PWMU.CO – Budi Utomo-Suwarti, Kisah Mengharukan Pasangan Sehidup-semati. Wakil Ketua MPKU Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Drs H Budi Utomo MKes telah berpulang Selasa (27/7/2021) sore.
Hanya berjarak 23 hari, dia menyusul sang istri tercinta Hj Suwarti. Almarhumah lebih dulu menghadap Ilahi pada Ahad (4/7/2021) pukul 22.10 WIB.
Seakan Allah telah menakdirkan mereka sehidup-semati. Keduanya lahir di tahun yang sama (1952) dan wafat di tahun yang sama pula (2021). Tepatnya, Budi Utomo lahir pada 16 September 1952, sedangkan Suwarti lahir pada 12 Januari 1952.
Mereka telah berjuang bersama melawan Covid-19 sejak awal Juli 2021 di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Almarhum dan almarhumah kini sama-sama bersemayam di kompleks TPU Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan.
Keduanya meninggalkan pelajaran berharga. Terutama sebagai bukti kekuatan cinta yang sesungguhnya. Beginilah cermin kesetiaan Budi Utomo kepada Suwarti.
23 Tahun Merawat Suwarti, Pekerjaan Biasa Budi Utomo
Perjalanan cinta mereka berawal dari SMA Pengatur Rawat dr Soetomo Surabaya. Di sekolah itu mereka menempuh pendidikan perawat, menjadi teman satu kelas. Usai menjadi PNS, mereka pun menikah.
Suwarti awalnya aktif menjalankan profesinya sebagai perawat. Karena saat itu di desanya belum banyak bidan, maka dia juga merangkap peran menolong ibu yang akan melahirkan.
Kekuatan cinta keduanya diuji kala Suwarti sakit hingga mengalami kelumpuhan. Suwarti tidak berdaya melakukan aktivitas sehari-hari, bahkan untuk dirinya sendiri.
Dalam buku Nur Cholis Huda berjudul Di Hatiku Ada Kamu dijelaskan, Budi Utomo memutuskan untuk merawat istrinya sejak sang istri sakit 22 tahun silam.
“Bukan sehari atau sepekan atau sebulan. Masa yang panjang. Sekali lagi sudah 22 tahun. Hingga kini. Bahkan sampai kapanpun dia siap merawat istrinya,” tulis Nur Cholis Huda dalam buku ke-17-nya pada April, 2020.
Budi Utomo tetap merawat Suwarti sampai akhir hayatnya di usia 69 tahun. Pasangan perawat itu meninggal pada tahun 2021. Artinya, sepertiga masa hidup—selama 23 tahun—Rektor Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla) itu sabar dan setia merawat istrinya. Tanpa beban.
Dengan rendah hati, Budi Utomo mengaku pada Nur Cholis Huda—Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim—upayanya merawat sang istri itu pekerjaan biasa.
“Latar belakang pendidikan saya seorang perawat. Dan lama menjadi perawat. Maka bagi perawat merawat orang sakit itu pekerjaan biasa, bukan pekerjaan luar biasa,” kata Budi dengan nada suara datar. Biasa-biasa saja.
Perjalanan Dini Hari sang Bapak Rumah Tangga
Dalam buku yang sama juga dijelaskan, Budi Utomo biasanya bangun sejak pukul 02.00 dini hari. Lalu dia sibuk di dapur untuk menjerang air.
Sambil menunggu air mendidih, Budi Utomo membangunkan Suwarti untuk shalat Tahajud. Kemudian lanjut shalat Subuh.
Usai shalat, Budi Utomo menjalankan perannya sebagai bapak rumah tangga. Dia membersihkan rumah, mencuci pakaian, mengepel dan hal lain yang berkaitan dengan urusan rumah.
Setelah itu, dia memandikan dan membantu Suwarti sarapan. “Sebelum berangkat beraktivitas saya sempatkan merawat Ibu (istrinya) dengan memandikan terlebih dahulu dan memberikan makan pagi,” ujarnya kepada Fathurrahim Syuhadi, Ahad (4/7/2021).
Tetap Sukses Lakoni Peran Rektor
Setelah semua urusan rumah beres, barulah Budi Utomo pergi ke kampus, menjalankan perannya sebagai Rektor di Umla. “Setelah itu saya tinggal ke Umla,” ungkap Budi Utomo.
Saat ditinggal bekerja, Suwarti ditemani asisten rumah tangga. Sesekali, anak-anaknya—tinggal berjauhan—datang menengok.
“Meskipun istrinya sakit, kehidupan keluarga Budi tetap sakinah, mawaddah, dan rahmah. Sekurang-kurangnya bisa dibuktikan dengan pendidikan tiga anaknya. Semua tamat kuliah. Anak tertua seorang dokter,” tulis Nur Cholis Huda.
Usai Budi Utomo bekerja, dia kembali menjalani aktivitasnya di rumah—Jalan Raya Sekaran Pucuk, Desa Sekaran RT 03/RW 01 Sekaran Lamongan—membersamai istrinya.
“Setelah dari Umla, aktivitas saya bersama ibu kembali. Memandikan dan memberi makan,” terang Budi Utomo.
Meski sudah beraktivitas sejak dini hari, Budi Utomo tampak tetap segar ketika bekerja. Nur Cholis Huda heran, rekannya itu juga tidak pernah terlihat punya beban berat. Lagi-lagi, dengan rendah hati, Budi Utomo menanggapi santai, “Alhamdulillah semua karena pertolongan Allah.”
Kesuksesan Budi Utomo juga tampak dari kegigihannya mengawal perkembangan Umla yang bermula dari Stikes. “Budi Utomo adalah rektor yang menerima pendirian universitasnya langsung dari Presiden Jokowi. Hal ini jarang terjadi. Saat itu Presiden datang sendiri ke kampus Umla,” ungkap Nur Cholis Huda.
Empat Sumber Kesetiaan Budi Utomo
Nur Cholis Huda menyimpulkan, ternyata kekuatan, kesabaran, dan kesetiaan Budi Utomo yang luar biasa itu bersumber dari empat hal. Pertama, ajaran agama untuk tidak berputus asa.
Kedua, cintanya kepada sang istri. “Cinta memang kekuatan luar biasa. Yang tidak mungkin menjadi mungkin. Mengubah takut menjadi berani. Mengubah lemah menjadi kuat,” tuturnya.
Ketiga, keyakinannya yang berlatar pendidikan perawat, bahwa merawat orang sakit—apalagi istrinya sendiri—adalah pekerjaan yang biasa.
Keempat, pesan ayahnya untuk mencintai istri sepenuh hati. Ayahnya menyampaikan pesan itu saat Budi dan Suwati masih segar bugar. Selain itu, dia juga meneladani wujud cinta yang ayahnya berikan ke ibunya.
Putuskan Tidak Nikah Lagi?
Pertanyaan ala netizen pun bermunculan, “Mengapa Budi—panggilan akrabnya—tidak menikah lagi?” Ternyata tidak sekadar bertanya, banyak juga yang menyuruhnya.
Justru orang pertama yang menyuruh Budi Utomo menikah lagi adalah istrinya sendiri, berkali-kali. “Mungkin sang istri merasa tidak bisa mendampingi suaminya secara semestinya,” tulis Nur Cholis Huda.
Berkali-kali pula Budi mengabaikan permintaan itu. Sampai Suwarti memintanya menikah lagi untuk yang keempat kalinya, lalu Budi memutuskan segera mengumpulkan anak-anaknya.
Di depan anak dan istrinya, Budi justru menunjukkan keteguhannya. Dia menegaskan, tidak berpikir sedikit pun untuk menikah lagi. “Bapak akan fokus terus mendampingi ibumu sampai sembuh,” tegasnya.
Istri Baru Budi Utomo di Pelaminan
Dalam perjalanan hidupnya, tentu banyak ujian hidup yang Budi lalui. Salah satunya, ujian saat mau mengadakan resepsi pernikahan anaknya. Istrinya terjatuh di kamar mandi pada H-1 resepsi. Tulang kakinya patah, maka harus opname di rumah sakit.
Nur Cholis Huda menjelaskan, “Resepsi harus terus berjalan. Meskipun tanpa kehadiran istri. Di pelaminan, Budi didampingi seorang wanita.”
Tapi, ternyata, itu bukan Suwarti. Bukan pula istri baru.
“Undangan banyak mengira itu istri Budi yang baru. Orang tidak tahu bahwa wanita itu adalah adik kandung Budi sendiri.” ungkap Nur Cholis Huda.
Dalam hati, saya mengiyakan komentar Nur Cholis Huda, “Tidak semua laki-laki punya katabahan, kesabaran dan keteguhan seperti Budi Utomo. Tidak semua laki-laki.”
Sugeng tindak, Bapak Budi dan Ibu Suwarti! Insyaallah kekuatan cinta Bapak-Ibu menorehkan kesabaran, ketabahan dan keikhlasan bagi seluruh keluarga yang ditinggalkan.
Semoga Allah SWT menerima amal kebaikan Bapak-Ibu, termasuk teladan cinta yang kalian praktikkan selama lebih dari 23 tahun itu. Semoga kini mendapat tempat terbaik di hadapan Allah SWT dan kelak akan bertemu lagi di surga-Nya. (*)
Budi Utomo-Suwarti, Kisah Mengharukan Pasangan Sehidup-semati: Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni