PWMU.CO – Almarhum Budi Utomo di Mata Mahasiswa Umla. Rektor Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla) Drs H Budi Utomo MKes meninggal dunia, Selasa (27/7/2021) malam. Almarhum meninggal pada usia 69 tahun di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.
Mengetahui kabar meninggalnya sang rektor, seluruh karyawan dan mahasiswa Umla bersedih. Seperti halnya yang diungkapkan Eka Febrianti Wulandari, Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan.
“Saya merasa kehilangan sosok beliau. Kepergiaannya sangat mengagetkan saya pribadi,” ungkapnya.
Inspiratif, Tak Kenal Lelah Majukan Umla
Pria kelahiran 16 Agustus 1952 tersebut termasuk sosok yang luar biasa. Di usianya yang tidak muda lagi, dia tetap bekerja keras memajukan Umla. Kini, Umla sedang proses membangun gedung baru.
Bisa dibilang, Pak Budi Utomo tidak kenal lelah. Perjuangannya bersama jajarannya sangat berat. Kampus yang dulu ‘hanya’ sebuah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Muhammadiyah, kini menjadi Universitas Muhammadiyah Lamongan dengan penghargaan yang melimpah. Tentu tidak mudah memperjuangkannya.
Semangat dan kerja keras almarhum dalam membangun kampus Umla ini ternyata juga menginspirasi Eka Febrianti. Dia mengatakan, “Pak Budi adalah salah satu orang yang sangat menginspirasi.” Lalu dia mengenang sejarah Universitas yang bermula dari Stikes itu.
Motivasi Ikhlas Gunakan Uang Kampus agar Bermanfaat
Almarhum sosok motivator yang selalu memberi semangat kepada para civitas akademika dan mahasiswanya di setiap kesempatan. Tujuannya, agar kami senantiasa membuat cinta dan bangga kampus Umla.
Saya ingat pesan Pak Budi—sapaan akrab almarhum—pada Pembukaan Darul Arqom Dasar 1 Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PK IMM) al-Iskandariyah Umla.
“Janganlah kamu berharap mendapat uang banyak dari kampus, tetapi lakukanlah kegiatanmu dengan ikhlas,” tutur almarhum.
Pak Budi juga mengatakan, jangan pernah ‘melihat’ sepele uang yang kampus berikan. “Walaupun hanya setengah, itu lakukanlah! Gimana caranya agar uang yang sedikit itu bisa bermanfaat dan membuat acara sukses,” pesannya.
Itulah bentuk pembelajaran yang selalu Pak Budi ajarkan kepada mahasiswanya agar bisa memaksimalkan dan memanfaaatkan uang yang ada. Walaupun sedikit.
Sosok Rendah Hati dan Ramah
Menurut Eka Febrianti, Pak Budi seorang rektor yang sangat rendah hati. “Sangat menghargai orang dan tidak pernah sungkan untuk menegur ataupun menyapa duluan. Walaupun saya hanya mahasiswa biasa,” ujarnya.
Dia lantas menyatakan tidak akan melupakan kebaikan-kebaikan yang telah Pak Budi lakukan. “Selamat jalan Pak Budi, semoga husnul khatimah serta ditempatkan di tempat terbaik di sisi Allah SWT,” ucapnya.
Dia berharap, sosok yang nanti menggantikan posisinya di kampus, kurang lebih memiliki sikap dan sifat yang sama seperti beliau.
Sosok Motivator dan Bapak di Kampus
Novita Dwi Nur Hidayah—mahasiswa Umla lainnya—mengatakan, “Pak Budi adalah sosok teladan dan panutan. Menjadi seorang bapak yang luar biasa ketika kampus,” ujarnya.
Menurutnya, semangat almarhum mampu membangkitkan ghirah mahasiswa untuk selalu memperjuangkan cita-citanya dan semangat berorganisasi.
Di mata Novita, beliau juga sosok motivator. Salah satu motivasinya yang Novita ingat, “Sabar dalam melakukan tindakan (dan) selalu ikhtiar dalam menjalani kehidupan karena semua sudah ada yang menakdirkan.”
Novita berharap cita-cita Pak Budi terhadap Umla terwujud. “Semoga Umla bisa menjadi kebanggaan Kabupaten Lamongan dan mampu menjadi poros perkuliahan yang memegang teguh nilai Keislaman, seperti yang dicita-citakan dari Pak Budi,” katanya.
Pemimpin yang Tegas
M Ainun Naim Ardianto juga mengakui almarhum adalah rektor berjiwa kepemimpinan sangat tegas. “Dengan sikap tegasnya, beliau sangat disegani oleh seluruh mahasiswa mahasiswi dan dosen Umla,” ungkap Ketua Umum Pmpnan Komisariat IMM Ibnu An-Nafis itu.
Menurutnya, pengalaman almarhum banyak mengandung pelajaran. Inilah yang membuat beliau sangat berhati-hati dan penuh pertimbangkan dalam mengambil setiap keputusan.
Baginya, saat menjadi rektor Umla, beliau sosok yang ramah dan pantang menyerah dalam mewujudkan cita-cita. Tanpa harus merepotkan orang lain. Jadi, motivasi yang dia dapatkan dari almarhum, tak perlu menunggu kaya untuk mewujudkan sebuah cita-cita yang dapat bermanfaat untuk banyak orang.
“Yang terpenting, berdoa, yakin, dan kerja keras; maka kemudahan pasti akan datang. Berbuat baiklah kepada semua orang, maka suatu saat kita akan mendapatkan kebaikan yang tak terduga!” ujarnya mengenang pesan almarhum.
“Semoga Umla ke depan memiliki sosok pemimpin yang mempunyai semangat kepemimpinan seperti beliau,” harapnya.
Saya berdoa, semoga almarhum Pak Budi Utomo husnul Khatimah dan di tempatkan di Jannah-Nya Allah SWT, amin. (*)
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Mohammad Nurfatoni