Allah Asy-Syafi, Mintalah Kesembuhan pada-Nya, ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Allah Asy-Syafi, Mintalah Kesembuhan pada-Nya ini berangkat dari hadits riwayat Bukhari sebagai berikut:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُعَوِّذُ بَعْضَ أَهْلِهِ, يَمْسَحُ بِيَدِهِ اليُمْنَى وَيَقُولُ: اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ البَاسَ, اشْفِهِ وَأَنْتَ الشَّافِي, لاَ شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ, شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا. رواه البخاري .
Dari Aisyah bahwa Rasulullah memohonkan perlindungan kepada sebagian keluarganya. Beliau mengusap dengan tangan kanan sambil berdoa: ‘Ya Allah, Tuhan manusia, lenyapkanlah penyakitnya, sembuhkanlah ia, Engkau maha Penyembuh, tidak ada obat kecuali obat dari-Mu, obat yang tidak menyebabkan sakit lagi.” (HR Bukhari)
Allah Asy-Syaf’
Asy-Syafiy merupakan bentuk isim fail yang berarti penyembuh. Tentu yang dimaksud adalah Allah Dzat Maha Penyembuh. Tiada yang bisa menyembuhkan penyakit kecuali hanya Allah. Allah yang menjadi penentu kesembuhan dari semua penyakit, sedangkan yang lainnya hanyalah sebagai pengantar sebab yang memungkinkan untuk bisa sembuh dari penyakit.
وَإِذَا مَرِضۡتُ فَهُوَ يَشۡفِينِ
Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku. (asy-Sy’ara 80)
Jangan salah jalan
Dalam hal ini islam tidak mengajarkan asal tujuan tercapai, atau asal hasilnya nyata. Akan tetapi proses menuju tujuan itu yang menjadi hal terpenting. Karena proses untuk mencapai tujuan itulah yang kemudian diturunkannya syariat islam.
Proses untuk menuju Allah misalnya, Allah telah menetapkan seperangkat ibadah mahdlah bagi kita. Shalat, puasa dan hajji, berdzikir dan lainnya, merupakan sarana atau wasilah dalam rangka menjalin komunikasi dengan Allah.
Maka semua ibadah itu yang berhak menentukannya adalah Allah lewat teladan Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam. Demikian pula dalam menjalani kehidupan ini secara keseluruhan. Rasulullah sudah mengajarkan kepada kita tentang seluk-beluk syariah yang mestinya menjadi acuan kehidupan kita secara keseluruhan.
Sehingga dalam rangka menjalani kehidupan ini kita harus benar-benar memahami istinbath hukum atau sandaran hukumnya berdasar syariah ini. Jika memang memiliki keterkaitan dengan syariah maka tentu hal tersebut menjadi aktifitas yang bisa dipertanggung jawabkan. Demikin pula jika telah terdapat keterangan yang jelas dari Rasulullah dan juga dari sahabat-shahabat beliau, maka hal tersebut sudah pasti menjadi pegangan dalam rangka menjalankan aktifitas ibadah ini.
Maka syariah adalah jalan kebenaran yang telah ditentukan oleh Allah Subhanahu wa Taala dan telah disampaikan oleh Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam dengan melalui perkataan beliau, perbuatan beliau maupun taqir atau pembiaran beliau terhadap perbuatan para shahabat beliau.
Maka semua gerak-gerik beliau mengandung syari’ah ini. Dengan itulah kita menjalankan aktivitas kehidupan ini untuk mencapai tujuan asasi bagi kita yaitu mencapai bahagia di dunia dan sekaligus di akhirat. Bukan hanya mencapai bahagia di dunia saja atau akhirat saja, akan tetapi untuk mencapai kebahagiaan keduanya.
Dengan Syariat Hidup Bahagia
Apa yang disyariatkan oleh Allah subhanahu wa Taala untuk hamba-Nya yang berupa hukum-hukum yang disampaikan kepada setiap nabi dari para nabi, sama saja yang berupa hukum i’tiqad atau hukum amaliyah lainnya, agar diyakini dengannya akan mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Dengan demikian, untuk mencapai kesembuhanpun ada syari’ah atau ketentuan agar kita tidak terjebak untuk melakukan proses pengobatan yang melanggar syariah. Di antaranya dengan doa-doa permohonan perlindungan kepada Allah dari segala gangguan dan juga permohonan kesembuhan agar penyakit yang sedang diderita dapat sembuh dengan baik. Termasuk berobat dengan obat-obat yang memang secara ilmiah dan alamiah dapat menjadi sebab kesembuhan penyakit kita. Dalam hadits yang lain Rasulullah bersabda:
عَنْ جَابِرٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ فَإِذَا أُصِيبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ. رواه مسلم
Dari Jabir dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Setiap penyakit ada obatnya. Apabila ditemukan obat yang tepat untuk suatu penyakit, maka akan sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah azza wa Kalla.” (HR al Muslim)
Akan tetapi adakalanya penyakit yang diderita merupakan bentuk kasih sayang Allah sebagai penggugur dosa-dosa kita, dan tentu jika kita jalaninya dengan senantiasa bersabar dan bertawakkal kepada Allah. Tiadalah Allah menimpakan apapun dalam kehidupan kita pasti dibalik itu ada hikmah yang besar. Maka seharusnya setiap kita tetap ber-positif thingking kepada-Nya.
Berdoa Harus Yakin
Oleh karena itu berdoa kepada Allah haruslah disertai keyakinan bahwa doa ini akan dikabulkan, dan tidak boleh ada keraguan.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ. رواه مسلم
Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu wa’alaihi wa sallam bersabda: “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR Muslim)
Juga tidak boleh berdoa dengan kalimat in syikta atau jika Engkau menghendaki, karena dalam doa harus disertai rasa optimis akan dikabulkan.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي إِنْ شِئْتَ لِيَعْزِمْ فِي الدُّعَاءِ فَإِنَّ اللَّهَ صَانِعٌ مَا شَاءَ لَا مُكْرِهَ لَهُ. رواه البخاري و مسلم
Dari Abu Hurairah dia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: ‘Janganlah sekali-kali seseorang dari kalian mengatakan; ‘Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau mau! Ya Allah, kasihanilah aku jika Engkau mau! ‘ Berdoalah kamu dengan sungguh-sungguh, karena Allah akan berbuat menurut kehendak-Nya tanpa ada yang dapat memaksa-Nya.'” (HR Bukhari dan Muslim)
walaupun demikian, sikap tawakkal dan sabar harus selalu menghiasi jiwa seorang mukmin, sehingga ketika yang terjadi adalah berbeda dengan harapan maka hal itu merupakan suatu kebaikan baginya. Rahmat Allah luas seluas segala sesuatu, maka tidak diperkenankan kemudian seorang mukmin pada sikap negative thingking kepada Allah.
Doa ketika Menjenguk Orang Sakit
Hadits di atas Rasulullah mengajarkan doa ketika beliau mendoakan sebagian keluarga beliau yang sakit. Dan hal ini sekaligus beliau mengajarkan kepada umatnya untuk mendoakan sebagaiman teks hadits tersebut jika ada keluarga yang sakit. Sebuah permohonan agar penyakit yang dideritanya dapat sembuh dan menjadi sehat seperti sedia kala.
Tentu dalam hal ini Rasulullah mengajarkan ikhitiar batin yang merupakan wujud keyakinan kita akan Allah Subhanahu wa Taala. Akan tetapi ikhtiyar atau usaha lahir juga harus dilakukan, karena bagaimanapun harus ada keseimbangan antara usaha lahir dan batin. Dan dalam kerangka usaha lahir inilah sebagaimana penjelasan di atas harus tidak melanggar ketentuan syariah ini.
Semoga dalam rangka kita memasuki tahun baru 1443 H ini, kita senantiasa diberikan kesehatan oleh Allah baik jasmani dan ruhani, sehingga kita dapat lebih maksimal dalam rangka menjalankan ketaatan kepada-Nya dan pada ujungnya dapat meraih puncak tertinggi di sisi Allah sebagai hamba yang bertaqwa kepada-Nya. Amin (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Artikel Allah Asy-Syafi, Mintalah Kesembuhan pada-Nya ini adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 42 Tahun XXV, 6 Agustus 2021/28 Dzulhijjah 1442.
Hanif versi cetak sejak 17 April 2020 tidak terbit karena pandemi Covid-19 masih membahayakan mobilitas fisik.