PWMU.CO– Dosen STAIM (Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah) Probolinggo Heri Rifhan Halili lulus ujian terbuka promosi doktor di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) secara virtual, Selasa (27/7/2021).
Mahasiswa program doktor Pendidikan Agama Islam UMM ini lulus dengan predikat cumlaude. Dia mempertahankan disertasi berjudul Pengembangan Model Pembelajaran Membaca Al-Quran Usia Dewasa dengan Peta Konsep dan Kosakata Indonesia di Tiga Majelis Taklim Jawa Timur.
Menurut pria kelahiran Pulau Kangean 16 Maret 1988 ini, penelitiannya berangkat dari masih tingginya angka buta huruf al-Quran di Indonesia. Penelitian IIQ Jakarta tahun 2018 menyebut, angka buta huruf al-Quran di Indonesia mencapai 65% dari total penduduk muslim.
”Sementara data dari BPS tahun 2013 juga menyebutkan persentase umat Islam yang belum bisa membaca Al-Quran mencapai 54%,” kata Heri Rifhan Halili yang menempuh SD hingga SMA di YPPMI Muhammadiyah Pulau Kangean.
Salah satu faktornya, kata dia, metode pembelajaran al-Quran untuk dewasa masih ada dibandingkan metode belajar al-Quran bagi anak-anak.
”Kenyataan inilah yang membuat saya tergerak untuk riset pengembangan model pembelajaran al-Quran yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan orang dewasa belajar al-Quran, meliputi buku ajar dan metodenya yang pas,” ujar Rifhan dosen STAIM Probolinggo.
Dalam disertasinya, Rifhan menjelaskan, orang dewasa memiliki kebutuhan dan gaya belajar yang sangat berbeda dengan anak-anak. Di antaranya, orang dewasa tidak bisa dipaksa belajar namun dengan kesadaran sendiri, tingkat stres yang tinggi karena kesibukan pekerjaan, psikologi yang mudah tersinggung jika merasa tidak dihargai, kekeluan lidah saat melafazkan huruf Arab, hingga daya tangkap yang menurun bagi yang sudah memasuki masa lanjut usia.
”Karena itu para pengajar al-Quran usia dewasa harus memahami betul bagaimana kebutuhan dan psikologi belajar orang dewasa, sebab keterlibatan ego orang dewasa dalam belajar akan sangat menentukan keberhasilan pembelajaran bagi mereka,” kata Rifhan, dosen STAIM yang juga menjadi pengasuh program Tilawah By Phone Radio Suara Muslim Surabaya.
Tiga Metode Baru
Ada tiga hal baru yang menjadi keunggulan dari buku ajar dan metode pembelajaran al-Quran usia dewasa susunan Rifhan. Buku ajarnya menggunakan media peta konsep dan kosakata Indonesia yang mengacu pada sebagian kaidah Arab Pegon, serta metode pembelajarannya yang mengacu pada prinsip andragogi atau cara mengajar orang dewasa.
”Media peta konsep yang digunakan berupa gambar-gambar yang memuat rumusan singkat kaidah bacaan al-Quran, sehingga orang dewasa bisa dengan mudah memahami dan mengingatnya. Dengan peta konsep, orang dewasa juga bisa belajar sendiri di tengah kesibukan kerja, di samping tetap melalui bimbingan guru mengaji di saat waktu luangnya,” jelas dia.
Sedangkan media Kosakata Indonesia dalam buku ajar yang disusun Rifhan mengacu pada Arab Pegon meski tidak semua kaidahnya digunakan. Artinya, dalam latihan-latihan bacaan di buku ajarnya dimasukkan Kosakata Indonesia yang ditulis dengan huruf Arab, untuk menjembatani kekeluan lidah orang dewasa dalam membaca huruf Arab, sehingga menjadi mudah dan menarik dipelajari.
Dari sisi metode pembelajarannya, Rifhan juga menyusun tahapan pembelajaran yang disingkat MUDAHKAN, yaitu Motivasi, Ulangi pelajaran lama dan Uraikan pelajaran baru, Dibaca-Disimak-Diulang, Apresiasi yang sudah bisa, Hormati yang belum bisa, Konsepkan, Arahkan, dan Nilai atau Evaluasi bersama.
Rifhan menerapkan metodenya itu pada tiga majelis taklim yaitu di Pusdikpel Kodikopsla Kodiklatal Surabaya, di kalangan dokter dan tenaga kesehatan di RS Randegansari Husada Driyorejo Gresik, dan Majelis Taklim Ahludz Dzikri Sidoarjo.
”Saya memilih tiga tempat berbeda untuk uji coba buku dan metode pembelajaran al-Quran ini, agar bisa mengakomodasi berbagai profesi dan latar belakang usia dewasa dalam belajar al-Quran,” katanya.
Hasilnya, sambung ia, model pembelajaran baru ini lebih efektif sekitar 30% bila dibandingkan dengan model pembelajaran lama yang digunakan sebelumnya.
”Alhamdulillah meski di tengah pandemi saya bisa menyelesaikan pendidikan tepat waktu, saya berharap penelitian ini bisa memberi manfaat untuk mengurangi angka buta huruf al-Quran yang cukup tinggi di Indonesia,” ujar pria yang sejak S1 hingga S3 mendapat beasiswa program kader Persyarikatan ini. (*)
Penulis Fajar Arifianto Editor Sugeng Purwanto