PWMU.CO – Mahasiswa UMM ciptakan masker transparan yang dikhususkan untuk tuna rungu sebagai solusi untuk komunikasi.
Habibah Latifus Syaidah, salah satu anggota tim mencetus dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menjelaskan penggunaan masker di setiap aktivitas menjadi sebuah keharusan dalam situasi pendemi seperti saat ini. Hal itu dilakukan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19.
“Sayangnya, penggunaan masker ini menyulitkan para disabilitas tuna rungu dalam berkomunikasi. Inilah yang menjadi dasar kami menciptakan inovasi masker sebagai solusinya,” ujarnya, Sabtu (24/7/21).
Masker Tembus Pandang
Habibah Latifus Syaidah mengungkapkan
masker kain tembus pandang ini terdiri dari dua lapis masker.
“Lapis luar pertama nampak seperti masker biasa yang berisikan filter penyaring. Filter tersebut diharuskan untuk diganti tiga hari sekali,” jelasnya.
Sementara lapis kedua yang berada di dalam merupakan masker transparan sehingga orang dapat melihat ekspresi dan gerak bibir dari para tuna rungu dan memudahkan dalam berkomunikasi.
Manfaatkan Limbah Sedotan
Habibah Latifus Syaidah mengatakan pembuatan masker ini memanfaatkan limbah sedotan sebagai bahan dasar strap masker (pengait masker).
“Pemilihan bahan dasar berbahan limbah ini bertujuan untuk mengurangi sampah plastik yang sering ditemui,” katanya.
Ini, tegasnya, menjadi salah satu upaya kita bersama agar terus menjaga lingkungan dan mengurangi penggunaan sampah plastik.
Dia menjelaskan adapun ide masker ini berawal dari mata kuliah kewirausahaan yang mereka jalani di UMM.
“Saat itu, kami membuat model usaha penjualan masker dengan desain yang unik. Keunikan itulah yang menjadi potensi dari model usaha yang mereka bangun hingga akhirnya mendaftarkannya ke Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K). Apalagi diperkuat dengan dorongan serta motivasi dari dosen keriwausahaan,” ungkapnya.
Dia memaparkan PKM-K yang digarap bersama dengan tim yang terdiri dari Aulia Amanda, Briliant Ghaustin Yoly Ala, dan Annisa Firdaus Ramadhini ini berhasil lolos pendanaan dari Direkorat Jendral Perguruan Tinggi (DIKTI) pada bulan Mei lalu.
Saat ini, sambungnya, kami berada di tengah proses pembuatan masker dan akan dipasarkan pekan depan secara online. Harga masker yang dipatok yakni kisaran 35 sampai 40 ribu. Harga ini juga sudah termasuk masker, tiga filter serta strap masker.
“Proses pemasaran akan kami mulai pekan depan secara online. Menurut kami ini harga yang cukup terjangkau mengingat pembeli bisa mendapatkan satu paket lengkap masker,” imbuhnya.
Mahasiswa kelahiran Kediri ini berharap masker transparan ini bisa menjadi opsi untuk membantu komunikasi tuna rungu di tengah pandemi. Dia juga ingin agar usaha ini bisa menjadi peluang bisnis yang baru.
“Komunikasi adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan. Maka dengan adanya inovasi kami ini, semoga bisa memberikan manfaat luas kepada masyarakat, utamanya mereka para disabilitas tuna rungu,” tandasnya. (*)
Penulis Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.