Tragedi Yunani di Euro 2020 oleh Dhimam Abror Djuraid, Pembina Hizbul Wathan FC, Liga 2 PSSI.
PWMU.CO– Tragedi Yunani digambarkan dalam kisah Iliad karya pujangga Homeros. Menceritakan perang besar Yunani melawan Troya yang terjadi pada akhir Zaman Perunggu di Yunani.
Perang Troya berlangsung selama sepuluh tahun. Kisah Iliad menceritakan episode tahun terakhir peperangan yang penuh tragedi kemanusiaan itu.
Kedua belah pihak sudah benar-benar lelah berperang. Pasukan Yunani sudah amat ingin pulang. Pasukan Troya juga sudah kelelahan fisik dan mental yang luar biasa. Tapi, kedua pasukan tidak bisa mengelakkan takdir.
Iliad adalah drama yang dimulai dengan perseteruan antara pemimpin pasukan Yunani, Raja Agamemnon dari Mykenai, bersama prajurit terhebat Yunani, Achilles, menyerbu benteng Troya.
Dalam sebuah pertempuran hebat, pasukan Yunani memukul mundur pasukan Troya. Setelah kemenangan itu pasukan Yunani mendapatkan banyak harta pampasan perang dan membagi-baginya kepada seluruh pasukan.
Achilles terkenal sebagai prajurit yang andal dan punya kemampuan tempur hebat. Dengan kecepatan tangan dan ketajaman pedangnya Achilles bisa menghabisi lawan dengan mudah. Karena kehebatan Achilles pasukan Yunani bisa memenangkan banyak pertempuran dengan mudah.
Achilles adalah manusia keturunan dewa. Ia sangat rupawan dan badannya kebal dari segala senjata. Sewaktu masih bayi ibunya memasukkan badan Achilles ke sungai kahyangan yang memberinya kekebalan dari segala senjata.
Tetapi sang Ibu memegang ujung kaki Achilles kecil di bagian tungkai ketika menyelupkan badan Achilles ke sungai kahyangan. Bagian yang tidak terendam air di tungkai Achilles itu tidak kebal senjata. Dan kelak dari tungkai itu Achilles mengalami kematiannya. The Achilles’s Heel, tungkai Achilles adalah kelemahan yang membawa kematian.
Setelah kemenangan atas Troya tiap orang memperoleh bagian masing-masing. Salah satu tawanan yang diperoleh Achiles adalah seorang wanita cantik bernama Briseis yang akan menjadi budaknya. Achilles jatuh cinta kepada Briseis. Tapi Raja Agamemnon yang mengetahui kecantikan Briseis merebutnya dari Achilles.
Achilles menjadi sangat marah oleh tindakan Agamemnon, sehingga ia tak mau lagi bertempur untuk pasukan Yunani. Ia hanya berdiam di tendanya. Tanpa bantuan Achilles, pasukan Yunani kalang kabut dan dipukul mundur.
Tantangan Duel
Sahabat akrab Achilles, Patroklos, memperoleh ide. Ia memakai baju zirah Achilles dan pergi bertempur. Orang-orang mengira bahwa ia adalah Achilles. Sayangnya, dalam pertempuran itu Patroklos dibunuh oleh Hektor, seorang pangeran anak raja Priamos dari Troya. Orang-orang pun kemudian menyadari bahwa itu bukanlah Achilles.
Ketika Achilles mengetahui Patroklos tewas, ia marah dan berduka hingga akhirnya ia pun mau bertempur lagi. Pertama, ia harus membalaskan dendamnya. Ia menantang perang tanding satu lawan satu melawan Hektor. Achilles mendatangi benteng lawan dan berteriak menantang Hektor untuk berduel.
Hektor siap melayani tantangan Achilles. Raja Priamos berkeberatan karena tahu kehebatan Achilles dan meminta Hektor tidak melayani tantangan itu. Tetapi Hektor adalah ksatria yang pantang menolak tantangan perang. Ia keluar dari benteng melayani tantangan duel Achilles.
Dengan disaksikan oleh ayah dan keluarganya dari kejauhan Hektor berduel dengan Achilles. Dalam beberapa kali serangan terlihat Hektor terdesak. Dengan sebuah gerakan cepat Achilles melompat tinggi dan menghunjamkan pedang ke dada Hektor.
Hektor mengembuskan nafas terakhir disaksikan oleh ayahnya dari kejauhan. Dendam Achilles tidak berhenti sampai di situ. Ia mengikat jenazah Hektor di belakang kereta kudanya dan menyeret jenazah itu ke kemahnya untuk dijadikan makanan anjing. Raja Priamos menyaksikan tragedi itu dengan kepedihan luar biasa.
Tengah malam harinya, Raja Priamos meninggalkan peraduannya dan menyelusup masuk kemah Achilles. Ia berhasil menemui Achilles dan memohon agar jenazah anaknya diperbolehkan dibawa pulang untuk dimakamkan sebagai kstaria terhormat. Achilles mengizinkan Raja Priamos membawa jenazah Hektor.
Kuda Troya
Beberapa hari kemudian, pasukan Yunani membuat sebuah siasat untuk mengelabui pasukan Troya. Sebagian pasukan yang telah tewas sengaja ditinggalkan di pantai Troya dengan keadaan terjangkit sebuah wabah. Pasukan Troya mengira pasukan Yunani pergi karena takut wabah tersebut menjangkit seluruh pasukannya.
Pasukan Yunani pergi meninggalkan patung kuda raksasa dari kayu. Pasukan Troya mengira ini adalah sesembahan untuk dewa. Tanpa merasa curiga, pasukan Troya mengangkutnya memasuki kota. Semua rakyat Troya menyambutnya penuh suka cita, pesta pun digelar seharian penuh. Namun rakyat Troya tidak menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya, yaitu awal kehancuran Troya.
Pada malam buta, pasukan Yunani yang bersembunyi di dalam kereta kuda keluar dari persembunyian dan membuka gerbang benteng kota. Pasukan Yunani merangsek ke dalam kota dan menghancurkan pasukan Troya.
Achilles yang ikut merangsek ke kota membunuh Pangeran Menon dari Troya. Tapi diam-diam Pangeran Paris, adik kandung Hektor ,sudah mengincar Achilles untuk membalas dendam kematian kakaknya.
Pada sebuah kesempatan Paris menyerang Achilles. Paris mengetahui rahasia kelemahan Achilles di tungkainya yang tidak kebal. Paris pun mengarahkan panahnya ke tungkai kaki Achilles hingga tembus dan terluka parah. Achilles mati menemui takdirnya.
Ia sudah diramalkan akan mati di Troya. Kelemahan di tungkainya akan menjadi sebab kematiannya. Ibu Achilles sudah berusaha agar Achilles menghindari takdir dengan mencegah ikut perang ke Troya. Tapi takdir memanggil Achilles. Kelemahan di tungkainya menjadi The Achilles’s Heel yang abadi sampai sekarang.
Tragedi Euro
Tragedi Yunani menjadi kisah abadi sampai sekarang. Setiap saat tragedi itu bisa terjadi. Gelaran Euro 2020 ini laksana palagan perang tanding pangeran-pangeran hebat dari Yunani dan Troya. Berbagai siasat dan strategi diterapkan untuk bisa mendapatkan kemenangan.
Inggris, Denmark, Italia, dan Spanyol akan bertempur untuk menentukan siapa yang jadi pemenang. Apa saja bisa terjadi. Tragedi paling memilukan bisa terjadi setiap saat. Boleh saja sebuah tim dijagokan. Boleh saja sebuah tim dianggap favorit yang karena punya kekuatan yang merata.
Tetapi setiap orang punya kelemahan. Punya ”pengapesan”. Sebuah tim sepakbola pun punya kelemahan yang tidak disadari. Tapi lawan tahu dan mengincarnya. Achilles’s Heel akan menjadi titik kematian yang membawa tragedi.
Inggris boleh saja hebat. Italia boleh saja tidak terkalahkan. Spanyol boleh saja mematikan. Denmark boleh saja punya kekuatan tersembunyi. Tapi semua punya kelemahan masing-masing. Drama dan tragedi akan terjadi.
Pada gelaran Piala Eropa 1992 Denmark menjadi juara. Ini merupakan drama yang lebih besar dari perang Troya. Pada Piala Eropa 1996 Yunani menjadi juara mengalahkan Jerman yang digdaya. Strategi Troya rupanya dipakai oleh Yunani untuk menggasak kelemahan Jerman.
Panggung semi final dan final Euro 2020 akan menjadi panggung drama dan tragedi seperti tragedi Yunani. (*)
Editor Sugeng Purwanto