PWMU.CO – Best Practice Itu seperti Film Sejarah. Pernyataan itu disampaikan Dr Mustakim SS MSsi saat memberi materi pada Workshop Penulisan Best Practice yang digelar SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik, Sabtu (24/7/20210.
Kegiatan pembinaan guru dan karyawan SDMM yang digelar secara daring melalui Zoom Cloud Meetings itu diikuti pula oleh peserta dari sekolah partner SDMM.
Yakni: MIM 1 Gumeno (Mimsagum); MIM 2 Karangrejo (Mimdaka). SD Alam Muhammadiyah Kedanyang (Almadany); MIN 3 Doudo, Panceng; SD Muhammadiyah 1 (Mutu) Bawean; TK Aisiyah 36 PPI; dan Play Group Tunas Aisyiyah PPI, Gresik.
Mustakim menyampaikan hal itu saat menjawab pertanyaan dari perserta: apa itu best practice atau praktik baik itu. “Saya masih bingung, apakah praktik baik itu adalah praktik yang berhubungan dengan perilaku, amal kebaikan,“ tanya Zaki Abdul Wahid, Koordinator Humas SDMM yang ikut sebagai peserta.
Menjawab pertanyan tersebut, Musarkim menerangkan: “Best practice adalah metode atau teknik yang secara konsisten menunjukkan hasil yang lebih unggul yang dicapai oleh orang lain, dan yang digunakan sebagai patokan,” ujar Pak Kim—panggilan akrabnya.
Penulis buku Matahari Terbit di Kota Wali: Sejarah Pergerakan Muhammadiyah Gresik 1923-2010 itu lalu menggambarkan best practice itu seperti film sejarah.
“Ceritakan apa yang telah terjadi meskipun itu sudah lama. Saya yakin para guru-guru hebat semua yang ada di sini pasti punya cerita. Nah sayang kan jika dari cerita tersebut jika tidak dituliskan di sebuah kertas. Saya saja meskipun saya cowok nih, punya buku harian lho,” katanya dengan bercanda yang disambut tertawa lepas peserta.
Menyusun Best Practice
Pengawas SMA Cabang Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan itu kemudian menerangkan beberapa langkah dalam menyusun laporan best practice. Di antaranya menentukan judul.
Menurut dia, ketika menentukan judul harus mempunyai unsur; permasalahan dan solusi serta ditulis singkat, jelas, dan mudah dimengerti.
“Kita asumsikan judul itu seperti dokter. Bahwa dokter ketika mengobati pasiennya harus tahu keluhannya si pasien agar dokter tersebut bisa memberikan solusi dengan cara memberikan obat yang tepat,” ujarnya memberi asosiasi.
Nah, sambung dia, best practice juga demikian. Apa permasalahan yang terjadi di sekolah. Misalnya masalah hasil belajar, prestasi belajar, kreativitas, minat, dan lain-lain.
“Solusi yang diberikan bisa melalui pendekatan, metode, strategi, media, model, dan sebagainya,” ujar Pak Kim yang memiliki berbagai prestasi di bidang penulisan ini: mulai tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional.
Praktik Bikin Judul
Pria yang tinggal di Pondok Permata Suci (PPS) Gresik ini memberikan sebuah contoh judul best practice, yaitu Strategi Pembelajaran Sibernetik Tepat Kreativitas dan Pemahaman Siswa hebat.
Dia lalu memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan judul di ruang chat Zoom. Salah satunya yang memberanikan diri adalah Zaki Abdul Wahid dengan judul: Strategi Peningkatan Minat Belajar Komputer dengan Pengenalan Program Coding Scratch di Masa Pandemi Kelas V di SD Muhammadiyah Manyar Gresik.
Tak mau kalah, Penanggung Jawab Komputer SDMM Shofan Hariyanto pun mengajukan judul: Solusi Unjuk Kerja Siswa dalam Pembelajaran Komputer Kelas III SD Muhammadiyah Manyar Gresik.
Dari beberapa contoh judul tersebut, Pak Kim menerangkan, judul-judul tersebut bisa disederhanakan. “Dan perlu diingat bahwa best practice berbeda dengan PTK (penelitan tindakan kelas),” ujarnya.
Saat Pak Kim menyinggung soal PTK itu, peserta dari SD Almadany Eli Syarifah bertanya. Guru yang sedang kuliah di Universitas Terbuka (UT) dan kebetulan juga sedang mengambil mata kuliah PTK. “Apakah bisa PTK yang telah saya buat ini dijadikan best practice, Pak?”
Menjawab itu, Mustakim mengatakan, kalau hasil PTK itu signifikan dan pernah dilakukan oleh orang lain—dan hasilnya juga signifikan—maka silakan, bisa diubah menjadi best practice.
Pemaparan Mustakim yang pernah mengajar di SMA Muhammadiyah 1 Gresik itu behasil memotivasi peserta. Seperti diakui Hesti Megadiandari, salah satu tenaga kependidikan SDMM.
Dia terkesan dengan workshop ini. “Ini adalah pengalaman pertama, ilmu baru, dan perlu dicoba. Karena kemarin saya telah menulis antologi juga sehingga sudah mau menulis (best practice),” ungkapnya. (*)
Penulis Sri Isna Wardhani Editor Mohamamd Nurfatoni