
PWMU.CO – Bayangkan kalau yang Jadi Khalifah itu Malaikat? Ustadz Ali Hasan al-Bahar Lc MA membahasnya pada Pengajian Virtual Yayasan Orbit Lintas Karya, Kamis (29/7/21) malam.
Pengajian via Zoom Cloud MeetingS itu bertema “Takdir Ilahi”. Pembina Orbit Prof M Din Syamsuddin MA PhD dan istrinya Rashda Diana ikut hadir. Hadir juga ustad kondang seperti UstadZ Koko Liem dan UstadS Wijanarko, serta para artis maupun ahli.
Malaikat Saja Tidak Tahu
Dalam kajian itu, Ali Hasan mengingatkan dialog antara Tuhan dan malaikat pada al-Baqarah 30-31:
اِنِّیۡ جَاعِلٌ فِی الۡاَرۡضِ خَلِیۡفَۃً ؕ قَالُوۡۤا اَتَجۡعَلُ فِیۡہَا مَنۡ یُّفۡسِدُ فِیۡہَا وَ یَسۡفِکُ الدِّمَآءَ ۚ وَ نَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ ؕ قَالَ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ. وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَسْمَاۤءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلٰۤىِٕكَةِ فَقَالَ اَنْۢبِـُٔوْنِيْ بِاَسْمَاۤءِ هٰٓؤُلَاۤءِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
Dari ayat itu, Ali Hasan mengingatkan ketika Allah mengumumkan di hadapan para malaikat, “Aku berkehendak menjadikan di muka bumi khalifah (yang mengelola silih berganti).”
Saat Allah mengatakan yang akan menjadi khalifah adalah manusia, malaikat bertanya-tanya tentang ketetapan Allah. “Apakah Engkau akan menjadikan di muka bumi sebagai khalifah adalah manusia? Yang kami tau, karakternya manusia itu akan berpotensi mendatangkan kehancuran dan menumpahkan darah,” kata malaikat.
Malaikat juga menyatakan, “Kami kan selalu bertasbih, menyucikan-Mu.” Lalu, malaikat yang suci itu Allah ingatkan, “Aku maha mengetahui apa-apa yang tidak kamu ketahui.”
Ali Hasan menyimpulkan, malaikat yang suci saja tidak tahu, apalagi manusia.
Malaikat Tahu Diri, kalau Manusia?
Tapi kemudian, lanjut Ali Hasan, Allah memberikan ilmu—tentang fungsi-fungsi semua ciptaan Allah—kepada Nabi Adam alaihissalam. Jadi, manusia berpotensi mengembangkan dan mendatangkan perubahan.
“Bayangkan kalau yang jadi khalifah malaikat, kira-kira pesantren di Sumbawa akan ada apa tidak?” tanya Ali Hasan.
Ali Hasan menegaskan, malaikat menerima apa adanya, sedangkan manusia punya akal dan syahwat. Begitu Nabi Adam sudah menerima ilmu, Allah memerintah, “Hai para malaikat, kamu yang tadi mempertanyakan kenapa yang menjadi khalifah itu manusia, sekarang jelaskan kepadaku apa fungsi dari ciptaan-ciptaan-Ku”
Malaikat menjawab dengan mulai memuji Allah, “Maha suci Engkau ya Allah,” Malaikat yang luar biasa itu sadar. “Tidak ada satu pun ilmu yang ada pada kami, kecuali semua yang Engkau berikan kepada kami. Engkaulah Tuhan yang maha mengetahui dan maha bijaksana.”
Ali Hasan menegaskan, ayat itu menunjukkan malaikat tau diri. Tapi kenyataannya, banyak manusia yang tidak tau diri.
Tuhan Telah Menetapkan
Ali Hasan menyatakan, manusia diminta untuk tahu diri. Sebab, saat hidup di alam raya ini tidak sendirian. “Jangan pikir sakitnya kita gak ada hubungannya dengan rezekinya dokter!” tuturnya. Begitu pula virus yang datang saat ini, imbuhnya, jangan kita pikir tidak ada hubungannya dengan rezeki para ilmuwan.
Dia menegaskan, semua yang terjadi sudah menjadi ketetapan Allah. Apa yang tercatat di sisi Allah namanya qadha, sedangkan apa yang terjadi sesuai dengan catatan Allah namanya qadar.
Sebagai manusia, lanjutnya, kita tidak tahu tentang qadha. Seperti pepatah “Rahasia raja tidak mungkin diketahui para budak”.
Tapi Tuhan bisa tahu daun yang jatuh, yang terputus dari rantingnya. Tuhan telah menetapkan segala sesuatu. “Apapun yang kita lakukan tidak keluar dari ketetapan-Nya,” terangnya.
Jangan sampai, lanjutnya, ada yang menganggap suatu peristiwa di luar pengetahuan Tuhan. Allah SWT yang menciptakan alam raya dengan semua kompleksitasnya. “Dia Maha Tahu, Maha segalanya dan Dia kaya!” tegasnya.
Tahu Diri dengan Olah Jiwa
Maka, Ali Hasan mengimbau kita sebagai manusia agar tahu diri akan keterbatasan, sehingga bisa tau diri untuk tunduk terhadap yang maha segalanya. “Manusia mau sombong dari mana sih? Ngantuk datang saja nggak bisa ditolak,” ujarnya.
“Manusia diberi akal, akal itu membantu. Tapi jangan sampai menuhankan akal. Takdir bagi Allah tidak ada yang aneh dan di luar pengetahuan-Nya,” jelas dia.
Jadi dalam menyadari ketetapan Allah, menurutnya perlu olah jiwa. Yaitu dengan menyadari manusia kecil—tapi seperti mampu segala sesuatu—-dan sangat terbatas. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni