Jokowi Bukti Indonesia Surga Akronim, kolom bahasa oleh Mohammad Nurfatoni, Pemimpin Redaksi PWMU.CO.
PWMU.CO – “Doakan ya, aku lagi isoman!” Kalimat seperti ini belakangan jamak kita dengar dan baca. Jika tidak mengikuti perkembangan bahasa—baik dalam percakapan sehari-hari ataupun di media—kalimat itu asing dan membingungkan: Apa hubungan doa dengan isoman?
Bila kita cari di kamus, yang terbesar sekalipun: Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata tersebut tidak, atau belum, kita temukan. Maklum, isoman adalah kata baru dalam khazanah bahasa Indonesia. Dia lahir seiring dengan munculnya wabah Covid-19.
Isoman adalah akronim (bukan singkatan) dari kata isolasi mandiri. Istilah ini mendeskripsikan keadaan sesesorang yang sedang mengisolasi atau mengarantina diri karena terpapar virus Corona alias positif Covid-19.
Untuk mencegah penularan penyakit tersebut, maka dia harus melakukan isolasi mandiri: di rumah atau di hotel (boleh di hutan, kalau mau) selama 14 hari.
Isoman dilakukan di luar puskesmas atau rumah sakit karena yang bersangkutan tanpa gejala atau bergejala ringan. Isoman bisa juga (terpaksa) dilakukan di rumah bagi yang bergejala sedang dan berat, karena rumah sakit overload, sudah kewalahan menerima pasien Covid-19 seperti sekarang ini.
Tapi ada loh yang terpaksa isoman di rumah karena takut dicovidkan jika pergi ke puskesmas atau rumah sakit. Fenomena ini biasanya terjadi pada mereka yang tak percaya Covid-19 karena dianggap itu bagian dari konspirasi global (yang tak percaya Covid-19 silakan magang ngepel di IGD rumah sakit tanpa APD, tanpa prokes akronim protokol kesehatan).
Jadi, salah satu berkah pandemi Covid-19 adalah lahirnya akronim baru: isoman. Beda tipis dengan akronim yang sudah populer sebelumnya: ishoma, yakni istirahat, sholat, dan makan. Beda juga dengan iso man! (saya bisa Bro!)
Surga Akronim
Selain isoman, banyak lagi akronim di sini, sehingga bisa disebut Indonesia adalah surga akronim. Kita bisa bersenang-senang (seperti di surga kan) dalam membuat akronim. Suka-suka mau bikin akronim yang sejungkir-balik apapun boleh, karena di sini tidak ada Malaikat Malik, sang penjaga nereka (beda kalau Indonesia jadi neraka akronim).
Di awal tulisan ini saja sudah ketemu akronim puskesmas. Mungkin kita malah lupa atau bahkan tak tahu jika puskesmas itu bukan kata asli, melainkan kata bentukan dari pusat kesehatan masyarakat.
Jangan-jangan Anda juga tak sadar jika narkoba itu juga bukan kata asli. Ia adalah akronim dari narkotik, psikotropika, dan obat terlarang. Ponsel yang Anda pakai membaca tulisan ini, jangan salah, itu juga akronim dari telepon seluler.
Atau sembako, ternyata akronim dari sembilan bahan pokok. Jadi, kalau Anda baksos (akronim dari bakti sosial) hanya membawa tiga bahan pokok: beras, gula, dan minyak, maka jangan bilang membagi sembako ya! Tapi bilang saja membagi tibako (akronim baru: tiga bahan pokok, he-he-he…).
Maka, jujur, mulanya saya bingung saat membaca atau mendengar kata mantul. Saya kira itu istilah bahasa Jawa yang bahasa Indonesia-nya adalah pantul dengan kata turunan, antara lain, memantulkan (bola). Tapi kok saya tak menemukan konteksnya dalam percakapan itu. Eh … ternyata … eh … ternyata itu adalah akronim dari mantap betul.
Ini imbas surga akronim. Semua bebas membuat akronim. Maka, ada kudet (kurang update), gabut (gaji buta), mager (malas gerak), suami (semua uang milik istri), debay (dedek bayi), bumil (ibu hamil), atau paksu (pak suami). Pokoknya Indonesis surga akronim. Semua ingin serba ringkas. Serba pendek.
Jangan salah pula jika rudal dan tilang adalah sebuah akronim. Tapi saya tak akan menjelaskannya di sini. Itu bagian post-test Anda. Bagi yang bisa menjawab akronimnya, kirim ke WA saya: 0812-3057-807.
Indonesia memang surga akronim! Iya sih! Hanya saya khawatir, jika anak cucu kita nanti tak tahu bahwa presiden ketujuh Republik Indonesia itu Joko Widodo. Sebab, mereka tahunya, Jokowi, akronim Joko Widodo.
Akronim Beda dengan Singkatan
Menguitp Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar.
Sedangkan singkatan menurut kamus yang sama adalah hasil menyingkat (memendekkan), berupa huruf atau gabungan huruf.
Akronim digunakan untuk mengikat suku kata maupun huruf mati dan konsonan suatu nama ataupun frase. Sementara singkatan biasanya digunakan untuk menyingkat nama orang, gelar, sapaan, jabatan, nama lembaga, satuan ukuran, hingga frase.
Akronim dan singkatan juga dibedakan dari cara pengucapannya. Untuk akronim, kata yang disebutkan mengandung makna yang sebenarnya. Sementara singkatan tidak, dan cenderung dibaca per huruf.
Contoh: Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 1 Gresik, maka jika disingkat, menjadi SMAM 1 Gresik. Tapi kalau mau diakronimkan bisa dengan Smamsatu Gresik.
Penulisan singkatan lembaga ialah dengan huruf kapital yang mengambil huruf awal setiap kata. Sedangkan untuk akronim, maka penulisannya hanya mengguakan huruf kapital di awal. Jadi: Smamsatu bukan SMAMSATU.
Selanjutnya Anda bisa menjawab ke WA saya, beberapa pertanyaan berikut ini:
- Universitas Muhammadiyah Sidoarjo ditulis Umsida atau UMSIDA?
- Kepolisian Republik Indonesia dtulis POLRI atau Polri?
- Ikatan Guru Aisyiyah Bustanul Athfal ditulis IGABA atau Igaba? Lalu membacanya per huruf I-G-A-B-A atau I-GA-BA?
- SD Muhammadiyah Manyar Gresik ditulis SDMM. Itu singkatan atau akronim?
- SMAMIO atau Smamio untuk penulisan yang benar akronim dari SMA Muhammadiyah 10 Gresik?
Cara Penulisan Akronim dan Singkatan
Singkatan dan akronim juga dibedakan dari cara penulisannya. Saat ini aturan penulisan singkatan dan akronim diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Pedoman ini resmi menggantikan pedoman Ejaan yang Disempurnakan (EYD) sejak 2016.
1. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan itu.
Misalnya:
- A.H. Nasution = Abdul Haris Nasution
- H. Hamid = Haji Hamid
- Suman Hs. = Suman Hasibuan
- W.R. Supratman = Wage Rudolf Supratman
- M.B.A. = master of business administration
- M.Hum. = magister humaniora
- M.Si. = magister sains
- S.E. = sarjana ekonomi
- S.Sos. = sarjana sosial
- S.Kom. = sarjana komunikasi
- S.K.M. = sarjana kesehatan masyarakat
- Sdr. = saudara
- Kol. Darmawati = Kolonel Darmawati
Catatan Redaksi: Sudah lazim dalam bahasa jurnalistik, singkatan nama gelar dan sejenisnya ditulis tanpa koma dan titik. Misalnya: Prof Dr Muhadir Effendy MAP.
2. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
- NKRI = Negara Kesatuan Republik Indonesia
- UI = Universitas Indonesia
- PBB = Perserikatan Bangsa-Bangsa
- WHO = World Health Organization
- PGRI = Persatuan Guru Republik Indonesia
- KUHP = Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
3. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
- PT = perseroan terbatas
- MAN = madrasah aliah negeri
- SD = sekolah dasar
- KTP = kartu tanda penduduk
- SIM = surat izin mengemudi
- NIP = nomor induk pegawai
4. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
- hlm. = halaman
- dll. = dan lain-lain
- dsb. = dan sebagainya
- dst. = dan seterusnya
- sda. = sama dengan di atas
- ybs. = yang bersangkutan
- yth. = yang terhormat
- ttd. = tertanda
- dkk. = dan kawan-kawan
5 Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:
- a.n. = atas nama
- d.a. = dengan alamat
- u.b. = untuk beliau
- u.p. = untuk perhatian
- s.d. = sampai dengan
6 Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
- Cu = kuprum
- cm = sentimeter
- kVA = kilovolt-ampere
- l = liter
- kg = kilogram
- Rp = rupiah
7. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
- BIG = Badan Informasi Geospasial
- BIN = Badan Intelijen Negara
- LIPI = Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
- LAN = Lembaga Administrasi Negara
- PASI = Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
8. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
- Bulog = Badan Urusan Logistik
- Bappenas = Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
- Kowani = Kongres Wanita Indonesia
- Kalteng = Kalimantan Tengah
- Mabbim = Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia
- Suramadu = Surabaya Madura
9. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
- iptek = ilmu pengetahuan dan teknologi
- pemilu = pemilihan umum
- puskesmas = pusat kesehatan masyarakat
- rapim = rapat pimpinan
Tulisan Jokowi Bukti Indonesia Surga Akronim ini semoga bermanfaat! (*)