Dalam lintasan sejarah bangsa, nama Ki Raden Bagus Hadikusumo hadir sebagai sosok yang tidak hanya menyalakan obor perjuangan politik, tetapi juga menegakkan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan berbangsa.
Lahir pada 24 November 1890 dan wafat pada 4 November 1954, Ki Raden Bagus Hadikusumo dikenang sebagai ulama, pembaharu, sekaligus politikus yang turut mengukir jalan menuju kemerdekaan Indonesia.
Kiprah Ki Raden Bagus Hadikusumo terekam jelas ketika ia menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), serta saat mendirikan Partai Islam Indonesia (1938) dan Partai Masyumi di Yogyakarta (1943).
Sebagai tokoh Muhammadiyah, pemikiran dan dedikasinya tidak hanya memberi arah bagi gerakan Islam modern, tetapi juga meneguhkan prinsip-prinsip moral dalam politik kebangsaan.
Atas jasa-jasanya, pemerintah melalui Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2015, sebuah pengakuan atas keteladanan seorang putra bangsa yang hidupnya diabdikan untuk agama dan Tanah Air.
Berikut 20 petuah Ki Bagus Hadikusumo yang dikumpulkan dari berbagai sumber:
1. Doa Pemimpin
“Ya Allah berikan kami petunjuk ke jalan yang benar, yaitu jalan yang telah Engkau beri nikmat dan bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai, bukan pula jalan orang-orang yang sesat.”
2. Dasar Negara Berdasar Ajaran Agama
“Bagaimanakah … para Nabi itu mengajar dan memimpin umatnya dalam menyusun negara dan masyarakat yang baik? … ialah dengan bersendi ajaran agama.”
3. Empat Ajaran Islam
“Islam mengajarkan empat perkara, yaitu Iman, ibadah kepada Allah, amal sholeh dan berjihad di Jalan Allah… alangkah sentausanya, bahagianya, makmur, dan sejahteranya negara kita ini.”
4. Bangun Negara Atas Ajaran Islam
“…bangunkanlah negara diatas ajaran Islam.”
5. Agama Sebagai Tali Pengikat
“Agama adalah pangkal persatuan, janganlah takut di mana pun mengemukakan dan mengetengahkan agama.”
6. Islam sebagai Asas Negara
“Jadikan Islam sebagai asas dan sendi negara!”
7. Potensi Kebangsaan Berbasis Islam
“Agama Islam menciptakan potensi kebangsaan lahir dan batin, serta menabur semangat kemerdekaan…”
8. Sederhana dan Konsisten
“Sapa sing nandur bakal ngunduh.” (Siapa yang menanam pasti akan menuai)
9. Memimpin Adalah Menderita
“Menjadi pemimpin itu menderita.”
10. Pemimpin Sejati Adalah Pengabdi
Pemimpin sejati rela hidup melarat demi keselamatan umat—ukuran pemimpin adalah keikhlasan, kebijaksanaan, tanggung jawab, bukan lamanya berkuasa.
11. Jangan Takut Bicara Agama
Agama harus dikemukakan dengan jujur dan ikhlas agar tidak menimbulkan percekcokan.
12. Syariat sebagai Landasan
Konsistensi terhadap syariat: Tegas soal penerapan tabir dalam pertemuan antara pria dan wanita, meski disebut “kolot”—menegaskan bahwa ketaatan lebih penting daripada modernitas kosong.
13. Islam Rasional, Bukan Takhayul
Menolak Islam “gugon tuhon” (tahayul), menekankan Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits shahih yang memajukan pikiran dan kemanusiaan.
14. Peradilan Islam
Berjuang agar hukum waris dalam pengadilan menggunakan hukum Islam, bukan hukum adat.
15. Menolak Penghormatan kepada Kaisar Jepang
Menolak seikeirei (membungkuk hormat kepada Kaisar Jepang), bahkan meski menghadapi tekanan dari Kempeitai.
16. Pancasila Versus Agama
Mengusulkan penghilangan kata “berdasarkan”—agar tidak muncul kesan Ketuhanan lebih rendah dibanding nilai kemanusiaan.
17. Dari Kauman ke Penulisan Produktif
Meski hanya pendidikan dasar dan pesantren, dirinya menjadi ulama dan penulis produktif, menerbitkan banyak buku penting dalam bahasa Jawa demi membumi kepada masyarakat.
18. Menolak Mobil dari Presiden
Ditawari mobil oleh Presiden Sukarno, tapi beliau menolaknya karena terbiasa naik becak—menunjukkan teladan kesederhanaan hidup.
19. Tulisan sebagai Jalan Dakwah
Menulis karya-karya seperti Islam sebagai Dasar Negara, Achlaq Pemimpin, Poestaka Hadi, Poestaka Islam, Poestaka Ichsan, Poestaka Iman, sebagai bentuk penyebaran pemikiran dan etika Islam.
20. Perjalanan Menuju Ideologi Muhammadiyah
Merumuskan “Muqaddimah AD Muhammadiyah” yang menjadi landasan ideologis organisasi dan menginspirasi tokoh seperti HAMKA.


0 Tanggapan
Empty Comments