PWMU.CO – Kurban, Kontribusi Umat Islam pada Ekonomi Indonesia. Hal ini disampaikan Ketua Yayasan Pengurus Dompet Dhuafa Nasyith Majidi pada Indonesia Islamic Marketing Festival 2021 Episode 2, Selasa (13/7/21) siang.
Pada webinar yang MarkPlus Islamic gelar itu, hadir pula Koordinator Substasi Zoonosis Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner drh Tjahjani Widiastuti yang mewakili Dr Ir Nasrullah MSc selaku Direktur Jendral Peternakan dan Kesehatan.
Talkshow bertajuk “Branding Produk Kurban: Meningkatkan Nilai dan Kualitas Produk Kurban untuk Kemakmuran Umat” itu, juga dihadiri CEO Rumah Zakat H Nur Efendi dan Direktur Eksekutif Wakaf Salman ITB Khirzan Noe’man.
Pemerintah Pusat Dukung Klasifikasi Produk
Koordinator Substasi Zoonosis Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner drh Tjahjani Widiastuti menyatakan, status kesehatan hewan di wilayah Jawa Timur terkenal bagus. “Sebenarnya, para penjual bisa mempromosikan status kesehatan hewannya dengan mengambil dari peternakan yang sudah terdaftar di dinas,” ujarnya.
Di situ, lanjutnya, ada pengawalan dan pemeriksaan dokter hewan secara rutin. Tjahjani menambahkan, ini diperkuat dengan Peraturan Menteri Nomor 15 tahun 2021 terkait standar kegiatan usaha dan standar produk berbasis risiko sektor pertanian.
Misal, pada peternakan budidaya sapi potong, sudah ada syarat yang harus dipenuhi peternak. “Ini merupakan penjaminan kesehatan hewan, selain itu juga (tau) dari bibit yang mana,” ungkap Tjahjani.
Menjawab pertanyaan dari MarkPlus Inc—bagaimana jika ada klasifikasi kualitas daging kurban—menurutnya, sangat bagus dan menantang jika memang produk daging kurban itu ada kelas-kelas kualitasnya.
“Jadi berkurbannya bisa menyesuaikan isi saku pengkurban dan tetap memberi peluang pada orang yang ada keterbatasan dari segi pendanaan,” ucapnya.
Berdayakan Peternak, Layani Pengkurban
Dari sektor bisnis, hadir pula pada webinar siang (13/7/21) itu, Ketua Yayasan Pengurus Dompet Dhuafa Nasyith Majidi. Nasyith menyampaikan, di Dompet Dhuafa, branding (program) Tebar Hewan Kurban (THK) sudah terjadi sejak 1994.
Dompet Dhuafa, lanjutnya, tidak punya preferensi untuk melakukan bisnis. Bisnis sosial yang terjadi itu berjalan alami, tapi objektif utamanya melakukan pelayanan kepada para pengkurban.
“Kalau mungkin di beberapa kawan punya pikiran yang terlalu jauh terhadap program THK ini dari sisi bisnis, tapi di Dompet Dhuafa program THK ini adalah program layanan kepada para pengkurban/donor yang pengin disalurkan oleh Dompet Dhuafa,” ungkap Wakil Bendahara Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu.
Utamanya, tujuan langsung yang ingin Dompet Dhuafa capai sebenarnya memberdayakan peternak dan melayani pengkurban.
Jual Hewan Kurban secara Digital
Dalam forum itu, dia juga membahas, kini penting menyediakan layanan berbasis digital untuk memenuhi permintaan pengkurban yang berubah ke ranah online sejak pandemi.
“Dalam situasi pandemi yang masih belum selesai kapan ujungnya, kami di Dompet Dhuafa dalam beberapa tahun terakhir memang fokus proses transaksi penjualan hewan kurban melalui digital,” ungkapnya.
Dompet Dhuafa masuk di hampir semua kanal e-commerce di Indonesia, selain platform Dompet Dhuafa sendiri. “Kita belum terlalu khawatir sebelum ada pandemi, kemudian ada pandemi ini kekhawatiran kita terjawab,” ucap Nasyith.
Sebelumnya, mereka hanya mengantisipasi tren ke depan bahwa semuanya akan melalui media sosial dan digital. “Kami tidak menyangka begitu ada pandemi, lifestyle orang berubah semuanya. Orang banyak yang lebih memilih pendekatan transaksi secara digital,” ujar Nasyith.
Jamin Hewan Kurban
Nasyith menegaskan, untuk menjamin ketersediaan hewan kurban, ada dua pendekatan Dompet Dhuafa. Dari sisi internal, menyiapkan ternak veterinering di 11 provinsi.
Katanya, ada beberapa yang trading untuk menyiapkan hewan kurban. Kebanyakan masih domba dan kambing, sementara baru ada 2 tempat yang menyediakan sapi, salah satunya di Sulawesi.
Dia berharap, mudah-mudahan kekhawatiran kualitas hewan kurban bisa terjaga, apalagi sudah bekerja sama dengan dinas peternakan setempat. “Rata-rata bekerja sama dengan dinas peternakan lokal untuk bisa dibina dan standardisasi yang ingin dicapai pemerintah,” ungkapnya.
Yang penting menurutnya, pendistribusian hewan kurban yang sudah dipotong. Hewan-hewan kurban yang hampir semuanya berada di luar Jakarta itu, yang remote (pelosok) dan di banyak tempat yang banyak mustahiknya. “Inilah tugas kemanusiaan Dompet Dhuafa sekaligus menjalankan syariat Islam,” ujarnya.
Kurban, Kontribusi Umat Islam pada Ekonomi
Di Dompet Dhuafa, dari 2019 ke 2020, ada anomali kenaikan hingga 50,66 persen. 22.300 menjadi 42.126. Untuk tahun 2021, dia belum bisa memprediksi optimis. Karena kini kemampuan daya beli masyarakat berkurang.
Mereka juga membawa tagline “Green Kurban”, sehingga saat membagikan kurban tidak menggunakan plastik, melainkan besek atau daun sesuai kebudayaan lokal.
Tahun kemarin 2020, ada putaran uang hewan kurban di Dompet Dhuafa sekitar 72 miliar. Menurutnya, ada angka besar yang kalau misal ada sekian puluh juta orang berkurban, bisa dihitung berapa besar nilai kurban yang akan berputar setiap tahunnya.
“Itu menjadi kekuatan ekonomi yang (merupakan) kontribusi umat islam terhadap ekonomi masyarakat di Indonesia,” ungkapnya. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni