PWMU.CO – Begini Smamda Memotivasi Siswa Gemar Menulis. SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (Smamda) menyelenggarakan Seminar Literasi secara daring, Kamis (15/7/2021).
Mengangkat tema “Membentuk Generasi Milenial Kreatif Menulis”, Smamda mengundang Pemimpin Redaksi PWMU.CO Mohammad Nurfatoni sebagai nara sumber tunggal.
Motivasi Siswa Gemar Menulis
Dalam sambutannya, Kepala Smamda Astajab SPd MM berharap siswanya memahami bagaimana strategi penulisan artikel opini. “Kami berharap dengan kegiatan ini, siswa-siswi SMA Muhammadiyah 2 Surabaya senantiasa gemar dan mampu menulis artikel,” ujarnya.
Karena, lanjutnya, menulis itu sesungguhnya menyampaikan gagasan dan melatih berpikir secara sistematis. Juga melatih menggunakan bahasa dengan baik dan teratur.
Mengingat Smamda punya majalah sekolah, dia berharap yang mengisi tidak hanya dari guru dan karyawan, tapi juga banyak dipenuhi dari siswa-siswi. Dengan gemar menulis, minimal, tulisan mereka bisa dimuat di majalah sekolah.
Bagikan Tips Menulis
Fatoni, sapaan akrab Mohammad Nurfatoni, menyampaikan bahwa menulis itu mudah. Bahkan sesungguhnya tak perlu teori. Kalau ingin menulis, ya menulislah. “Karena menulis hanya diawali huruf M,” ujarnya, sambi bercanda.
Dia mencontohkan dirinya sendiri yang ‘hanya’ lulusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Surabaya. Meski bukan berlatar belakang jurnalistik atau ilmu komunikasi—bahkan dia mengaku tak pernah mengikuti pelatihan menulis—tetapi ‘kerier’ tulis-menulisnya tergolong moncer.
Menurutnya, kemampuan menulisnya itu berkat ketekunan dia belajar menulis secara otodidak. Yakin dengan sering membaca buku, majalah, dan koran—atau kini materi bacaan yang berbasis internet.
“Dengan membaca, maka kita akan memiliki banyak wawasan, diksi, dan referensi. Bacaan juga mampu membentuk alam bawah sadar kita,” ujarnya. Karena itu, menurut dia, penulis yang baik adalah pembaca yang baik.
Dia menerangkan, menulis yang baik dimulai dari membaca apapun, baik melalui teks maupun peristiwa di sekitar kita. “Tulisan yang baik itu kaya warna, tidak menoton atau membosankan. Dan itu perlu bacaan. Baik buku dan sejenisnya maupan bacaan pada lingkungan, misalnya peristiwa perjalanan atau pergaulan dengan masyarakat,” terangnya.
Fatoni mengaku sejak SD sudah membaca, bukan hanya majalah anak-anak seperti Bobo dan Kuncung, tetapi majalah Tempo, serta surat kabar Surabaya Post dan Merdeka. Dan sejak di SMA Muhammadiyah 1 Babat, Lamongan sudah menulis meski medianya saat itu baru majalah dinding.
Dalam seminar ini, pria kelahiran Lamongan, 22 Januari 1969 tersebut juga memberikan tips menulis opini yang baik. Yaitu harus orisinil, aktual, menyajikan perspektif baru, enak dibaca, dan solutif.
Siswa Praktik Langsung Menulis Opini
Di akhir sesi, Fatoni mengajak para siswa untuk menulis opini tentang isu yang sedang aktual. Hebatnya, para siswa yang hadir sangat antusias ketika diberi penugasan tersebut.
Prinka, siswa kelas XI MIPA 4, mempunyai kesan tersendiri setelah mengikuti seminar. Menurutnya, seminar literasi tersebut mengubah persepsinya tentang menulis. “Dengan diadakannya acara tadi siang saya jadi sadar ternyata menulis tidak perlu malu ataupun merasa tidak mampu,” ujarnya.
Sebab, selama ini dia masih menyembunyikan hobi menulisnya. “Selama ini saya menutup-nutupi salah satu hobi saya, yakni menulis karena saya berpikir bahwa karya tulis saya pasti tidak sebagus orang-orang di luar yang sudah banyak ilmu tentang menulis,” ungkapnya. (*)
Penulis Masitha Gemilang