PWMU.CO – Kisah-Kisah inspiratif Kak Bimo di SDMM dalam acara Gebyar Dzulhijjah 1442, yang diselenggarakan SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik secara daring Senin (19/7/2021).
Kak Bimo,—panggilan populer Bambang Bimo Suryono— adalah pendongeng nasional dari Yogyakarta. Dia punya keunikan bisa menirukan berbagai suara dengan ekspresi wajah yang berubah-ubah sesuai alur cerita.
Di acara bertema Pelajar Hebat SDMM: Cinta Nabi dan Bangga Bermuhammadiyah, itu Kak Bimo berkisah tentang perjuangan KH Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah pada 112 tahun silam, yaitu 8 Dzulhijjah 1433.
Selain itu, pria kelahiran Bantul 14 Mei 1974 ini bercerita tentang sejarah pengorbanan Nabi Ibrahim bersama keluarganya yang kemudian disyariatkan tapak tilasnya sebagai bagian ibadah haji dan Idul Adha.
Kisah KH Ahmad Dahlan Dirikan Muhammadiyah
Setelah MC Nur Yanidha Qomariyah SPd mempersilakan, Kak Bimo memulai kisah dengan membunyikan ‘terompet’ hasil buatan suaranya sendiri. Terlihat di layar Zoom anak-anak mulai tersenyum.
Lalu Pendiri Asosiasi Pencerita Muslim Indonesia itu memberikan salam pembuka. Tak cukup sekali, Kak Bimo memberikan salam sampai tiga kali dengan gaya yang berbeda-beda.
Setelah memberikan kalimat mukadimah dan ucapan hormat, Kak Bimo mengajak peserta untuk bersyukur karena tepat pada tanggal 8 Dzulhijjah 1442 Muhammadiyah berusia 112 tahun.
Untuk mengingat perjuangan KH Ahmad Dahlan, penemu metode Story Based Teaching itu mengajak anak-anak bersyukur.
“Yuk kita ucapkan alhamdulillah bersama-sama,” ajaknya yang diikuti oleh siswa-siswi SDMM dan sekolah patner. Yaitu SD Almadany, MIM 1 Gumeno, MIM 2 Karangrejo, MIM Doudo Panceng, SDM 1 Bawean, PGTA dan TK Aisyiyah 36 PPI Gresik.
“Ahmad Dahlan adalah seorang anak ulama dari Yogyakarta, KH Abu Bakar. Sejak kecil Ahmad Dahlan sering penasaran dan marah karena banyak masyarakat masih hidup dalam kebodohan,” ujarnya mengawali cerita.
Dalam beribadah, sambung dia, masih banyak yang menyembah benda-benda. Bertapa di gua, pohon, atau tepi sungai untuk mencari kasaktian. Intinya: banyak yang melakukan praktik tahayul, bid’ah, dan khurafat.
Sebelum mendirikan Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan yang saat itu baru berumur 15 tahun sudah berangkat haji dan belajar Islam di Makkah. “Di sana, beliau belajar Islam dengan berbagai ulama. Dari sanalah beliau banyak terinspirasi dengan ide kemajuan zaman,” terangnya.
Pulang ke Indonesia, lanjut Kak Bimo, KH Ahmad Dahlan semakin mantap ilmu agamanya. Lalu mengajarkan Islam kepada banyak orang sehingga ada kemajuan.
“Namun, perjuangan beliau tidak mudah karena mendapatkan cacian, hinaan, fitnah, langgarnya dirobohkan. Penerus dan muridnya ada yang dipukuli bahkan dibunuh. Pondoknya dibakar sekolah-sekolahnya dibubarkan dianggap sesat. Itulah tantangan KH Ahmad Dahlan,” jelasnya.
Akhirnya pada tanggal 8 Dzulhijjah KH Ahmad Dahlan mendirikan persyarikatan Muhammadiyah. Hari itu bertepatan dengan hari Tarwiyah, yakni munculnya air Zamzam kali pertama.
Kemudian pemenang Rekor MURI sebagai Pendongeng dengan Ilustrasi Suara Terbanyak (lebih dari 200 suara) itu bertanya, “Siapa yang ingin jadi orang hebat, terkenal, jadi dokter, jadi rektor, atau pengusaha restoran intrnasional? Kak Bimo doakan, semoga tercapai.”
Maka dia berpesan, “Apapun profesi kalian gunakan untuk dakwah amar makruf nahi mungkar. Meneruskan orang-orang hebat yang ada di persyarikatan Muhammadiyah dan Indonesia dari periode ke periode.” Kak Bimo mengingatkan, orang besar adalah orang yang kehadirannya memberikan manfaat besar bagi orang lain.
Dia melanjutkan, demi cita-cita memajukan umat Islam dan cinta kepada Nabi Muhammad SAW, pergerakan Muhammadiyah terus berjalan hingga saat ini, 112 tahun, dengan berbagai amal usaha.
“Kesabaran, kesungguhan, pengabdian kepada Allah dalam memajukan umat terus dilakukan oleh pimpinan kita, baik di Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM), Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM), ataupun Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM), yang berganti-ganti sampai 112 tahun,” terangnya.
Hari Tarwiyah yang Segar
Setelah bercerita tentang berdirinya Muhammadiyah, Kak Bimo melanjutkan kisah Nabi Ibarhim. Sambil agak mengecilkan suaranya, dia berkata, “Hari Tarwiyah, apa itu Kak Bimo?”Hari Tarwiyah adalah hari yang segar. Kok namanya segar? Memangnya banyak es krim?” celetuk Kak Bimo membuat anak-anak tersenyum.
“Bukan. (Tapi) segar karena muncul air zamzan pertama kali,” jelasnya. Ketika hari Tarwiyah tanggal 8 Dzulhijjah itu orang yang berhaji bermalam di Mina.
Dahulu, dia melanjutkan kisahnya, Nabi Ibrahim yang berasal dari negeri Babilonia, Irak. Ketika Nabi Ibrahim dibakar kala itu, Allah menyelamatkannya. Nabi Ibrahim pun berpindah ke Palestina selama tiga tahun dan bertemulah dengan suku asli Palestina: Bani Saleh.
Saat musim kering, Ibrahim hijrah ke negara Mesir Kuno. Ibrahim menikah dengan Hajar, memiliki anak pertama bernama Ismail. Ketika itu, Allah memerintahkan Ibrahim dan keluarganya berpindah ke Lembah Bakkah (Arab), lembah yang penuh air mata.
“Belum ada kendaraan,” tanya Kak Bimo sambil bersuara layaknya suara motor, mobil, ambulans, mobil polisi, dan helikopter.
“Naiknya apa? Unta atau kuda?” tanya Kak Bimo sambil menirukan suara unta dan kuda.
Dalam perjalanan melewati lembah dan hutan, Hajar dan Ismail ditinggalkan oleh Ibrahim di antara Bukit Safa dan Marwah. Ketika bekal dan minuman sudah habis, Hajar pun melihat mata air di puncak Marwah, ternyata hanya fatamorgana. Ketika di puncak Marwah, ia kembali melihat mata air di puncak Safa, ternyata fatamorgana. Hingga bolak-balik rujuh kali.
Melihat Ismail menjejak-jejakkan kaki ke tanah dan muncullah air Zamzam, Hajar pun segera membendung dengan batu, jadilah telaga. Burung-burung pun beterbangan di atasnya. Turun dan minum di sana. Orang-orang Arab Badui pun mengetahuinya. Akhirnya, banyak yang bermukim di sana. Jadilah Ummul Qura‘ (induk kampung-kampung).
“Sekarang Makkah al-Mukarramah yang di tengahnya ada Kakbah, Baitullah, yang dibangun Adam kemudian dinaikkan oleh Ibrahim dan Ismail.
Hari Arafah Mengenal Jati Diri
Pemegang Rekok MURI Audien Dongeng Terbanyak; 24 Ribu Anak ini lantas menejelaskan Hari Arafah yaitu hari mengenal jati diri.
“Nabi Adam diturunkan dari surga, ia turun di Hindia, sedangkan Hawa di jazirah Arab. Selama 200 tahun saling mencari dengan dibimbing malaikat, sambil Adam berdoa, (maka) tepat 9 Dzulhijjah, di atas Jabbal Rahmah, Adam dan Hawa saling bertemu,” kisah dia.
Kak Bimo menjelaskan, pada Hari Arafah ini umat Islam disunnahkan berpuasa yang pahalanya sama dengan diampuni dosa kita setahun lalu dan setahun yang akan datang.
Dia lalu menjelaskan filosofi hari Arafah. Yakni hari mengenal jati diri: dari mana kita berasal dan akan ke mana kita menuju. Dari surga kita berasal di dunia untuk melaksanakan tugas dan kewajiban kepada Allah yaitu beribadah.
Menjadi wakil Allah untuk memakmurkan bumi. Banyak beramal, beriman, dan beramal shaleh. Hidup hanya satu kali pantang jadi manusia gagal. Harus banyak prestasi, amal shaleh untuk kita laporkan ketika kita kembali kepada Allah.
“Kak Bimo doakan di Hari Arafah ini semoga keluarga besar SDMM. Semuanya disurgakan oleh Allah, diampuni semua dosa-dosanya, diterima amal-amal solehnya, diselamatkan dan dimenangkan dari Covid-19. Semuanya sehat, aman, sembuh, pulih, dan semakin cinta dakwah Islam amar makruf nahi mungkar. Amin-amiin ya rabbal alamin,” doa Kak Bimo di sela mendongeng.
Hari Nahar Penyembelihan Kurban
Kak Bimo meneruskan kisah tentang tanggal 10 Dzulhijjah yang disebut Hari Nahar. Yaitu hari menumpahkan darah binatang kurban. Di hari itu umat Islam berkurban sebagai bentuk rasa syukur dan cinta kepada Allah. “Bukan pamer atau sok kaya karena sesungguhnya hidup dan mati kita untuk Allah semata,” dia mengingatkan.
Perah Terbaik I Pemuda Pelopor Nasional Bidang Pendidikan itu melanjutkan ceritanya: Nabi Ibrahim yang tinggal di Hebron datang lagi setelah sembilan tahun lamanya meninggalkan Ismail.
Ibrahim kaget karena saat Ibrahim datang sudah banyak pohon dan buah-buahan, banyak orang singgah, pedagang-pedagang. Padahal dahulu hanya negeri yang tandus dan hanya ada kurma. Ia pun mencari tempat Kakbah, rumah Hajar dan Ismail. Ibrahim lalu tinggal di sana setelah bertemu istri dan anaknya.
Namun, setiap malam Ibrahim bermimpi menyembelih Ismail. Allah kembali mengujinya. Ibrahim memanggil anaknya dan menceritakan mimpinya itu kepada Ismail.
“Ayah, jika itu yang diperintahkan Allah kepadamu maka kerjakanlah,” jawab Ismal, seperti ditirukan Kak Bimo.
Pada agal 10 Dzulhijjah, Hari Nahar, dibawalah Ismail menuju Mina untuk di sembelih. Dalam perjalanan diuji dengan setan yang menggaggu.
Maka Ibarahim mengambil 9 batu dan dilemparkan kepada setan yang mengganggu. “Bismillaahi allahuakbar,” ucap Ibrahim sambil melempa batu hingga tiga kali. Datang lagi setan yang mengganggu, dilempar lagi tga kali. Diganggu lagi, dilempar lagi lagi kali.
Ketika Ismail sudah siap disembelih, tiba-tiba turun Malaikat Jibril. ‘Cukup wahai Ibrahim. Engkau telah melaksanakan perintah Allah dan lulus dalam ujianmu.’
Gembiralah Ibrahim. Kemudian, muncullah domba dari belakang. Domba itulah yang disembelih menggantikan Ismail. Ismail pun bertakbir hingga membuat Jibril takjub.
“Siapa yang tahun ini keluarganya berkurban? Sapi? Kambing?” tanya Kak Bimo yang disambut antusias anak-anak di kolom chat.
Kak Bmo melanjutkan: “Tanggal 11, 12, sampai 13 Dzulhijjah hari tasyrik, hari menjemur daging. Tidak boleh berpuasa, ya.”
Sebelum mengakhiri dongengnya, Kak Bimo mengajak anak-anak untuk mengikuti kata-kata dan gerakannya.
“Aku harus sehat, aku harus pintar, aku harus sholeh, aku harus juara, aku harus masuk surga!”
Ajakannya ditirukan anak-anak dan ustaz-ustazah.
Penulis Masyra’atul Zaim Editor Mohammad Nurfatoni