PWMU.CO – Istri wafat suaminya tetap tegar jadi imam shalat jenazahnya. Begitulah peristiwa yang menyertai kepergian Lilik Rosyidah (45), yang wafat di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan (RSML), Senin (26/7/2021) karena terpapar Covid 19.
Sang suami, Masroin Ashaffani, adalah Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Lamongan. Bukan hanya saat menjadi imam, dia juga tetap tegar ketika memberikan tausiah saat pelepasan jenazah.
Almarhumah Lilik Rosyidah dishalatkan di halaman Masjid At-Taqwa Muhammadiyah Desa Keduyung, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, dengan protokol kesehatan. Jenazahnya tetap berada di dalam mobil ambulans.
Nasihat Kematian
Saat melepas istrinya usai shalat jenazah, Masroin Ashaffani mengatakan Dinda Lilik Rosyidah—begitu dia menyebut istrinya—adalah pendamping yang ulet dan sabar. Ia perempuan yang sangat mengerti kondisi suaminya, sehingga ia tidak pernah minta uang kepadanya.
“Insyaaallah istri saya adalah syahidah karena meninggal dalam wabah tha’un. Sebagaimana disebutkan dalam salah satu haditst,” jelasnya
Kemudian ia mengutip Surat al-Hadid Ayat 1
سَبَّحَ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.
Kemudian pada ayat kedua disebutkan
لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۚ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Kemudian ia menyitir surat al-Baqarah ayat 155
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”.
Kemudian ia mengutip Surat Yasin Ayat 12
اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْٓ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ
Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauhul Mahfuzh).
Sebelum mengakhiri sambutannya, ia menyampaikan kepada petakziah, apabila ada salah atau khilaf istrinya mohon dimaafkan. Bila ada utang-piutang bisa disampaikan ke dirinya.
“Mohon dimaafkan istri saya Lilik Rosyidah bila mempunyai salah dan khilaf kepada para jamaah, tetangga, sahabat dan handai-taulan. Bila mempunyai hutang mohon berhubungan dengan saya. Insya Allah saya masih bertanggung jawab”, jelas penyandang gelar Magister Pendidikan ini
Pada saat di makbarah (pemakaman) Masroin pun melepas istrinya dan menyampaikan terima kasih pada semua pentaziyah.
Di makhbaroh ini tak lupa Masroin menukil Surat al-Muluk ayat 1, sebagai berikut
تَبٰرَكَ الَّذِىۡ بِيَدِهِ الۡمُلۡكُ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيۡرُۙ
“Mahasuci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Kemudian pada ayat kedua disebutkan
اۨلَّذِىۡ خَلَقَ الۡمَوۡتَ وَالۡحَيٰوةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ اَيُّكُمۡ اَحۡسَنُ عَمَلًا ؕ وَهُوَ الۡعَزِيۡزُ الۡغَفُوۡرُۙ
“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.
Masroin mengakhiri sambutannya di maghbaroh dengan doa untuk jenazah istrinya.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَها وَارْحَمْها وَعَافِيْها وَاعْفُ عَنْها اَللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَها وَلاَ تَفْتِنَّا بَعْدَها وَاغْفِرْ لَنَا وَلَها اَللَّهُمَّ أكْرِمْ نُزُلَها وَوَسِّعْ مَدْخَلَها وَاغْسِلْها بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ كَمَا يُنَقَّ الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ اَللَّهُمَّ اجْعَلْ قَبْرَها رَوْضَةً مِنْ رِيَاضِ الجِنَانِ وَلاَ تَجْعَلْ قَبْرَها حَفْرَةً مِنْ حَفَرِ النِّيْرَانِ اَللَّهُمَّ إِنْ كَانَ مُحْسِنََا فّزِدْ فِيْ إِحْسَانِها وَاِنْ كَانَ مُسِيْئََا فَتَجَاوَزْ عَنْ سَيِّئَاتِها وَقَدَّسَ اللَّهُ رُوْحَها وَكَرَّمَ نُزُوْلَها وَأَوْسَعَ مَدْخَلَها وَنَوَّرَ ضَرِيْحَها وَيُعْلِيْ دَرَجَاتَها فِيْ الجَنَّةِ بِبَرَكَةِ اَلْفَاتِحَة
Kepada teman-temannya Masroin mohon didoakan agar sehat selalu. Diberikan kekuatan Iman dan Islam. Diberikan kesabaran ditinggal istri tercintanya. Segera bisa melalukan aktivitas dakwah lagi.
Sama-Sama Masuk RSML
Lilik Rosyidah masuk RSML Kamis (5/7/2021) malam, setelah sempat isolasi mandiri di rumahnya, di Keduyung selama dua pekan. Ia, suami, dan anak pertama bergejala Covid-19.
Suaminya, Masroin Assafani sepekar dirawat di RSML. Kondisinya cepat membaik sehingga bisa lebih cepat pulang. Pada saat Masroin pulang, ternyata istrinya harus opname di RSML
Walau sama-sama dirawat di RSML saat itu, tetapi suami istri ini tidak bisa bertemu. Perawat tidak memperbolehkan bertemu dengan alasan kesehatan.
Ketika dinyatakan sembuh, Masroin diperbolehkan pulang untuk melanjutkan isolasi mandiri di rumah. Sedangkan sang istri tetap dirawat di ruang isolasi, kemudian di ICU, dan akhirnya meninggal dunia.
Riwayat Hidup
Lilik Rosyidah putri pasangan H Suenardi dan Masfuah lahir di Keduyung, Laren, Lamongan, 10 September 1976. Ia menempuh pendidikan di MIM 5 Keduyung dan merangkap SDN Mojoasem. Kemudian melanjutkan ke SMPM 17 Laren dan menyelesaikan SMAM 3 di Parengan.
Pernikahan Lilik Rosyidah dengan Masroin pada tanggal 23 November 1997 dilaksanakan dengan penuh kesederhanaan. Dari pernikahan itu ia dikaruniai anak empat, tiga putra dan satu putri.
Yaitu Dhiyaul Ilmi Alfatawa (mahasiswa STIT Muhammadiyah Paciran semester akhir), Nuhi Dhuha Qoribullah (mahasiswa Unesa Jurusan Pelatihan Olahraga semester III), Utqi Aflaha Nafilah (Pondok Pesantren Al Mizan Muhammadiyah kelas IX MTsM) dan Midaduddzahab al-Mujaddid (siswa kelas VII SMPM 17 Laren).
Anak-anaknya adalah aktivis organisasi di sekolahnya. Baik itu di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Hizbul Wathan (HW) dan Tapak Suci Putera Muhammadiyah..
Kenangan Aktivis Nasyiah
Ia dikenal sebagai aktivis perempuan Laren. Di Desa Keduyung ia aktif di Nasyiatul Aisyiyah dan Aisyiyah. Sedangkan Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah (PCNA) Laren Lilik pernah jadi bendahara. .
Menurut Mazidah—Ketua PCNA Laren periode 2012-2016— Lilik Rosyidahsudah aktif juga di PCNA Laren pada periode 2010-2012. Dia termasuk sosok aktivis yang baik.
“Mbak Lilik Rosyidah adalah sosok teman, sosok partner kerja, sosok sahabat yang luar biasa. Dia santun baik tutur kata maupun tingkah lakunya. Dia humoris seperti saya,” kenang Mazidah
“Kadang saya tidak percaya kalau Mbak Lilik begitu cepat meninggalkan kami untuk menghadap kehadirat Allah SWT,” ujarnya pada PWMU.CO, Senin (3/8/2021).
Sekretaris PCNA Laren 2012-2016, Nisruhah, juga memberikan kesaksian serupa. Menurunya, Lilik Rosyida adalah teman yang sederhana, baik, kalem, dan peduli. “Ia istri yang setia. Semangat dalam berorganisasi dan penuh tanggung jawab,” ungkap Nisruhah.
Nisruhah menuturkan kalau Lilik Rosyidah selalu aktif di kegiatan Nasyiatul Aisyiyah, asal waktunya tidak berbenturan dengan hari pasaran pas jualan di pasar. Ia sempat berjualan sembako kemudian berhenti karena banyak orang hutang tidak melunasinya.
“Saat Mbak Lilik Rosyidah masih isoman, kami alumni PCNA Laren berencana beremu. Mbak Lilik izin karena masih isoman dan mempersilahkn kepada kami untuk melanjutkan kegiatan tersebut. Ternyata Allah SWT lebih cepat memanggilnya. Allah SWT lebih sayang beliau.” kenang Nisruhah
Kesaksian Keluarga
Dhiyaul Ilmi Alfatawa, putra pertama yang biasa disapa Dhiyak, sangat berkesan dengan kepribadian ibunya yang selalu memberi. “Tidak banyak yang ibu punya, bukan sesuatu yang mewah yang ibu miliki. Namun dari sedikit yang ibu miliki mampu memperhatikan orang sekitarnya dengan pemberian walaupun sekedar jajanan kecil,” kenangnya
Yang juga sangat membekas dalam ingatan dia saat ibunya berkunjung di Pesantren Al Mizan, Lamongan, tempatnya pernah belajar. “Ibu selalu memberikan sentuhan hangatnya kepada anaknya untuk tetap semangat dalam menjalani aktivitas keseharian di pesantren. Lebih-lebih kepada adik perempuan saya,” ungkap Dhiyak.
Yang juga berkesan bagi dia adalah sikap ibunya yang sellau mengingatkan tentang shalat. “Saat waktu shalat ibu selalu memanggil anak-anaknya dengan nada yang panjang,” tuturnya.
Kebiasaan mengingatkan shalat juga dlakukan Lilik saat anak-anaknya mau pergi. “Ati-ati nek perjalanan, shalate dijaga, mangane sing teratur,” pesan Lilik Rosyidah kepada Dhiyaul Ilmi Alfatawa.
Dhiyak juga mengungkapkan perhatian ibunya pada dia dan adik-adknya. “Ibu selalu memberikan pengertian yang begitu besar kepada anak-anaknya. Beliau rela mengorbankan dirinya demi anak-anaknya,” kata dia.
“Tak pernah sedetik pun dalam pikirannya kemudian melupakan anak-anaknya. Saat kondisi ibu sangat sakit pun masih sempatnya menawarkan makanan kepada anaknya,” tambahnya.
Sementara itu, Masroin menuturkan, bila ada pertemuan di rumah kami—yang serng pertemuan Majlis Tabligh PDM Lamongan—istrinya itu mengupayakan menu masakan yang diharapnya bisa menyenangkan para tamu.
“Alhamdulillah, istri cukup pandai memasak. Bila keluarga punya hajat mesti sebagai rewang masak yang menjadi acuan para pelandang adalah istri,” pujinya
Dia menambahkan, Lilik sangat perhatian pada tugas suami dalam organisasi. Bila ada jadwal pertemuan istrinya selalu mengingatkan. “Begitu juga di dalam tugas dakwah pengajian, ia selalu memberi komando mengingatkan. Sehingga saya bisa hadir sebelum jamaah hadir,” ujarnya. (*)
Istri Wafat Suaminya Tetap Tegar Jadi Imam Shalat Jenazah: Penulis Fathurrahim Syuhadi Editor Mohammad Nurfatoni