PWMU.CO – Tangkal hoax Covid-19 dengan bersikap kritis dan cerdas menerima informasi apapun. Termasuk menyaring info sebelum saring ke orang lain.
Demikian yang disampaikan Syarif Sahidin, Ketua Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Bandung (KPI UMBandung), Kamis (29/7/21).
Menurut Syarif, harus diakui selama pandemi Covid-19 banyak hoax yang bertebaran di media sosial. Bahkan hoaks yang sangat meresahkan tersebut sudah masuk ke ruang-ruang privat.
“Masyarakat yang kemampuan literasinya lemah, tentu akan rentan menjadi korban hoaks-hoaks tersebut. Sehingga akhirnya akan menimbulkan dan menyebarkan keresahan-keresahan baru di tengah masyarakat, yang kondisinya sedang kurang bagus karena masih dalam keadaan pandemi Covid-19,” ujarnya.
Mengenai hoaks tentang Covid-19 dan vaksin yang masih merajalela di tengah-tengah masyarakat, Syarif menilai, bahwa saat ini kondisi masyarakat yang sedang tidak baik-baik saja.
“Ditambah dengan maraknya hoaks, khususnya di media sosial, masyarakat harus lebih kritis dan cerdas dalam menerima informasi apa pun. Jangan langsung main sebar saja,” pesannya.
Dia mengatakan, perlu adanya check and richeck ketika menerima sebuah informasi untuk memastikan kebenarannya.
“Hoaks yang beredar kan mengenai vaksin ini, di antaranya ada efek atau gejala sakit yang timbul setelah divaksin. Kemudian isu penanaman chip-lah ke dalam tubuh orang yang divaksin. Nah, yang paling ramai mengenai status dari kehalalan dari vaksin tersebut. Padahal sudah jelas bahwa vaksin itu aman, kemudian vaksin adalah sebuah upaya pencegahan dari virus Corona,” kata Syarif.
Hal yang paling penting, ujar Syarif, vaksin itu halal sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Begitu juga menurut ormas-ormas Islam di Indonesia. ”Kita harus saring dulu kalau mendapat sebuah informasi sebelum sharing kepada orang lain,” paparnya.
Tangkal Hoax
Syarif menilai, pengaruh dan dampak hoaks sangat besar kalau hoax ini terus dibiarkan tanpa ada pencegahan yang tepat. “Ada sebagian masyarakat yang merasa takut secara berlebihan terhadap Covid-19 dan juga vaksin,” ungkapnya.
Menurutnya, kalau hoaks terus merajalela tanpa adanya pencegahan yang masif, bisa-bisa penyelesaian persoalan Covid-19 yang sedang dihadapi oleh bangsa tidak selesai.
“Misalnya, kalau sebagian masyarakat kita menolak vaksin karena termakan isu hoaks bahwa vaksin itu tidak halal. Sehingga upaya kita semua termasuk juga Muhammadiyah untuk mencegah penyebaran Covid-19 ini akan terhambat,” tutur alumnus UIN Sunan Gunung Djati tersebut.
Syarif menganalisis, pangkal penyebab berita hoaks berkaitan dengan informasi Covid-19 dan vaksin yang masih merajalela, di antaranya adalah ketika sebagian masyarakat kita termakan dengan informasi dan berita yang muncul atau beredar di media sosial. Mereka asal menyebarkan saja.
”Mereka mengonsumsi informasi dan berita tersebut bukan dari media-media arus utama. Saran saya, ketika ada sebuah informasi muncul di media sosial, jangan dulu percaya sebelum di cek kebenarannya di media arus utama. Hal tersebut penting kita lakukan,” tandas Sayrif.
Peran Tokoh Masyarakat
Untuk menangkal masifnya penyebaran hoax, Syarif menilai bahwa peran tokoh masyarakat, agama, politik, digital, dan tokoh-tokoh berpengaruh lainnya, harus lebih tajam serta gencar lagi dalam mengedukasi masyarakat mengenai bahaya hoax.
Syarif juga menegaskan, saat ini para tokoh di Indonesia sudah bertindak dengan benar. Para ulama Muhammadiyah, khususnya, sudah satu suara dengan pemerintah dalam memberikan edukasi, informasi mengenai bagaimana sikap masyarakat untuk menghindari Covid-19 ini, yakni dengan ajakan hidup sehat, taat terhadap prokes, menghindari kerumunan, dan sebagainya.
”Dan yang paling penting adalah Muhammadiyah dan ormas-ormas Islam yang lain, selain berupaya memutus mata rantai penyeberan Covid-19 ini, kita juga peduli dengan kondisi masyarakat yang terdampak ekonominya, dengan memberikan bantuan melalui lembaga amil zakatnya,” ujarnya. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.