Mengatasi Turunnya SPP Sekolah Swasta kala Pendemi oleh Syaifulloh, penikmat pendidikan.
PWMU.CO – Percakapan saya dengan salah satu pengasuh pondok pesantren ini cukup memilukan.
“Bagaimana Pak kondisinya sekarang?”
“Kok rasanya semakin berat. Kemampuan orangtua santri membantu membayar untuk kebutuhan hidupnya semakin menurun. Padahal kebutuhan makan tiga kali sehari setiap saat harus kami sediakan agar mereka tercukupi nutrisinya.
Kemampuan orangtua santri untuk membayar iuran setiap bulan terus menurun dari awal pendemi sampai sekarang. Satu sisi kami juga memahami kondisi sulit ini yang juga kami rasakan.”
Inilah salah satu kondisi nyata pondok pesantren menengah yang ada di salah satu kabupaten di Jawa Timur yang disampaikan kiai ketika menghadapi kebutuhan pondok dan sekolah yang terus berjalan dan cenderung naik, sedangkan pemasukan setiap bulan cenderung menurun.
Walaupun pondok pesantren telah didukung oleh usaha bercocok tanam pertanian, sayuran, buah pepaya, dan lain-lain, tetapi hal itu belum bisa mengangkat kebutuhan yang meningkat. Apalagi setiap panen padi harganya selalu turun. Pun juga harga sayuran, cabe merah dan ain-lain. Selalu turun saat panen sehingga merugikan dan mengurangi modal tanam.
Kisah pilu ini bisa jadi juga dialami oleh sekolah swasta yang lain karena ada dampak ekonomi dari penyebaran vrus Covid-19. Pandemi yang sudah berjalan hampir dua tahun ni belum tampak penurunannya secara signifikan walaupun pemerintah sudah mengganti beberapa kali istilah untuk menangani pendemi ini.
Pergantian istilah terakhir dari penanganan virus Covid-19 adalah dengan menggunakan PPKM level 4. Penggunaan level 4 ini ternyata mengganggu cukup sifnifikan pemasukan sekolah dari iuran yang dibayarkan oleh wali murid setiap bulannya.
Bahkan ada curhatan kepala sekolah dari beberapa sekolah swasta yang tingkat pembayaran iuran siswa setiap bulan akhir-akhir ini tinggal berkisar antara 20-30 persen sehingga secara operasional cukup mengganggu dengan kekurangan dana ini.
Memperkuat Dana Sekolah dengan Penempatan Dana
Penempatan dana sekolah kepada pihak lain tentunya harus menggunkan analisis yang bagus dan juga dilakukan shalat istikharah agar dana sekolah yang akan ditempatkan kepada pihak lain berlangsung aman dan bisa membantu keuangan sekolah secara signifikan setiap bulannya.
Sebagai contoh, ada salah satu sekolah dasar Muhammadiyah di Jatim yang memiliki saham di beberapa usaha ekonomi yang perputarannya sepertinya cukup cepat dan kemungkinan tingkat ruginya sangat kecil, bahkan harga komoditi yang diputar kecenderungannya selalu naik.
Sekolah menempatkan dananya pada usaha pupuk untuk pertanian yang tingkat perputarannya cukup cepat dan besar. Sekolah bisa menerima keuntungan setiap bulan dari hasil ini. Sekolah ini juga menemparkan dana untuk perputaran usaha polowijo yang tidak mungkin mengalami kerugian karena harga beli di pasar selalu menyesuaikan dengan kebutuhan pasar.
Ada juga sekolah yang memiliki usaha peternakan ayam yang juga memiliki keuntungan cukup besar walaupun juga memiliki risiko kerugian cukup besar kalau terserang penyakit. Tetapi sekolah ini sempat bertahan beberapa tahun menjalankan bisnis ini untuk memperkuat keuangan sekolah.
Ada juga sekolah yang memanfaatkan lahannya yang cukup luas untuk menanam kelapa dan jumlahnya sangat banyak. Ternyata sekolah di dusun itu mendapatkan penghasilan rutin cukup lumayan dan lumintu. Di samping itu sekolah juga memiliki budi daya ikan hias sebagai pemasukan berskala cukup besar.
Bagaimana kalau sekolah tidak memiliki dana cukup untuk memulai dan memasukkan dana ke pihak lain? Selalu tetap berikhtiar dan berdoa semoga Allah SWT memberikan kemudahan dan keberkahan.
Ada suatu hari beberapa tahun yang lalu seorang kiai dan rombongannya datang ke rumah. Ternyata bermaksud mendirikan sekolah di pondok pesantren . Karena selama ini terbiasa berpikir kondisi nyata ketika mendiskusikan masalah sekolah.
Terus saya tanya: “Mohon maaf Kiai, sudah dipersiapkan anggaran berapa untuk mendirikan sekolah?”
Pak Kiai bilang, “Di tangan tidak ada tapi uangnya masih disimpan Allah SWT, tinggal butuh berapa nanti saya sunggrek,” ujarnya sambil tertawa bersama-sama.
Qodarullah ternyata apa yang beliau sampaikan bisa menjadi kenyataan dan bisa mendirikan sekolah termasuk menyiapkan segala macam operasional kebutuhan sekolah.
Upaya mengobati gerogotan dana sekolah mestinya menjadi tantangan besar untuk menguatkan bersama baik secara kelembagaan maupun secara individu agar kebutuhan operasional sekolah bisa maksimal dengan memiliki pemasukan rutin dari kewirausahaan sekolah di berbagai bidang ekonomi. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni