
PWMU.CO – Dr Sabriati Aziz Bersyukur Rasakan Kematian Begitu Dekat. Dr Hj Sabriati Aziz MPdI menyampaikannya pada Pengajian Orbit bertema Takziyah Virtual yang digelar Yayasan Orbit Lintas Karya, Kamis (15/7/21) malam.
Ketua Presidium Musyawarah Nasional Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI) itu membuka dengan membaca surat at-Taubat ayat 119:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Hendaklah kamu bertakwa kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.”
Orang yang Benar
Sabriati Aziz menerangkan, orang yang benar berarti benar perkataannya, pikirannya, dan perbuatannya. Ini menurutnya penting untuk dibangun bersama.
“Bang Din sudah memberikan uswah (contoh), tidak saja pada orbiter kita berkumpul, tapi juga bersama maash shadiqin, bersama orang-orang pada komunitas lain,” ujar Ketua Muslimah Center itu, menyebut Prof Din Syamsuddin yang hadir sebagai Pembina Yayasan Orbit Lintas Karya.
Misal, bersama para tetangga atau keluarga. Menurutnya sangat penting untuk memperbanyak kebersamaan dalam menjalin jejaring bersama orang-orang yang shadiq.
Sebab, sambungnya, ketika kita bersama orang-orang yang shadiq, maka iman dan ukhuwah akan bertambah. “Sangat beda rasanya ketika kita bersama dengan orang-orang yang tidak menambah keimanan.
Sabriati Aziz lalu meluruskan, bukan berarti memilah-milah sahabat, saudara, dan kawan-kawan bergaul. Sebab terlalu banyak jenis pertemanan, seperti teman bisnis, alumnus sekolah, ataupun komunitas olahraga.
Justru, dia menyarankan agar keberadaan kita di dalamnya bisa menjadikan komunitas itu sebagai komunitas yang shadiq.
Saksikan Pemakaman Padat
“Masyaallah, masyaallah, kita ditakdirkan Allah berada dalam pandemi ini,” ujar Ketua Bidang Jaringan Aliansi Cinta Keluarga Indonesia (AILA) itu.
Sabriati Aziz menyetujui penjelasan Ustad Koko Liem yang juga hadir malam itu, bahwa Allah menggilirkan pandemi ini terjadi setiap satu abad. “Kita yang mendapat, qodarullah, nampak mudah kita melihat sahabat-sahabat kita pergi,” ucapnya.
Malam itu, dia menceritakan saat mengunjungi pemakaman temannya beberapa hari sebelumnya. Sepanjang hayatnya, dia baru melihat proses pemakaman yang sepadat itu.
“Makam yang digali buat teman tersebut, sudah digali dan ketika kami datang ke sana sudah dimakamkan. Sementara itu, datang lagi mayat sedang dimakamkan, (lalu) datang lagi mayat,” ungkapnya.
Penggalian makam itu, sambungnya, bukan makam khusus Covid-19, tapi tempat pemakaman umum (TPU) biasa. “Itu ada enam liang lahat yang digali di situ, selebihnya itu kuburan-kuburan yang masih kemarin,” ujarnya.
Bersyukur Rasakan Kematian Begitu Dekat
Maka, dia menyimpulkan, kematian menjadi suatu pelajaran dan perlu disyukuri. “Kita bersyukur, kita merasakan kematian begitu dekat.
Untuk mengisi hidup yang masih ada ini, lanjutnya, pertanda Allah meminjamkan umur, perlu melakukan banyak kebaikan sekecil apa pun itu. Dia lalu mengingatkan hadits dari Ahmad, “Khairunnas anfauhum linnas.”
“Sekecil apa pun kita tentu tidak ingin melewatkan kebaikan-kebaikan yang tentu kita mesti bertekad, bagaimana strategi setiap saat kita bisa bermanfaat untuk manusia lainnya,” jelas Sabriati Aziz.
Dengan demikian, dia berharap kita semua menjadi manusia yang baik. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni