PWMU.CO – Renungan di Hari Arafah: Kita Malu pada Allah. Hari ini jamaah haji terbatas—karena Covid-19–menjalani puncak ibadah haji, yaitu wukuf di Arafah. Selain berdiam, salah satu yang dilakukan saat wukuf adalah mendengarkan khutbah.
Redaksi menurunkan khutbah Arafah oleh Dr H Syamsuddin MAg, petugas TPHI Kloter 70/SUB Kabupaten Sidoarjo, tahun 2017, untuk mendapatkan pesan-pesan kebaikan sekaligus memberi nuansa pada jamaah haji Indonesia yang sudah dua tahun ini tidak bisa berangkat ke Tanah Suci. Redaksi.
Isi Khutbah
السلام عليكم ورحمة الله ربركا
انّ الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور انفسنا ومن سيّآت أعمالنا من يهده الله فلا مضلّ له ومن يضلله فلا هادي له أشهد ان لا اله الا الله وحده لاشريك له وأشهدا انّ محّمدا عبده ورسوله اللهمّ صلّ على محمّد وعلى اله وصحبه أجمعين وسلّم تسليما كثيرا امّا بعد ايّها النّاس اصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فاز المتّقون
قال الله تعالى في القرأن الكريم أعوذ بالله من الشيطان الرجيم ” يا أيّها الذ ين أمنوا اتّقوا الله حقّ تقاته ولا تمو تنّ الا وانتم مسلمون
Saudaraku para tamu Allah dan juga Saudaraku di Tanah Air yang kali ini atas izin Allah bisa merasakan getaran orang – orang yang bersyukur di Tanah Arafah.
Inilah saat yang paling dirindukan oleh orang-orang yang beriman saat diundang ke tanah dimana Allah menghadapkan hamba-hamba-Nya kepada para malaikat di Hari Arafah.
Pada saat inilah Allah menjanjikan pembebasan api jahanam untuk semua hamba-hamba-Nya. Dan pada hari ini Allah juga menjanjikan diampuni lumuran dosa-dosa, dihapus aib-aib yang menyelimuti kerak-kerak kenistaan, disingkirkan dan dibuka lembaran-lembaran baru yang putih bersih.
Nabi kita kita mulia bersabda:
مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
“Barangsiapa melaksanakan haji lalu dia tidak berkata-kata kotor dan tidak berbuat fasik maka dia kembali seperti hari saat dilahirkan oleh ibunya.”
Malu pada Allah
Saudaraku para Tamu Allah
Begitu banyak orang yang bertawakkal dan bersimpuh di hadapan Allah. Di seluruh pelosok negeri. Mungkin di pedesaan di lereng-lereng gunung maupun di persawahan. Mereka ini mungkin siang malam bersandar kepada Allah. Mereka tiada henti memuja Allah.
Bahkan mungkin bisa jadi kedudukan mereka lebih tinggi di sisi Allah dibanding kita yang sehari-hari melumuri diri dengan dosa, lebih banyak dipakai memuaskan hawa nafsu dibanding memuaskan perintah Allah. Tapi sampai sekarang mereka belum pernah merasakan nikmat jamuan Allah di Arafah ini.
Inilah saat kita harus merasa malu. Karena sejatinya lebih banyak orang yang berhak wukuf di Arafah ini dibanding kita. Kita lihat orang yang dikeningnya ada tanda hitam bekas sujud, hanya bisa menangis sepanjang hayatnya untuk bisa dijamu Allah sebagai tamu-Nya di Padang Arafah ini.
Tapi kapan kita melakukan seperti itu ? Karena itu Saudaraku yang hadir di bumi Arafah ini hari ini adalah hari buat kita untuk bersyukur. Bisa jadi kita hadir di tempat ini bukan karena keshalehan kita. Barangkali kehadiran kita di sini karena ridha Allah atas orang-orang yang kita dzalimi yang kemudian mereka balas sakit hatinya dengan doa kemuliaan bagi kita.
Mungkin kita berada di tempat ini berkat doa fakir miskin yang kita lempar dengan uang receh tapi kemudian menerima dengan ridla dan memohon kepada Allah agar mengampuni dosa kita. Mungkin kita berada di tempat ini berkat doa para pembantu yang tak pernah kita hargai jasa jasanya tetapi mereka sabar bangun malam dan meminta kita diberi hidayah.
Mungkin kita berada di tempat ini karena doa orangtua, ibunda kita ayahanda kita yang sampai akhir hayatnya tidak pernah sampai ke sini, tapi tiada henti-hentinya berdoa untuk memiliki anak yang shalih dan shalihah, padahal begitu seringnya kita melukai hati mereka.
Atau mungkin kita berada di tempat ini karena doa anak-anak kita yang sering dikecewakan dengan contoh buruk dan tidak patut yang kita lakukan sehingga mereka meminta kepada Allah agar memiliki orang tua yang shaleh dan shalihah. Tentu tiada kebaikan yang mengantar kita ke tempat ini selain kemurahan Allah Yang Maha Agung. Kita berhutang banyak kepada Allah dan kepada orang-orang yang telah mengikhlaskan do’anya kepada kita.
Jangan Sombong dan Takabur
Baiklah Saudara Sekalian
Tidak ada jalan bagi kita untuk menjadi sombong dan takabur dengan jamuan Allah di Arafah ini kecuali kita harus malu dan jujur kepada diri sendiri. Harta yang Allah titipkan kepada kita tak jarang kita belanjakan pada jalan kemaksiatan, infak, shadaqah yang kita salurkan hanya sekadar sisa dari uang jajan kita.
Zakat enggan kita bayarkan. Inilah sedekah dari orang yang paling lusuh dengan cara yang paling memalukan. Bahkan kita lebih suka membeli barang-barang yang mahal untuk kita pamerkan kepada makhluk daripada menafkahkan harta di jalan Allah untuk bekal kepulangan di kampung akhirat.
Lalu lihatlah bagaimana kita bersujud kepada Allah. Sebanyak 24 jam dalam satu hari Allah memberikan waktu kepada kita sujud, tapi kenapa kita sering tergesa-gesa dan sering kita percepat secepat kilat. Bahkan kalau perlu hampir tak pernah ingat kepada Allah Yang Maha Agung.
Di manakah letak amal baik kita? Nikmat dari Allah tiada henti dan tiada putus Sedangkan pengkhianatan kita juga tiada henti dan tiada terputus. Entah mengapa Allah memberikan kesempatan kita berada di tanah Arafah ini? Rasanya lebih banyak orang yang lebih layak dan berhak untuk dimuliakan Allah ditempat yang teramat mulia di sini, saat ini.
Saudara-saudaraku
Hari ini Allah menurunkan para malaikat di sekitar kita. Mereka sudah menyaksikan aib-aib yang ada pada diri kita. Mereka tahu secara persis siapa diri kita yang sebenarnya. mereka mencatat kata-kata kita yang begitu jarang menyebut asma Allah.
Mereka tahu betapa banyak orang yang terluka hatinya, tercabik-cabik perasaannya sebab lisan kita. Allah Maha Tahu fitnah yang tersebar karena juga lisan kita, selama ini berapa banyak orang terjerumus ke dalam kemaksiatan justru karena kita yang menunjukkannya.
Di antara malaikat yang hadir saat ini ada yang menyaksikan kita mendekati zina dengan mata kita dengan lisan kita dengan telinga, karena tiada yang tersembunyi bagi Allah.
Sesunggunya hari ini adalah hari yang paling malu bagi kita. orang yang busuk seperti kita ini diberi kesempatan di tempat yang teramat mulia. Bahkan amal-amal yang paling tidak disukai Allah-pun kita pun sering melakukannya. Kesombongan, takabbur adalah amal yang membuat iblis dilaknat oleh Allah selamanya.
Nabi kita bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ أَحَدٌ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ كِبْرِيَا
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan seberat biji sawi .”
Lihatlah apa yang Allah titipkan pada kita seringkali kita pakai sebagai jalan menuju kesombongan. Otak dicerdaskan sedikit oleh Allah, kita diberi kesempatan sekolah, kesempatan kuliah. Namun malah membuat kita petantang-petenteng menganggap remeh orang tua kita yang pendidikan tak setinggi kita.
Padahal demi Allah saudara-saudaraku otak ini adalah milik Allah. Jikalau Allah mengambil beberapa bagian saja niscaya kita tak bisa mengingat apapun. Sungguh ! Gelar pangkat adalah lambang kebodohan bagi orang-orang yang takabur. Malu kita mengapa diberi otak yang sulit mengenal Allah. Padahal otak kita ini tunduk mengejar keagungan Allah.
Kita diberikan harta yang cukup. Tapi kita sering tak mempedulikan dari mana harta itu kita dapatkan. Yang haram kita ambil, hak orang lain kita tahan, Zakat lupa kita bayarkan. Kita lumuri diri kita dengan kenistaan, Naudzubillaahi tsumma Naudzubillaahi min dzalik.
Tapi kita bangga dengan kendaraan yang mewah dengan rumah yang megah dengan perhiasan yang berkilau. Padahal sungguh semua itu adalah sekadar titipan Allah yang Allah juga berikan kepada makhluk-makhluk nista lainnya.
Para penjahat, para perempuan nakal, para koruptor adalah orang-orang durjana yang diberi kekayaan dunia (hasanah fiddunya) oleh Allah. Karena dunia bukan tanda kemuliaan bagi seseorang, Dunia adalah fitnah cobaan bagi manusia. Sungguh malang bagi orang yang takabur dengan atribut duniawi padahal Allah menghinakan seseorang dengan duniawi itu sendiri.
Haji Mabrur
Saudara-saudaraku
Waspadalah sepulang dari tempat ini. Haji yang mabrur adalah haji yang merasa malu kepada Allah. Allah memberikan nikmat tiada henti. Kita jarang mensyukuri bahkan kita mengkhianatinya.
Allah Yang Maha Agung, Allah Yang Maha Perkasa memberikan kesempatan kali ini kepada kita untuk mengubah sisa umur kita. Mungkin kali ini adalah yang terakhir kali kita berada di tanah Arafah ini.
Tidak ada jaminan kita tahun depan dapat bertemu kembali di tempat ini. Tanah yang kita duduki ini akan menjadi saksi di akhirat nanti. Tanah yang kita duduki ini akan menjadi saksi di akhirat nanti. Tanah yang kita duduki ini akan menjadi saksi di akhirat nanti!
Kita berangkat mengeluarkan harta, waktu, dan tenaga. Kita lalui jalan dengan susah payah berjam-jam sampai tempat ini tapi rasanya nikmat sekali. Itulah nikmat yang datang dari Allah dan Nikmat adalah pengorbanan. Rasulullah SAW mulia bukan karena harta yang dimilikinya, tapi pengorbanannya untuk umat. Harta yang dikorbankan, tenaga yang dikorbankan, waktu yang dikorbankan, dan perhatian yang dikorbankan demi kemaslahatan umat.
Sepulang dari tempat yang mulia ini, tak pernah bahagia kecuali orang yang paling menikmati berkorban untuk orang lain. Yakinkanlah bahwa apapun yang kita miliki diikhtiarkan bermanfaat sebanyak-banyaknya bagi hamba Allah. Sebaik-baik manusia adalah orang yang banyak manfaatnya.
Saudaraku Seiman
Pertama, percayalah bahwa kita tidak bahagia dengan mengumpulkan uang, Justru kebahagiaan datang dengan menginfakkan uang. Kita tidak bahagia dengan selalu ingin ditolong orang, justru kita bahagia dengan menolong orang lain.
Kita tidak bahagia dengan meremehklan dan mengaggap kecil orang lain, justru kebahagiaan hati kita adalah dengan menghargai orang lain. Jadikanlah diri kita menjadi orang yang tak berharap apapun selain ridha Allah. Itulah kebahagiaan hakiki kebahagiaan yang sejatinya.
Kedua, ingatlah baik-baik. Kain ihram yang kita pakai ini, ternyata inilah yang akan menemani kita saat pulang ke haribaan Allah nanti, tidak harta, tidak pangkat, dan juga tidak jabatan. Harta, pangkat, dan jabatan, semuanya adalah topeng, kenikmatan sesaat dan jangka pendek yang tidak berharga sama sekali kecuali penyandangnya memiliki rasa syukur dan takwa kepada Allah.
Saudaraku sepulang dari tempat ini pastikan jangan sembunyi di balik jabatan. Jangan sembunyi di balik penampilan yang mewah berkilau. Jangan bersembunyi di balik rumah yang megah. Jangan bersembunyi di balik gelar yang berjajar.
Tapi bersembunyilah di balik Allah. Tidak berharga kecuali orang bertaqwa kepada-Nya. Kerahkan tenaga sekuat-kuatnya jangan sampai mengubah nikmat titpan Allah ini menjadi jalan kesombongan kita. Tidak ada yang dimuliakan oleh Allah, tidak ada yang diangkat derajatnya oleh Allah kecuali orang yang tawadhu-rendah hati. Tidak ada seorangpun yang tawadhu atau rendah hati kecuali ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT.
Ketiga, saudaraku sekalian sepulang dari haji ini ingatlah baik-baik bahwa Allah menciptakan haji dengan pertemuan dari segala bangsa. Kulit putih-kulit hitam, mata lebar-mata sipit, rambut lurus-rambut kribo, hidung mancung-hidung pesek, yang pendek yang tingi, yang tampan rupa, yang buruk rupa, yang sempurnma yang cacat, mereka semua adalah saudara kita.
Terkadang kita merasa saudara karena sedarah, persaudaraan karena tempat, persaudaaraan karena bangsa, tapi kita lihat di sini di tanah ini saudara kita begitu banyak. Pepatah mengatakan satu musuh sudah mempersempit kehidupan kita, tapi seribu saudara adalah terlalu sedikit, itulah sebabnya dalam konsep Islam semua orang beriman itu bersaudara.
Orang-orang yang merasakan banyak saudara hidupnya akan lebih ringan. Kita berbelanja dengan harga yang mahal kita bersyukur karena bisa menafkahi pedagang yang masih saudara kita sendiri. Kita naik kendaraan umum dengan membayar kelebihan, kita bahagia karena sudah memberikan bekal bagi keturunan para sopir yang saudara kita sendiri. Kita mendidik orang sehingga maju namun tak ada ucapan terima kasih, ya tak apa-apa karena mereka adalah saudara kita sendiri. Semakin banyak yang kita bantu Insya Allah semakin berbahagia dan ringan hidup kita ini.
Dan terakhir ingatlah baik-baik. Hari ini adalah penutup lembaran lama kita. Sudah terlalu lama kita gunakan untuk mengkhianati Allah. Sudah terlalu sering nafas ini lalai dari zikir kepada Allah. Sudah lama lisan ini tidak akrab dengan firman Allah. Sudah terlalu banyak keringat kita untuk mendzolimi kebenaran. Sudah terlalu banyak harta yang kita nafkahkan diluar jalan Allah.
Saudaraku sekalian mau ke mana lagi sih kita ini? Hidup hanya satu kali dan sebentar. Esok lusa mungkin malaikat maut sudah berada di hadapan kita. Pastikan mulai saat ini, tekadkan dalam hati kita insyaallah tiada tujuan dalam hidup kami selain Engkau ya Allah. Tiada yang kami tuju selain pulang kepada-Mu Ya Allah.
Dunia pasti kita tinggalkan, harta kami tinggalkan, keluarga kami tinggalkan, kami ingin bisa berjumpa denganmu Ya Allah. Tuntun dengan amal yang bisa membuat perjumpaan dengan-Mu ya Allah.
Tingkatkan kepada kami segala bekal yang bisa membuat kami berjumpa dengan-Mu Ya Allah, karuniakan segala nimat yang bisa membuat kami bisa mensyukuri dan agar kami bisa berjumpa dengan-Mu ya Allah, bebaskan kami dari tiap harta dan kesibukan apapun yang tidak bisa membuat kami berjumpa dengan-Mu ya Allah.
Barangsiapa yang merindukan perjumpaan dengan Allah niscaya hari-hari yang akan ia lalui adalah hari-hari pertemuan dengan Allah. Hari-hari yang diisi dengan bekal untuk pulang di kampung akhirat, hidup di dunia adalah kesenangan yang menipu karena sejenak saja. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni