anak pertamanya juga jagoan robotik yang mengikuti kompetisi sampai ke luar negeri.
Menurut putranya Muhammad Alfi Maulana Fikri. ayahnya rajin puasa Senin Kamis. Tidak lupa selalu shalat Tahajud dan Dhuha. Pembawaannya tenang dan sabar.
Muhammad Ghozi mengajar di SMA Negeri Paciran Lamongan almametef Prof Biyanto, Wakil Sekretaris PWM Jatim dan Guru Besar UINSA Surabaya. Ia menjadi guru Matematika yang dikenal penyabar. Di samping itu mendapat tugas tambahan sebagai wakil kepala bidang sarana.
Selain bertugas di SMA Negeri ia mengajar di Madrasah Aliyah Muhamamdyah (MAM) 6 Payaman Solokuro Lamongan. Ia mengajar hampir 20 tahun.
Ia juga ikut membidani berdirinya SMP Muhammadiyah 28 yang berlokasi di Desa Kandangsemangkon Paciran. Kemudian ia menjabat sebagai wakil kepala Sekolah.
Muhammad Ghozi di sekolah dikenal sebagai guru yang menggerakkan jamaah shalat Dhuhur. Tak segan ia membimbing dan mengarahkan agar muridnya istikamah berjamaah.
Riwayat Hidupnya
Muhammad Ghozi pemilik nomor baku Muhammadiyah (NBM) 730091 ini lahir di Desa Payaman Solokuro Lamongan pada tanggal 7 Februari 1970. Ia anak ke-4 dari 11 bersaudara dari pasangan Syuhadi dan Shofiyah.
Ayahnya adalah aktivis dan guru Muhammadiyah di desanya. Sedangkan ibunya adalah pedagang polowijo
Ghozi, panggilan akrabnya, menyelesaikan pendidikan di MIM Payaman lulus 1983. Lalu melanjutkan ke SMPN Paciran lulus tahun 1986. Sedangkan SMA ditempuh di SMAN Sukodadi lulus tahun 1989. Ia adik kelas Suli Daim, Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim.
Sejak MIM sampai SMA Ghozi yang sangat menyukai pelajaran Matematika ini selalu rangking teratas. Sewaktu SMA ia dipercaya sebagai Ketua OSIS.
Selepas SMA ia melanjutkan ke ITS (Institut Teknologi Sepuluh November). Ia mengambil program pendidikan diploma III Jurusan Matematika dan lulus pada tahun 1992. Pendidikan sarjananya diselesaikan di Ternate. Sedangkan pascasarjananya dirampungkan di Jombang.
Pada tahun 1993 Ghozi mendapat penugasan ke SMAN Malifut Maluku Utara. Ia bersama beberapa alumni ITS dan Unair ditugaskan mengajar ke luar pulau Jawa.
Pada tahun 1999 pascareformasi terjadi huru-hara antarsuku dan antar kampung. Rumahnya di Tobelo yang terletak di antara dua kampung menjadi sasaran pembakaran. Rumah dan isinya ludes dimakan api
Seluruh dokumen pribadinya habis, termasuk ijazah yang dimiliki. Ia bersama keluarganya terpaksa mengungsi ke hutan berpekan-pekan dengan bayi pertamanya yang berusia 6 bulan.
Berawal dari musibah ini. Ghozi mutasi ke Jawa pada pertengahan tahun 2000. Saat itu yang menjadi Kepala Kanwil P dan K Drs H Rasiyo MSi, mantan Kepala SMPN Paciran.
Ghozi bernasib baik. Ia ditempatkan di SMAN Paciran sampai wafat dengan kepala sekolah yang berganti sebanyak enam kali. Jabatan terakhirnya sebagai waka sarana prasarana.
Sebagai alumni perguruan Muhammadiyah dan aktivis organisasi maka ia terpanggil untuk mengabdikan dirinya. Maka pada tahun 2001 ia mulai mengajar di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 6 Payaman. Ghozi mengajar pelajaran Matematika
Pada tahun 2012 ia bersama H Mardiono, dan H Agus Thoha merintis berdirinya SMPM 28 Paciran yang berlokasi di Desa Kandangsemangkon Paciran. Selain menjadi guru di SMPM ini ia mendapat amanat sebagai wakil kepala sekolah.
Aktif di Organisasi
Saat sekolah di SMPN Ghozi sudah aktif di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kelompok Desa Payaman. Kemudian aktif di IPM Kelompok Lamongan saat nyantri di Al Khoiriyah Ndapur Lamongan.
Pada tahun 1992 ia mengikuti Latihan Instruktur Dua di Tlogomas Malang yang diselenggarakan PW IPM Jawa Timur. Saat itu yang menjadi ketuanya Miftahul Abror Wijisaksomo, mahasiswa ITS.
Di samping aktif di IPM Ghozi juga aktif di Pimpinan Cabang IMM Lamongan sebagai anggota Bidang Iptek periode 1992-1995. Sebagai Ketua IMM-nya saat itu Amar Saifudin, MM.
Di Pemuda Muhammadiyah Ghozi menjadi Wakil Sekretaris Bidang organisasi Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Lamongan periode 2004 -2009. Saat itu sebagai ketuanya M Said MPd.
Di Persyarikatan Muhammadiyah ia aktif di Pimpinan Ranting Muhammadiyah Kandangsemangkon. Mulai mula sebagai Anggota Majelis Dikdasmen 2005-2010 dan 2010-2015. Pada periode 2015-2020 Ia menjabat sebagai Kordinator Bidang Pendidikan.
Perkawinann dengan Dwi Rahmani gadis asal Sragen yang sama-sama merantau pada 31 Maret 1998. Pernikahannya dilakukan di Tobelo Maluku Utara dan dikaruniai empat orang anak.
Mereka adalah Muhammad Alfi Maulana Fikri mahasiswa semester akhir ITS Jurusan Tehnik Komputer. Ia mahasiswa berprestasi di bidang pemprograman tobotik.
Alfi panggilan akrabnya mewakili ITS ke Taiwan, Australia, dan Korea. Ia mendapat juara bersama timnya.
Sedangkan nomor dua dan tiga kembar. Ia adalah Muhammad ‘Aalim Nuruddin Zaki dan Muhammad Allam Imaduddin Zaki. Keduanya lulusan MTsM Pondok Karangasem Paciran.
Alim dan Alam panggilan akrabnya sejak kelas satu MTs sudah hafal al-Qur an. Keduanya juga aktifis Hizbul Wathan dan IPM. Disamping itu juga, keduanya adalah duta robotik bila even lomba dipastikan keduanya diikutkan.
Alam pandai literasi. Ia menulis antologi puisi berjudul Jeritan Kaum Faqir. Alam mendapat penghargaan dari Kementrian Agama Lamongan pada program Gerakan Literasi Madrasah (Gelem) tahun 2019 saat HUT Kemenag.
Muhammad Al-Fatih Mahir Zed. Berusia dua tahun empat bulan. Saat ia berusia enam bulan, ibunya sakit kanker payudara. Keluarga ini harus bolak-balik ke RS Semen Gresik selama satu tahun lebih. Al Fatih, panggilannya sangat dekat dengan ayahnya
Kata Orang Dekatnya
Ketua Umum PC IMM Lamongan periode 2017-2019 Musa Kubuwono mengatakan, Muhammad Ghozi adalah guru yang sangat sabar. Juga guru yang menyengangkan.
“Pak Ghozi adalah guru matematika yang paling enak. Apalagi matematika pelajaran kesukaan saya. Seringkali beliau memotivasi menyuruh saya kuliah jurusan matematika. Buku-buku mata kuliah beliau mau diberikan ke saya. Tapi saya memilih kuliah di STIE Muhammadiyah. Semoga beliau mendapat tempat di surga,” ungkapnya.
Dalam pandangan Ustadz Hartono SPd—sahabat dan pegiat HW Lamongan—Muhammad Ghozi bisa menjadi orangtua walau dengan teman sebaya. Tekun, ulet, dan tlaten dalam bertugas. Sangat menghargai orang lain.
“Pak Ghozi tidak hanya menjalankan tugas mengajar tetapi mendidik anak-anak dalam beribadah,” ungkapnya.
Menurut Hartono, Ghozi adalah penggerak beribadah di sekitar tempat tinggalnya Masjid Darussalam Dusun Jetak, Paciran. “Menegakkan qiyamullail berjamaah dalam bulan puasa. Begitu juga di lingkungan sekolahnya, ia selalu mempelopori sholat jamaah,” ujarnya.
Hartono menuturkan, Ghozi juga termasuk donatur panti asuhan Pondok Karangasem Muhammadiyah Paciran. Ia sangat peduli dengan perkembangan panti.
“Kami turut berduka-cita atas wafatnya beliau yang begitu cepat di usia yang relatif muda,” ucapnya.
Sementara itu Muhammad Alfi Maulana Fikri mengatakan ayahnya orang baik, dekat dengan keluarga.
“Sosoknya ramah terhadap setiap orang. Suka bergurau dengan anak-anaknya. Setiap sore tidak luput mengajak adik terkecil, Al-Fatih, untuk jalan-jalan dan bermain keluar rumah,” jelasnya.
“Setiap hari beliau selalu menyempatkan diri untuk jogging di pagi hari. Beliau orang yang aktif, berangkat sekolah pagi, dan pulang di sore hari,” imbuhnya.
Alfi, panggilan akrabnya, menceritakan kalau ayahnya yang paling sering mengingatkan untuk aktif bergerak, membiasakan perilaku yang sehat.
“Ayah orangnya penyabar, juga aktif beribadah. Beliau selalu menyempatkan diri untuk berpuasa Senin dan Kamis. Beliau selalu mengingatkan anak-anaknya untuk aktif jamaah, membaca al-Quran, dan membiasakan shalat tahajud di malam hari. Begitulah sosok ayah, semoga beliau bahagia dan husnul khatimah di sana,” ungkapnya.
Sekretaris Majelis Dikdasmen PDM Lamongan M Said MPd merasa sangat kehilangan dengan wafatnya Muhammad Ghozi ini.
“Atas nama keluarga besar Majelis Dikdasmen Muhammadiyah Lamongan, kami menyampaikan rasa duka yang mendalam atas wafatnya Muhammad Ghozi, MPd. Semoga para murid muridnya mewarisi akhlak dan kepribadiannya,” tuturya.
Muhammad Ghozi wafat dalam usia 50 tahun pada Ahad, 27 Juni 2021 di Rumah Sakit Umum Muhammdiyah (RSUM) Babat. Jenazahnya dikebumikan di Pemakaman Islam Desa Payaman Solokuro Lamongan secara protokol kesehatan.
Semoga mendapat tempat terbaik di hadapan Allah SWT. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni