PWMU.CO – Evakuasi jenazah tiga hari yang sudah membusuk di kos-kosan menjadi kisan lain Tim MCCC Sidoarjo, saat berjibaku di lapangan.
Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) pada awalnya dibentuk untuk membantu penanganan dampak Covid-19 yang dialami masyarakat. Seperti memberikan bantuan sembako, penyemprotan disinfektan di masjid atau mushala, rumah warga, dan juga menyuplai kebutuhan warga yang sedang isolasi mandiri (isoman).
Seiring merebaknya korban meninggal akibat Covid-19, MCCC Sidoarjo membentuk relawan pemulasaraan jenazah sesuai protokol kesehatan. Semua warga dilayani, baik dari keluarga persyarikatan atau bukan. Pusat panggilan pun sudah dibuka untuk layanan ambulance, pemulasaraan lengkap, atau hanya memakamkan saja. “Semua kita layani sesuai protokol kesehatan dan tuntunan agama,” terang Imam Mahfudzi, Ketua MCCC Sidoarjo.
Imam mengatakan, jika panggilan pemulasaraan ini tidak hanya siang, bahkan terkadang baru selesai jam dua dini hari. “Seperti panggilan darurat, kapan saja ada panggilan, relawan siap diterjunkan,” tegas Wakil Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sidoarjo tersebut.
Evakuasi Jenazah, Kisah Lain Tim MCCC Sidoarjo
Bukan hanya panggilan mengantar pasien dari rumah ke rumah sakit di Sidoarjo dan Surabaya, atau mengantar jenazah sampai ke Jawa Tengah, tim relawan MCCC Sidoarjo juga mendapat panggilan yang seram, yakni menangani mayat yang sudah meninggal tiga hari.
Tak tanggung-tanggung yang menghubungi langsung adalah Polsek Buduran ke Ketua MCCC Sidoarjo. “Jadi bukan menghubungi tim BPBD atau tim forensik Polresta Sidoarjo, tapi tim MCCC,” tambah dosen PPNS-ITS itu, Selasa (3/8/21).
Dua relawan MCCC Sidoarjo saat itu, yakni Iqbal Darmawangsa dan Ghiffari Amrul Ramadhan menyatakan kesiapan bertugas untuk melakukan eksekusi.
Tempat kejadian perkara di jalan raya Antartika, RT 03 RW 01, Desa/Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Menggunakan ambulance, yang berisi keranda serta kantong jenazah, Iqbal dan Ghiffari meluncur ke TKP seusai shalat Jumat (30/7/21). “Saat tiba di lokasi sudah banyak orang. Bahkan polisi juga sudah ada tapi tak ada yang berani masuk,” terang Ghiffari.
Jenazah Laki-Laki 60 Tahun
Mayat yang sudah meninggal sekitar tiga hari lalu itu berada di lantai dua. Kondisi kos-kosan tempat jenazah sudah tercium aroma tidak sedap. “Saat kita masuk kondisi kulit sudah hitam. Di beberapa tempat sudah keluar nanah,” lanjut Ghiffari.
Dibantu dua orang warga, Iqbal dan Ghiffari masuk kamar kos jenazah. Aroma tak sedap langsung menyambar. Tim terpaksa berhenti sejenak untuk menyesuaikan dengan bau yang tak bersahabat. Tim maju, masuk ke kamar kos jenazah. Seorang laki-laki berusia sekitar 60 tahun. Badannya sudah bengkak. “Kami hanya mampu bertahan dua menit, setelah itu harus keluar untuk menghirup udara kemudian masuk lagi,” tambah Ghiffari.
Proses memasukkan jenazah ke kantong mayat menjadi sulit. Selain faktor bau yang begitu menyengat, ternyata jenazah berada di lantai tanpa alas apapun. Hanya sarung dan kaos menempel di badan. Badan jenazah juga tidak bisa dipegang karena sudah melepuh. Proses memasukkan ke kantong jadi lebih sulit karena kaki jenazah mengangkang. “Akhirnya saya ambil handuk, dibebatkan ke kaki jenazah, baru jenazah bisa dimasukkan,” tegas aktivis Kokam dari Sepanjang, Taman, Sidoarjo itu.
Jenazah langsung dibawa ke RSUD Sidoarjo untuk dilakukan autopsi. Jam delapan malam jenazah selesai dimakamkan oleh keluarga.
Muntah Tak Kuat Baunya
Pengalaman Iqbal tidak jauh beda dengan Ghiffari saat bersama menangani jenazah yang sudah meninggal tiga hari. “Saya tidak kuat baunya. Saya sampai muntah,” terang Iqbal.
Komandan Kokam Sidoarjo itu sangat terenyuh, meringis menyaksikan tubuh korban. “Saya sudah biasa menangani jenazah terpapar Covid-19. Tak ada apa-apanya, paling hanya takut terpapar,” sambung komandan operasional lapangan MCCC Sidoarjo itu.
Kejadian itu membuat Iqbal trauma setiap melihat ambulance yang dipakai mengangkut jenazah. “Walaupun pakai APD, dan sudah dicuci pakai disinfektan, baunya tak hilang-hilang,” papar Iqbal.
Namun Iqbal dan Tim MCCC Sidoarjo yang lain selalu siap membantu siapa saja sesuai prokes. “Insyaallah kami selalu siap. Hanya ini pengalaman pertama dan dramatik,” kenangnya. (*)
Penulis Moh Ernam. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.