PWMU.CO – Almarhum Budi Utomo di Mata Anak Buah, dari Satpam hingga Dekan. Drs H Budi Utomo MKes (69) Rektor Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla) yang wafat, Selasa (27/7/2021) di RS Muhammadiyah Lamongan meninggalkan banyak kenangan dan simpati.
Termasuk yang datang dari karyawan Umla dari level terbawa sekalipun. Mereka merasa sangat kehilangan sosok panutan yang dianggap bisa mengayomi selama ini. Budi Utomo sudah dianggap orangtua sendiri
Kesan yang mendalam itu diungkapkan oleh mereka mulai dari security, cleaning service, dosen senior, dosen junior, dekan dan Kepala LPPM. Berikut ini kenangan mereka.
Berjiwa Kebapakan
Afif Afandi, aktivis angkaan muda Muhammadyah (AMM) Lamongan yang bekerja pada Januari 2010-Januari 2013 sebagai Satuan Pengamanan (Satpam) Umla menyampaikan kenangannya. “Selama bekerja di Stikes—sebelum benjadi Umla–Pak Budi Utomo merupakan sosok pimpinan yang tegas dan keras, namun tetap mendahulukan akhlak,” ungkapnya.
“(Beliau) selalu berusaha menjadi penengah jika terjadi masalah. Namun jiwa kebapakannya tidak pernah hilang. Itu salah satu yang saya rasakan kenapa Pak Budi menjadi sosok yang tak terlupakan oleh semua orang, meskipun beliau telah tiada,” ungkap Sekretaris Pimpinan Cabang Muhammadyah (PCM) Sarirejo, Lamongan ini.
Pak Budi, sambungnnya, selalu memberi semangat kepada yang muda. Nasihatnya penuh motivasi. “Garda terdepan pelayanan. Begitulah ia menyebut satuan pengamanan atau security kampus,” jelas mantan Ketua Umum Pimpinan Wilayah IPM Jawa Timur ini.
Selalu Pamit
Hepi Dianto, satpam lainnya, yang bekerja sejak tahun 2008 merasa kehilangan atas wafatnya Budi Utomo. Ia mempunyai kesan tersendiri. “Beliau selalu membimbing anak buahnya supaya disiplin dalam bekerja dengan ikhlas. Menegur dengan senyum walau kami salah. Beliau adalah bapak bagi kami,” kenangnya.
Ketika ada masalah dalam pekerjaan, lanjutnya, beliau tempat kami curhat dan memberi solusi. “Ketika datang memberi tahu dan pada saat pulang beliau selalu pamit kepada karyawan yang ada,” kata di sambil mendoakan Budi Utomo mendapat tempat di surga.,
Khosiin Dwi Wijaya, petuga cleaning service yang bekerja sejak kampus Stikes berdiri tahun 2015 ini juga merasa kehilangan atas wafatnya Budi Utomo.
“Dengan wafatnya Pak Budi Utomo, saya merasa sangat kehilangan. Pak Budi orang baik dan sederhana. Selalu memperhatikan dan menyapa karyawan,” kenang bapak dua anak ini.
Khosiim mengungkapkan, Budi Utomo adalah sosok pemimpin yang bijaksana. Selalu memberi motivasi untuk semua dosen dan karyawan. Walau punya jabatan tinggi tetapi tetap hormat pada karyawan kecil.
Sosok Ayah
Moh. Saifudin SKep Ns SPsi MKes, dosen senior Umla, juga merasa kehilangan dengan wafatnya Budi Utomo. Ia menganggap Budi Utomo adalah ayahnya sendiri”
“Sosok itu telah pergi, ya…sosok itu telah pergi, pergi meninggalkan kami, yang sayang dan selalu bangga terhadapnya. Sosok ayah, sosok bapak, sosok pengayom, sosok pelindung dan sosok yang terbaik bagi kami semuanya,” kenang alumni magister kesehatan Unair ini
“Selamat jalan bapak kami, ayah kami tercinta dan tersayang. Kenangan, ilmu, contoh terbaik, dan pendidikan kehidupan luar biasa yang telah jenengan contohkan dan berikan Insya Allah menjadi amal jariyah yang tidak ada putusnya,” tambahnya.
“Insya Allah akan kami aplikasikan dalam kehidupan, dedikasi, perjuangan yang pantang menyerah adalah ciri khas panjenengan … kami akan selalu kenang dan akan menjadi cerminan kehidupan yang luar biasa,” ucap dosen yang mengajar sejak awal berdirinya Stikes ini.
Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Umla Abdul Rokhman Skep Ns MKep juga menyampaikan kenangannya. Menurutnya, Budi Utomo adalah seorang yang ramah pada semua karyawan dan mahasiswanya
Alumnus Magister Keperawatan Universitas Brawijaya Malang mentasakan Budi Utomo sebagai seorang sosok pemimpin yang tidak kenal lelah dan selalu optimis terhadap apa yang dicita-citakan untuk kemajuan Umla.
“Kepada saya pribadi beliau selalu berpesan, amal usaha yang kita kelolah saat ini adalah untuk umat, maka harus kita besarkan dan kemanfaatannya bisa dirasakan oleh smua masyarakat. Tidak hanya untuk golongan tertentu,” jelasnya yang menjadi Ketua LPPM sejak 2019 ini.
Menurut Ketua Kantor Layanan Lazismu Umla Tatag Satria Praja Budi Utomo berkarakter santun. “Saya menyaksikan selama menjadi dosen di Umla, beliau orang yang sangat santun. Beliau setiap ketemu pasti akan menyapa bawahannya. Beliau luar biasa di usia yang sudah 69 tahun tapi masih semangat untuk kegiatan di kampus,” jelas dosen AIK ini.
Tatag Satria Praja yang selalu dipanggil ustadz ini, menyakskan Budi Utomo rajin berjamaah di masjid kampus. “Jika ada kajian di kampus dan beliau ada kesibukan mendadak setelah berjamaah maka beliau meminta izin kepada yang mengisi kajian,” ungkap dia.
“Beliau selalu perhatian kepada para anak-anaknya. Ketika berbicara dengan beliau seperti bukan sebagai pimpinan karena kerendahan hati beliau yang luar biasa. Beliau adalah pemimpin yang nyungkani” karena keramahan dan kelembutan beliau,” tambah Ketua KBIH Labaik ini.
Berjuang tanpa Henti
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Arifal Aris Skep Ns MKes menyampaikan Budi Utomo adalah sosok pemimpin yang memiliki jiwa penyabar, ikhlas, tekad yang kuat dalam mewujudkan impian dan cita cita amal usaha Muhammadiyah. Tidak mengenal lelah dan berjuang tanpa henti.
“Pak Budi Utomo memiliki impian dan harapan yang kuat untuk mewujudkan Umla menjadi perguruan tinggi yang terkemuka. Mampu bersaing secara nasional bahkan internasional. sehingga berbagai usaha beliau lakukan termasuk pengembangan sarana prasarana, peningkatan jenjang karir dosen dan kelengkapan laboratorium,” ungkap alumnus Pondok Pesantren Muhammadiyah Babat yang kini jadi kandidat doktor Unair Surabaya.
Dekan Fakultas Sains Teknologi dan Pendidikan (FSTP) Eko Handoyo SKom MKom menilai Budi Utomo sebagai sosok pemimpin yang sederhana dan bijak dalam setiap keputusan dengan mempertimbangkan semua kepentingan.
“Saya sangat berkesan ketika pertama kali masuk di Umla bertemu dengan beliau di acara workshop. Saya diajak beliau untuk sarapan rawon. Meskipun seorang rektor beliau tidak canggung untuk berinteraksi dengan pegawai baru dan selalu berpikiran terbuka terhadap teknologi,” kenangnya.
Eko menilai dalam memajukan Umla Budi Utomo selalu berpikir untuk memajukan Umla sebagai perguruan tinggi muhammadiyah yang unggul.
“Dengan mengedepankan pendidik yang profesional dan memiliki kedekatan emosional dengan mahasiswanya. Sehingga mampu menjadi teladan bagi setiap mahasiswa. Dengan itulah menjadikan kemajuan Umla melalui proses pendidikan yang profesional, berkemajuan dengan rasa kekeluargaan di seluruh civitas akademika,” jelas alumni Magister Tehnik Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta ini.
Eko Handoyo juga selalu teringat pesan khusus Budi Utomo pada saat ia mendapat jabatan sebagai Dekan FSTP di usia yang masih muda.
“Jangan malu untuk belajar pada siapapun. Menjadi pemimpin haruslah mampu menjadi contoh yang baik di lingkungan kampus ataupun di luar kampus,” ungkap aktivis Pemuda Muhammadiyah Lamongan ini, menirukan pesan sang rektor, yang kini telah pergi selamanya.
Semoga menjadi amal sholeh dan amal jariyah menuju surga Allah SWT. (*)
Penulis Fathurrahim Syuhadi Editor Mohammad Nurfatoni