Saatnya Muhammadiyah Bangun Pabrik Oksigen, kolom oleh Syaifulloh, pengamat.
PWMU.CO – Saat ini virus Corona varian Detla telah merebak bebas tak terbendung di hampir seluruh kota di Pulau Jawa. Mengakibatkan banyak rumah sakit kelimpungan kehabisan oksigen dan berakibat fatal kepada pasien.
Beberapa hari yang lalu sampai tersiar berita ada puluhan pasien yang meninggal dunia karena rumah sakit kehabisan setok okaigen sehingga tidak bisa menangani pasien yang dalam kondisi khusus harus ditolong oleh oksigen.
Ada juga para keluarga pasien yang harus antre berhari-hari untuk mendapatkan isi ulang oksigen di depo-depo pengisian. Keluarga pasien harus rela menunggu lama untuk dapat isi ulang tersebut dan biaya isi ulangpun juga naik, tapi mereka tetap antusias demi keselamatan keluargnya.
Harga tabung oksigen pun naik gak ketulungan mahalnya. Ada salah satu ikatan alumni yang membeli tabung yang awalnya di pagi hari harganya Rp 2 juta, dalam waktu beberapa jam harganya naik menjadi Rp 8 juta lebih.
Berita memilukan juga menimpa Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Seperti beredar di banyak media nasional, Direktur RS PKU Mohammad Komarudin menjelaskan penyebab awal pihak vendor menarik 250 tabung oksigen. Penarikan itu, kata Komarudin, disebabkan pihak rumah sakit mengisi ulang oksigen ke vendor lain. Alasan rumah sakit mengisi ke vendor lain tak lain karena kemanusiaan.
Seperti diberitakan di Kompas.com, dampak penarikan tabung oksigen tersebut membuat pihak Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarya harus melakukan pengadaan tabung secara mandiri sejumlah 150 tabung oksigen.
“Kita pengadaan tabung sendiri ini mengisi sendiri. Semalam kita berangkatkan ke Sidoarjo. Kita bawa 150 tabung dan isi ke Sidoarjo untuk backup liquid. Tidak boleh ada kekosongan,” ujarnya.
Membesarkan Peran Muhammadiyah
Jamak diketahui oleh umum bahwa Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam yang memilki jumlah rumah sakit terbanyak di dunia. Baik itu rumah sakit besar, kecil, hingga klink kesehatan.
Tentu semuanya membutuhkan oksigen sebagai salah satu bagian penting denyut nadinya. Semua tindakan medis yang membutuhkan operasi harus tersedia oksigen cukup, baik sebelum, saat dan sesudah operasi pasien.
Kebutuhan dan keterbatasan oksigen saat ini begitu dirasakan dampaknya oleh masyarakat luas. Ketika kebutuhan mendesak ini tidak tercukupi maka rumah s dan pasienpun gelagapan untuk mencarinya dan belum pasti mendapatkan isi ulang oksigen tersebut.
Kasus penarikan tabung oksigen di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta bisa jadi momentum untuk terjun membangun pabrik oksigen untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit Muhammadiyah yang tersebar di seluruh N.
Muhammadiyah dengan dana triliunan rupiah yang tersimpan rapi di berbagai bank saatnya menggunakan sebagian kecil dananya untuk membangun pabrik oksigen yang modern dan berkemajuan.
Majlis Ekonomi dan Kewirausahaan yang digawangi oleh ahli-ahli ekonomi dan memiliki kapasitas yang tangguh sebagai saudagar hebat tentunya memiliki keahlian penuh untuk mengawal oksigenisasi di Muhammadiyah.
Cendekiawan dan intelektual yang berjubel di Muhamadiyah bisa menjadi pendorong dan penarik secepat kilat untuk mewujudkan oksigenisasi untuk Muhammadiyah dan Indonesia.
Muhammadiyah yang semakin membesar akan mendapatkan pahala yang lebih besar bila mampu menggiring dan memfinalkan oksigenisasi secara terpadu, berdaulat dan berkemajuan semakin hebat. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni