PWMU.CO – Dari sekian juta umat yang mengikuti Aksi Bela Islam Jilid 3, atau Aksi 212, salah satunya adalah Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA), DR Hidayatullah (Baca: Bersama Jutaan Umat, 2 Rektor Ini juga Turun Gunung Ikut Aksi 212). Untuk menuju pusat lokasi aksi, Monas, butuh perjuangan tersendiri. Sebab, hampir semua jalan protokol dipenuhi massa.
“Sehabis shalat Subuh, sekitar pukul 05.00 wib, saya berangkat dari Sidoarjo menuju Jakarta dengan pesawat,” jelasnya kepada PWMU.CO, (2/12). Semuanya berjalan lancar-lancar saja, bahkan hingga mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.
Barulah saat keluar bandara, sedikit masalah mulai menghinggapi Hidayatullah. Sebab, saat mencari taxi, tidak satu pun yang berani mengantar ke Monas. “Bukan apa-apa, tapi para sopir taxi ini menyatakan tidak bisa karena khawatir tidak bisa kembali,” jelas Hidayatullah membenarkan alasan para sopir taxi itu karena banyaknya massa yang sudah berkumpul di Monas.
(Baca juga: Haru dan Bangga: Tanggapan Warga untuk Peserta Longmarch Aksi 212 dari Menteng ke Monas dan Hujan Mendinginkan Peserta Aksi Bela Islam)
“Akhirnya saya memutuskan naik bus dan turun di Kemayoran. Lalu berlanjut memakai ojek menuju Monas,” tambah Wakil Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) PWM Jatim itu. “Namun, hanya bisa diantar sampai dekat Masjid Istiqlal.”
“Dari pertigaan menjelang Istiqlal itu sudah berjubel dan berdesakan jamaah ABI 212,” terang Hidayatullah. Dia pun lantas bergabung bersama jamaah lainnya berjalan kaki menuju Monas.
“Luar biasa, semua area Monas dan jalan-jalan di sekitarnya penuh sesak oleh jamaah ABI 212. Mulai dari anak-anak sampai kakek-nenek, ada. Mereka bersemangat luar biasa untuk ikut berjuang tanpa terlihat sedikitpun rasa lelah.”
(Baca juga: Tak Ada Jas Hujan, Kantong Plastik Sampah pun Jadi Mantel dan Aksi 212: Tergenang Air, Shalat Jum’at Ber-Qunut Nazilah Tetap Khusyu’)
Ketika jarum jam menunjuk angka 11.00, Hidayatullah kembali ke Masjid Istiqlal untuk mengikuti Shalat Jum’at di masjid terbesar ke-3 di dunia itu. “Jamaah di Istiqlal juga penuh sampai dengan lantai 5,” Hidayatullah memberi kesaksian.
Untuk kembali ke bandara Soekarno-Hatta dan pulang ke Sidoarjo, Hidayatullah harus berjalan kaki lumayan lama. “Sekitar 2 jam waktu yang saya berjalan kaki dari istiqlal untuk mencari kendaraan umum yang mengantar ke bandara,” cerita Hidayatullah. Setelah 2 jam berjalan kaki, barulah ditemukan taxi yang mengantarkan ke bandara Soekarno-Hatta untuk kembali ke Sidoarjo. (dian/raya)