PWMU.CO– Ahli hadits dan mubaligh Muhammadiyah Prof Dr H Zainul Arifin MAg wafat, Rabu (3/6/2021) pukul 15.30. Banyak kenangan melekat pada sosok ketua Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur periode 2000-2005 ini.
Sekretaris Majelis Tabligh PWM Jatim Afifun Nidlom menjelaskan, Zainul Arifin sosok yang tekun dan santun. Pada waktu memimpin Majelis Tabligh dan Dakwah mulai membuat dokumentasi laporan kegiatan tahunan.
”Kuliah S1 di Universitas Islamiyah Madinah jurusan Hadits. Mengajar di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya,” kata Nidlom. ”Keahliannya adalah Ilmu Hadits. Salah satu guru besar Ilmu Hadits yang dimiliki Indonesia,” lanjutnya.
Belakangan ini Prof Zainul jarang tampil ke publik karena sakit selain juga membatasi diri. ”Prof Zainul itu mubaligh keilmuan kalau ceramah seperti kuliah. Bukan seperti orator,” jelas Nidlom.
Prof Biyanto, guru besar UIN Sunan Ampel yang pernah jadi mahasiswanya menyebut koleganya itu sebagai pendidik sejati. ”Saya pernah diajar beliau ketika kuliah di Fakultas Ushuluddin pada 1991-1995. Bidang yang sangat dikuasai Bahasa Arab dan Hadits,” cerita Prof Bi, panggilan akrabnya.
Tatkala mengajar bahasa Arab, sambung dia, yang ditekankan adalah kemahiran mahasiswa dalam berkomunikasi. Untuk itu Prof. Zainul selalu menggunakan bahasa Arab sebagai pengantar kuliah. ”Mau tidak mau mahasiswa harus belajar bahasa Arab agar bisa mengikuti pembelajaran Bahasa Arab,” lanjut Prof Bi.
Sebagai ahli hadits ketika mengajar menekankan hadits-hadits sahih, yang otentik dari Nabi Muhammad saw. ”Beliau mengajari mahasiswa agar bisa membedakan hadits yang benar-benar dari Nabi dan sahih, mana yang dlaif (lemah) dan bahkan hadits yang harus ditolak,” cerita Prof Bi yang juga Wakil Sekretaris PWM Jatim.
Sakit Tetap Mengajar
Menurut dia, kecintaan Prof Zainul Arifin kepada dunia pendidikan sangat luar biasa. Begitu cintanya dengan dunia pendidikan hingga masih terus mengabdikan diri mengajar, membimbing dan menguji mahasiswa.
”Meski pada beberapa tahun terakhir sakit, ada gangguan di suara dan penglihatan, serta sulit berjalan, namun tetap mengajar dengan mengangkat asisten,” ujarnya. ”Beliau tetap hadir mengawal pembelajaran meski yang mengajar adalah asistennya,” tambah dia.
Dijelaskan, pengabdian Prof Zainul yang menonjol adalah dakwah dan bimbingan haji-umrah. Termasuk mubaligh yang laris-manis saat masih sehat. Mubaligh yang memiliki jadwal rutin kajian di Masjid Al-Falah Surabaya.
Memiliki Kelompok Bimbingan Haji dan Umrah (KBIH) Al-Muna. ”Saya pernah ikut bimbingan di KBIH Al-Muna saat menunaikan haji pada 2012. Kesan saya, beliau sangat kuat berpegang pada ibadah haji sesuai tuntunan Nabi,” kenang Prof Biyanto.
Dalam membimbing jamaah, di menerangkan, Prof Zainul selalu berprinsip bahwa ibadah haji harus sesuai hadits Nabi. ”Prinsip ini sejalan dengan posisinya sebagai guru besar Ilmu Hadits di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel,” tandas Biyanto. (*)
Penulis Ernam Editor Sugeng Purwanto