PWMU.CO – Meskipun banjir Bengawan Solo sudah mulai surut, tetapi penanganan pascabanjir dan bantuan kemanusian tetap dibutuhkan. Untuk itulah, Sabtu (7/12) kemarin, saya mengunjungi kawasan yang terkena banjir di Lamongan. Salah satunya, di Kecamatan Laren, yang wilayahnya membentang sepanjang tepian Bengawan Solo, mulai dari perbatasan Tuban hingga Gresik, itu setidaknya ada 9 desa yang terdampak, yaitu Desa Laren, Pelangwot, Bulutigo, Siser, Mojoasem, Pesanggrahan, Keduyung, Centini, dan Durikulon.
Ditemani kawan-kawan aktivis Lembaga Informasi dan Komunikasi (LIK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan yang dikomandani adinda Siswanto, saya bertemu sebagian dari masyarakat korban banjir. Mereka mengeluhkan tindakan yang lambat dari pemerintah dalam menangani korban bencana rutin tersebut.
(Baca: Respon Cepat Muhammadiyah Ringankan Duka Korban Banjir Maduran Lamongan dan Meski Air Mulai Surut, Bantuan Kemanusiaan Masih Dibutuhkan Korban Banjir Bungah Gresik)
Sementara itu, di gedung Dakwah Muhammadiyah Cabang Laren, saya menyaksikan kesibukan luar biasa dari warga Ormas Islam bersimbol matahari, yang menyiapkan paket sembako untuk didistribusikan ke desa-desa terdampak.
Perlu diketahui, di antara desa yang korbannya paling besar, adalah Keduyung. Di tempat kelahiran salah seorang anggota LIK PWM Jatim Mohammad Nurfatoni itu terdapat gedung SMPM yang akan ambruk akibat tergerus arus air Bengawan Solo.
(Baca juga: Tergerus Arus Bengawan Solo, SMPM 17 Lamongan Butuh Perhatian Pemerintah dan Kunjungi Sekolah Muhammadiyah yang Terendam Banjir, Kepala SMAM 10 Surabaya Dapat Curhatan)
Dipimpin langsung oleh Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) As’ad AB dan istrinya, puluhan anak muda dan ibu-ibu itu seperti tidak kenal lelah berhari-hari melakukan aktivitas sosial. Saya merasakan aura keikhlasan dan kegembiraan terpancar dari wajah-wajah mereka lantaran bisa membantu masyarakat yang terkena musibah.
“Jumlah paket sembako yang kami kirimkan sesuai jumlah kepala keluarga (KK) di desa tersebut,” kata As’ad. “Alhamdulillah, bantuan terus berdatangan, baik berupa barang maupun uang,” imbuhnya.
(Baca juga: Menengok Kerja Posko Penanggulangan Banjir Muhammadiyah Laren dalam Menghimpun dan Menyalurkan Bantuan Kemanusiaan)
Para penyumbang bukan hanya datang dari Lamongan, tapi banyak pula yang dari daerah lain, terutama yang dikoordinasi Muhammadiyah. Pada hari itu misalnya, sumbangan datang dari Lazismu PWM Jatim dan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Saya juga ikut menerima kiriman ratusan paket sembako dari perusahaan keluarga Sari Bumi, Sidoarjo. Kebetulan, Ustadz Anas Asrofi, pemilik perusahaan yang bergerak di bidang material bangunan itu adalah warga Persyarikatan yang berasal dari desa Brangsi, Laren.
Pada setiap ada bencana, warga Muhammadiyah memang dikenal cepat tanggap. Dengan spirit “Al-Ma’un” yang diajarkan sang pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan, mereka gampang tersentuh dan cepat membantu jika ada warga masyarakat terkena musibah.
Semua kepeduliannya dilakukan dengan ikhlas dan gembira, sebagai bagian dari dakwah. Maka akan terasa aneh, jika ada warga Muhammadiyah–apalagi yang bekerja di amal usaha–kok tidak peduli terhadap lingkungannya, dan tidak berkontribusi pada dakwah. Mereka patut dipertanyakan ke-Muhammadiyahannya. (Nadjib Hamid, Wakil Ketua PWM Jatim).