PWMU.CO – Flipped Classroom menjadi formula yang akan digunakan SD Mumtaz untuk menyongsong tahun ajaran baru di masa pandemi Covid-19.
SD Muhammadiyah 1 dan 2 Taman, Sidoarjo (Mumtaz) melakukan upgrading pengelolaan Flipped Classroom pada para gurunya sejak Kamis-Sabtu (8-10/7/21.)
Menurut Waka Kurikulum SD Mumtaz Arif Yuli Purwanto ST MPd, dampak pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) masih berkepanjangan dan sangat dirasakan dunia pendidikan.
“SD Mumtaz melakukan berbagai hal untuk mengembangkan kemampuan guru, khususnya dalam hal pengelolaan pembelajaran di situasi seperti saat ini,” ujarnya. Pemanfaat teknologi, lanjut dia, menjadi salah satu poin penting yang membantu proses pembelajaran tetap dapat berlangsung dengan baik dan inovatif.
Tujuan dalam pelatihan yang dipandu secara langsung Kepala SD Muhammadiyah 1 Taman Enik Chairul Umah MSi MPd, tidak lain untuk persiapan pembelajaran tahun ajaran 2021-2022.
Formula Efektif
Menurut Enik, ada banyak model pembelajaran di masa pandemi, antara lain belajar dari rumah (BDR), pembelajaran jarak jauh (PJJ), maupun blended learning dan hybrid learning. “Semua model pembelajaran ini sudah dilakukan semua oleh SD Mumtaz,” ungkap dia.
Namun tak hanya berhenti di situ, SD Mumtaz terus mencari formula yang lebih efektif untuk kelangsungan pembelajaran. Hingga muncullah konsep flipped classroom.
“Flipped classroom adalah bentuk pembelajaran blended melalui interaksi tatap muka dan virtual, yang menggabungkan pembelajaran sinkronus dengan pembelajaran mandiri yang asinkronus,” paparnya.
Pembelajaran sinkronus, terang Enik, dilakukan secara real time di kelas. “Siswa berinteraksi dengan guru dan teman sekelas serta menerima umpan balik pada saat yang sama, jelasnya.
Sedangkan pembelajaran asinkronus adalah pembelajaran yang sifatnya lebih mandiri. Konten pembelajaran bisa diakses melalui beberapa bentuk media pada platform digital Mumtaz Smart.
“Siswa dapat memilih kapan mereka belajar dan juga mereka dapat mengajukan pertanyaan di kolom komentar aplikasi Mumtaz Smart. Sedangkan umpan balik akan diterima mereka tidak pada saat yang sama,” tutur Enik.
Dibagi Menjadi Tiga Kegiatan
Menurut Enik, metode flipped classroom dibagi menjadi tiga kegiatan yakni sebelum kelas dimulai (pre-class), ketika kelas dimulai (in-class), dan setelah kelas berakhir (out of class).
“Sebelum kelas dimulai, siswa sudah mempelajari materi yang akan dibahas. Dalam tahap ini kemampuan yang diharapkan dimilki oleh siswa adalah mengingat (remembering) dan mengerti (understanding) materi,” jelas dia.
Kemudian pada saat kelas dimulai, sambungnya, siswa dapat mengaplikasikan (applying) dan menganalisis (analyzing) materi melalui berbagai kegiatan interaktif di dalam kelas. “Tahap selanjutnya adalah mengevaluasi (evaluating) dan mengerjakan tugas berbasis proyek (creating),” papar Enik.
Pada kegiatan upgrading ini, seluruh guru SD Mumtaz, dari guru kelas, mata pelajaran, BTQ, pendamping, hingga inklusi tidak sekadar belajar secara teori. Namun, mereka juga melakukan simulasi flipped classroom. Ada yang bertindak sebagai murid, ada juga yang berperan menjadi guru.
Para guru ini belajar dan berpraktik mulai dari bagaimana memandu murid belajar secara mandiri di rumah, serta bagaimana mengelola pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas, seperti memandu diskusi, memberikan umpan balik dan refleksi yang efektif berorientasi pada peningkatan motivasi siswa, hingga bagaimana memandu siswa menyelesaikan tugas serta belajar lebih lanjut pada platform digital Mumtaz Smart.
Model pembelajaran flipped classroom ini digadang menjadi solusi yang terbaik saat ini. Rencananya dengan tetap mengindahkan protokol kesehatan yang ketat, setelah berakhirnya PPKM mikro, pembelajaran tahun ajaran 2021-2022 di SD Mumtaz dilakukan secara flipped classroom. (*)
Penulis Heni Dwi Utami. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.