PWMU.CO – Nabi Manusia Hebat, Pelajar SDMM Diajak Meneladaninya. Ajakan itu disampaikan oleh Kepala SDMM Ria Pusvita Sari MPd ketika membuka acara First Day School, Senin (12/7/2021).
Seperti tahun-tahun sebelumnya, SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik mengawali tahun pelajaran baru 2021/2022 dengan tradisi First Day School alias hari pertama masuk sekolah.
Aneka penampilan dikemas unik dan menghebohkan di acara tersebut. Seperti Blast Time, Growing with Process, dan motivasi mencerahkan pembicara tamu. Dan sambutan kepala sekolah adalah bagian penting dalam acara yang di masa pandemi Covid-19 ini dkemas secara daring.
Dalam sambutannya, Ria Pusvita Sari yang baru dilantik sebagai Kepala SDMM periode 2021-2021 itu menerangkan makna tema acara: Pelajar Hebat Butuh Proses Kuat. Dalam penjelasannya, Ustadzah Vita, sapaannya di sekolah, merujuk kepada Nabi Muhammad SAW.
“Anak-anakku pelajar SDMM, Nabi Muhammad adalah manusia hebat. Tak ada orang yang namanya disebut-sebut oleh miliaran manusia, tiap hari, bahkan jam, menit, dan detik, melebihi namanya,” terangnya.
Dalam shalat dan ucapan lainnya, sambungnya, nama Nabi Muhammad—secara bersamaan dan bergantian—disebut oleh umat Islam di seluruh dunia.
“Bahkan bukan hanya manusia, Allah dan malaikat juga bershalawat kepadanya,” ucapnya sambil mengutip surat al-Ahzab ayat 56, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
Menurut aktivis Nasyiatul Aisyiyah itu, penghormatan yang begitu besar kepada Nabi Muhammad itu karena akhlaknya yang mulia. Demikian juga perjuangannya yang luar biasa dalam mendakwahkan Islam dan membangun peradaban dunia.
“Maka tak heran jika dalam buku The 100, Michael H. Hart menjadikan Nabi Muhammad sebagai tokoh nomor satu yang paling berpengaruh di dunia,” ungkapnya.
Oleh karena itu, dia mengajak kepada siswa-siswi SDMM untuk menjadi pelajar hebat dengan meneladani kehebatan Nabi Muhammad SAW.
Proses Panjang
Ibunda ‘Abidah Kaysa Al-Barkah—siswa kelas VI International Class Program (ICP) SDMM—itu menegaskan, yang dimaksud pelajar hebat adalah siswa-siswi yang terus berproses untuk menjadi yang terbaik.
“(Yaitu) yang terjaga ibadahnya, akhlak terpuji, kemampuan akademisnya cakep, prestasinya membanggakan, ketrampilan hidup atau lifeskill-nya mumpuni, dan mampu memberi manfaat pada orang lain,” urainya.
Dia mengatakan, seperti dialami Nabi Muhammad, untuk menjadi manusia atau pelajar hebat perlu proses yang kuat. “Nabi Muhammad mendakwahkan Islam bukan instan seperti mantra pesulap: bim salabim abrah kedabrah,” ujarnya.
Menurutnya, proses perjuangan dimulai sejak Nabi Muhammad lahir sudah dalamkeadaan yatim, kemudian menjadi piatu ketika masih kecil. Lalu menggembala domba saat remaja dan membantu berdagang Khadijah ketika usia pemuda.
Proses itu berlanjut saat Nabi SAW menerima wahyu, berdakwah secara sembunyi-sembunyi, diboikot, hijrah, dan seterusnya. “Setidaknya Nabi Muhammad butuh waktu 23 tahun untuk memperjuangkan Islam hingga kini kita bisa merasakan manisnya,” terangnya.
Bukan Pelajar Karbitan
Selain mengajak meneladani manusia hebat Nabi Muhammad, Ustadzah Vita juga mengajak murid-muridnya mengambil inspirasi dari para sahabat Nabi, tokoh-tokoh Islam dan dunia lainnya.
“Semua sukses, hebat, juara, berprestasi, dan berpengaruh itu ditempa oleh proses yang kuat. Lihatlah KH Ahmad Dahlan sang pendiri Muhammadiyah. Lihat juga BJ Habibie sang presidan yang ilmuan itu. Tengok Muhamamd al-Fatih penakluk Konstantinopel. Tengok pula Thomas Alva Edison si penemu bola lampu pijar. Semua hebat setelah melalui porses,” ujarnya penuh semangat.
“Untuk menjadi pelajar hebat, anak-anak juga butuh proses yang panjang; proses yang kuat. Tidak bisa seketika dan serba mudah. Apalagi karbitan. Butuh perjuangan, anak-anak …!” kata dia memotivasi.
Proses yang kuat itu dia ibaratkan juga seperti belajar naik sepeda. “Ada proses. Butuh kesabaran, ketekunan, dan pengorbanan: harus ada pengalaman jatuh-bangun. Tapi lihatlah, bagaimana ketika sudah bisa bersepeda? Wow menyenangkan sekali bukan?” tuturnya.
Ibrah belajar sepeda itu menurutnya, penting sebagai contoh kesabaran dan ketekutan, juga pengorbanan, dalam proses belajar mengajar, lebih-lebih di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini.
“Di sini, di Kampus Biru ini (sebutan SDMM yang gedungnya bercat biru), kami, ustadz dan ustadzah—tentu bersama para wali siswa—akan berusaha menjadikan anak-anak sebagai pelajar hebat. Karena itu perlu dukungan anak-anak, seperti ketekunan, kejujuran, kemandirian, karakter pantang menyerah. Juga kesabaran dan ide-ide kreatif,” pesannya. (*)
Penulis Zaki Abdul Wahid Editor Mohammad Nurfatoni