PWMU.CO – Wukuf dan Idul Adha dalam Kajian Smasatu Gresik. SMA Muhammadiyah 1 (Smamsatu) Gresik mengadakan kajian keislaman virtual bertema Makna Hari Arafah, Senin (19/7/2021). Pembicaranya Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik Dr H Taufiqulloh MPdI.
Guru al-Islam Smamsatu itu mengajak menyalurkan energi positif kepada seluruh warga sekolah dalam memaknai Hari Arafah 9 Dzulhijah 1442 yang bertepatan dengan 19 Juli 2021.
Usradz Taufiq, sapaannya, mengawali kajian pagi itu dengan menjelaskan kepada partisipan tentang apa itu hari Arafah.
“Hari Arafah ini dalam pandangan umat Islam memiliki keutamaan dan keistimewaan karena pada hari itu umat Islam dari seluruh penjuru muka bumi berkumpul di tempat yang sama yang bernama Padang Arafah,” ujarnya.
Dia mengumpamakan tempat suci itu sebagai salah satu stasiun terminal yang ditentukan oleh Allah dan Rasulnya, yang harus didatangi oleh setiap orang yang sedang melakukan perjalanan haji untuk melakukan wukuf sebagai salah satu tukun haji.
“Jika wukuf tidak tertunaikan di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah ini, maka hajinya menjadi tidak sah,” terangnya.
Filosofi Wukuf di Arafah
Ustadz Taufiq mengungkapkan, berkumpulnya jamaah haji dari berbagai penjuru muka bumi di Padang Arafah ini melambangkan perwujudan dari nilai kateuhidan. Meskipun yang datang di tempat itu berbeda warna kulit dan bahasa, dari berbagai macam suku bangsa, namun semua adalah mahluk Allah yang sama derajatnya di mata Allah.
“Mereka semua simbol satu umat yang memiliki pandangan hidup yang sama yang hidup dan matinya, dan semua ibadahnya hanya untuk Allah SWT satu satunya Tuhan alam semesta yang wajib dipertahankan dan disembah,” tambahnya.
Dia menegaskan, ibadah yang utama di hari Arafah bagi jamaah haji adalah wukuf. Yaitu mengikuti khutbah wukuf, shalat Dhuhur dan Ashar dengan jamak qashar taqdim. Yakni meringkas Dhuhur dua rakaat dan Ashar dua raka’at di saat masuk waktu Dhuhur. “Dengan satu kali adzan dan dua iqamah, tanpa shalat sunnah qabliyah atau bakdiyah,” terangnya.
Ibadah Utama Wukuf
Taufiqulloh menjelaskan, Arafah adalah hari yang sangat utama bagi para jamaah haji untuk berdzikir dan berdoa, untuk meminta rahmat dan ampunan-Nya. Dia menambahkan, Allah membanggakan umatnya yang berkumpul di Arafah ini kepada para malaikat penghuni langit.
Lalu Allah meminta kepada mereka (malaikat) untuk menjadi saksi atas dihapuskankannya semua dosa dan dibebaskannya dari api neraka. “Keutamaan inilah yang harus diperjuangkan oleh para jamaah haji untuk didapatkan ketika berada di bumi Arafah,” ujarnya.
Dia melanjtkan, setelah jamaah haji menyelesaikan wukufnya di Arafah, maka malam harinya (9 Dzulhijah malam) mereka harus bergerak ke Muzdalifah untuk melaksanakan shalat Maghrib dan Isyak dengan jamak qashar ta’khir. Yaitu Maghrib tiga rakaat dan Isyak dua rakaat dikerjakan di waktu Isyak. Lalu mencari bekal kerikil untuk digunakan melontar jumrah pada pagi harinya, tanggal 10 Dzulhijah di Mina.
“Ketika jamaah haji melontar jumrah aqabah tgl 10 pagi di Mina waktu Dhuha, maka umat Islam di negara manapun yang hari itu sudah masuk tanggal 10 (Dzulhijah) disunnahkan untuk keluar rumah melaksanakan shalat Idul Adha,” terangnya.
Caranya, sambung dia, dengan berjamaah, dengan melaksanakan shalat sunnah dua rakaat tanpa adzan dan iqamah, tanpa shalat sunnah qabliyah dan bakdiyah, lalu mendengarkan khutbah Idul Adha.
Sebelum umat Islam merayakan Idul Adha dengan ritual penyembelihan hewan kurban, Rasulullah menganjurkan puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah yang disebut dengan puasa Arafah.
“Rasulullah berkata bahwa dengan puasa Arafah dosa satu tahun yang lewat bisa terampuni dan yang berpuasa bisa semakin terkendali dalam menahan perbuatan dosa pada tahun berikutnya,” terang dia.
Pada akhir sesi, banyak perntanyaan yang datang dari siswa-siswi Smamsatu, mereka sangat antusias untuk mendalami Hari Arafah dan Idul Adha. (*)
Penulis Yulia Dwi Putri Rahayu Editor Mohammad Nurfatoni