PWMU.CO– Prof Dr H Baedhowi (72), Ketua Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah meninggal dunia pada hari Ahad (4/6/2021) pukul 09.40 WIB.
Prof Dr H Baedhowi lahir di Boyolali, 28 Agustus 1949 menjadi guru besar Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Mengajar di FKIP Pendidikan Ekonomi. Menikah dengan Drs Sri Sudaryati Purwandari Apt MSi. Dikaruniai lima anak.
Masa sekolah SR hingga SMA dijalani di Boyolali mulai 1968 sampai 1976. Kemudian kuliah di FKIP UNS 1976. Pendidikan S2 ditempuh di FISIP Universitas Indonesia tahun 1998.Kemudian S3 juga di FISIP Universitas Indonesia tahun 2004 bidang Ilmu Administrasi. Dikenal menguasai pengetahuan tentang pendidikan Indonesia.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan bela sungkawa. ”Semoga almarhun husnul khatimah, diampuni kesalahannya, diterima amal ibadahnya, serta ditempatkan di jannatun naim,” kata Haedar Nashir dalam keterangan tertulis yang diterima PWMU.CO, Ahad siang.
Haedar menceritakan, Prof Baedhowi dikenal sebagai pemikir sekaligus praktisi yang memahami dunia pendidikan secara mendalam dan luas.
Baik ketika masih di Kemendikbud maupun di Persyarikatan Muhammadiyah, sambung Haedar, dia betul-betul menekuni dan mencintai pendidikan secara total, sehingga hidupnya dihabiskan untuk berkhidmat memajukan pendidikan.
”Beliau sosok yang ramah, luwes, dan bergaul luas dengan banyak kalangan di lingkungan pegiat dan penggerak pendidikan. Komitmennya untuk memajukan pendidikan dasar dan menengah Muhammadiyah sangat tinggi dan tidak kenal lelah,” tutur Haedar.
Dikatakan, dalam periode ini Prof Baedhowi bersama kolega di Majelis Dikdasmen begitu serius memprogram pendidikan unggul atau pendidikan utama Muhammadiyah. Selalu rutin memberikan info khusus kepada Ketua Umum PP Muhammadiyah.
”Terakhir menyusun Peta Jalan Pendidikan Muhammadiyah, Pangkalan Data Pendidikan Muhammadiyah, dan Penyelenggaraan Pendidikan Muhammadiyah di masa pandemi dengan pembelajaran daring,” tuturnya.
Haedar mengatakan, semoga pengkhidmatan Prof Baedhowi dalam memajukan pendidikan dasar dan menengah menjadi tonggak bagi masa depan pendidikan Muhammadiyah yang unggul berkemajuan.
”Kita kehilangan salah satu tokoh pendidikan Muhammadiyah yang ikhlas, bersahaja, dan berwawasan luas. Generasi selanjutnya dapat menjadi penerus yang dapat membawa keunggulan dan kemajuan pendidikan Muhammadiyah di tengah persaingan yang semakin berat,” tutup Haedar. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto