
PWMU.CO – Kisah Mufti Syria ‘Salah’ Baca Doa Sapu Jagat. Ustadz Ali Hasan al-Bahar Lc MA mengisahkannya pada Pengajian Orbit yang digelar Yayasan Orbit Lintas Karya, Kamis (29/7/21) malam.
Bertema “Takdir Ilahi”, pada pengajian via Zoom Cloud Meeting itu hadir Pembina Orbit Prof M Din Syamsuddin MA PhD. Selain itu, hadir pula ustadz kondang seperti Ustadz Koko Liem dan Ustadz Wijanarko, serta para artis maupun ahli.
Mufti Salah Baca Doa Sapu Jagat
Membuka kajiannya, Ali Hasan bercerita pesan ulama yang menarik perhatiannya. Sekitar tahun 1960-an, ada pertemuan Konferensi Ulama Sedunia di Indonesia.
Beberapa ulama sepuh diminta menyampaikan pandangannya. Salah satunya Mufti dari Syria Syekh Ahmed Kuftaro, almarhum. Tapi, ada yang salah dari ucapan Mufti itu.
Setelah menyampaikan hamdalah dan shalawat pada pidatonya, Syekh Ahmed Kuftaro salah mengucap doa. “Rabbana aatina fil akhirati hasanah wa fiddunya hasanah,” ucapnya.
Di tengah kehebohan forum, salah satu peserta mengingatkan, “Astaghfirullah, Rabbana aatina fiddunya tsumma fil akhirat!“
Syekh Ahmed mengulang lagi doanya, tapi masih salah. Persis dengan yang pertama kali dia baca. Para ulama yang hadir ramai berkomentar, “Masak sebagai seorang Mufti salah baca doa sapu jagat?”
Syekh itu mengulang dengan lebih jelas lagi, “Rabbana aatina fil akhirati hasanah wa fiddunya hasanah.“
Sudah Benar Praktikkan Doa?
Lagi-lagi forum heboh mengingatkan dia, karena pada doanya itu dia mendahulukan akhirat. Tapi dia hanya tersenyum dan mengatakan, “Doa yang saya baca sengaja saya balik dan inilah kita, umat Islam!”
Ada apa dengan umat Islam? “Kalau membaca doa nggak pernah salah, tapi mempraktikkan doanya jarang yang benar,” sambungnya.
Ahmed Kuftaro paham, semua peserta yang hadir sadar ada yang salah ketika dia mengubah doanya. Lantas dia bertanya, “Doa yang kita baca itu kita praktikkan atau tidak?”
“Bagaimana kita minta kepada Allah ‘fiddunya hasanah‘ tapi sekarang (tahun 1960-an) umat Islam peniti saja impor?” tambahnya.
Jangan Lupa Dunia Hasanah
Dia menekankan, umat Islam kini menjadi umat yang konsumtif, bukan produktif. Artinya, tidak sedang berada di dunia hasanah (baik). “Kalau dunia sudah tidak hasanah, jangan harap mendapat akhirat hasanah!” tuturnya.
Jadi, kenapa pada doa itu yang didahulukan dunia, bukan akhirat? Dia menerangkan, karena ada sebagian umat Islam yang terlalu melupakan dunia ketika berupaya memahami akhirat.
Padahal ada pesan dalam al-Quran surat al-Qashas 77:
” … وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا …. “
Artinya, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi.
Demikian kisahnya. Ternyata di balik kesengajaannya salah mengucap doa, ada pesan penting untuk mendahulukan praktik baik di dunia. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni