PWMU.CO – Dari Smamsatu Jadi Orang Nomor Satu, Jejak Ketum Nashir Efendi. Nashir Efendi terpilih di Muktamar Luar Biasa (MLB) sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) secara virtual, Ahad (1/8/2021).
Alumnus SMA Muhammadiyah 1 (Smamsatu) Gresik tahun 2016 itu berbagi kisah perjalanan berorganisasi di IPM dari pimpinan ranting hingga pimpinan pusat kepada PWMU.CO, Sabtu (7/8/2021).
Nashir Efendi bercerita, sebelum mengenal IPM di SMA Muhammadiyah 1 Gresik, pada tahun 2013-2015, sebenarnya sudah mengenal dan mempelajari IPM sejak SMP. “ Meskipun waktu itu di SMP Negeri 3 Gresik. Tetapi dengan bimbingan kakak (Azaki Khoiruddin) yang saat itu menjabat Ketua Pimpinan Daerah IPM Gresik, pelan-pelan memiliki keinginan untuk aktif di IPM nantinya,” tuturnya.
Keinginan aktif di IPM itu terus tumbuh hingga diterima di Smamsatu Gresik. Saat kelas X, setelah melalui proses seleksi, dia masuk di dalam struktural Pimpinan Ranting (PR) IPM Samsatu sebagai anggota Bidang Kajian dan Dakwah Islam periode 2013-2014.
“Kala itu tidak ada motivasi, selain semangat idealisme untuk menjaga kultur dan nilai-nilai ke-Islaman serta ke-Muhammadiyahan kawan-kawan saya, baik yang ada di pimpinan maupun anggota,” ucapnya.
Pada periode selanjutnya, tahun 2014-2015, Nashir Efendi maju sebagai calon Ketua Umum PR IPM SMA Muhammadiyah 1 Gresik, bersama empat sahabatnya: Thariq Ziyad Ilhami, Ilfad Raffi Setiawan Putra, Andi Surya Lesmana, dan Husnul Khuluq. Namun perolehan suara Nashir Efendi tidak cukup untuk menjadi ketua umum.
“Namun saya tetap melanjutkan perjuangan di Bidang Kajian dan Dakwah Islam sebagai ketua. Ini menjadi pengalaman tersendiri bagi saya,” tuturnya.
Setelah masa jabatan selesai, Nashir Efendi demisioner untuk persiapan Ujian Nasional (UN) dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Hal itu karena di kelas XII. Semua kegiatan selain pembelajaran, termasuk IPM dihentikan. “Namun saya masih aktif di Pimpinan Cabang (PC) IPM Gresik Kota Baru (GKB) Gresik,” akunya.
Menjadi Kader Kintilan Pimpinan Daerah IPM
Nashir Efendi mengakui, di sela persiapan UN dan SBMPTN, dia juga mengunjungi anggota Pimpinan Daerah (PD) IPM Kabupaten Gresik. Di antaranya Abdillah Safiq, Nur Hafif Bashary, dan Eko Nur Syahputro. Dia mengaku sering diajak diskusi dan masih aktif di kegiatan IPM.
Adik Azaki Khoiruddin—Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat IPM 2012-2014—itu mengungkapkan pengalamannya menjadi kader kintilan. “Metode kaderisasi ini diajarkan dan diterapkan di IPM atau Muhammadiyah, biasa disebut dengan kader kintilan. Sampai pada suatu saat saya megikuti Pelatihan Kader Madya Taruna Melati II yang diadakan oleh PC IPM Balongpanggang sebagai persiapan ideologis menuju ke pimpinan daerah,” ungkapnya.
Setelah itu, PD IPM Gresik mengadakan musyawarah daerah yang salah satu agendanya adalah menetapkan 9 formatur dan struktural baru. “ Meskipun saya tidak termasuk 9 formatur terpilih, tetapi masuk di struktural PD IPM Gresik periode 2014-2016 sebagai Ketua Bidang Perkaderan.
Menurutnya, itu sebuah amanah yang berat karena yang biasanya bergerak di sekolah dan sekitarnya. Kini pergerakan meningkat menjadi se-Kabupaten Gresik dengan 18 kecamatan,” tegasnya.
Nashir mengungkapkan, “Kalau sebelumnya saya dilantik, sekarang saya yang melantik. Seperti pelantikan PR IPM Smamsatu Gresik yang dilaksanakan saat upacara bendera atau apel pagi. Rasanya sangat terhormat diberikan waktu dan tempat untuk melantik adik-adik sendiri di depan teman-teman dan guru-guru.”
Melanjutkan ke Perguruan Tinggi dengan Beasiswa
Pemuda kelahiran Lamongan, 9 November 1997 itu melanjutkan kisah berorganisasinya. Pada tahun 2016, lulus dari Smamsatu Gresik dia diterima di Universitas Brawijaya Malang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politk (FISIP) Jurusan Sosiologi melalui jalur undangan atau tanpa tes. Yaitu Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan mendapatkan beasiswa Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi (Bidikmisi).
“Domisili saya berpindah dari Gresik ke Kota Malang. Saat musyawarah daerah (Musyda) PD IPM Gresik, saya memilih untuk tidak lanjut di PD IPM Gresik. Karena terbentur dengan domisili saya yang sudah berpindah di Kota Malang,” ujarnya.
Bertemu Aktivis Pemuda Muhammadiyah
Pindah ke Kota Malang tidak membuat Nashir melepas almamater IPM yang sudah dijalani di Gresik. Selain aktif menjadi kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), koneksi IPM itu masih terjalin dengan kader IPM yang menempuh pendidikan di Malang Raya. “Di Malang juga ada kakak-kakak aktivis Pimpinan Wilayah (PW) IPM Jawa Timur,” ujarnya.
“Setelah menyandang gelar mahasiswa baru, saya bertemu kader PW IPM Jawa Timur 2016-2018. Kala itu ketua umumnya ‘Ipmawan’ Kak Syahrul Ramadhan. Ada Nuzula Khoirun Nafsiah, Ketua Bidang PIP dan Kak Bagas Eko Laksono, Ketua Bidang Perkaderan. Keduanya sama-sama kuliah di Universitas Negeri Malang,” ungkapnya.
“Selama saya bisa berkontribusi insyaallah saya siap untuk bergabung dengan PW IPM Jawa Timur di posisi mana saja,” lanjut pemuda yang saat ini tinggal di Jl Sunan Giri Gang IV No 72 Kebomas Gresik ini.
Aktif dan Menyusun Buku di PW IPM Jatim
Dalam rapat pleno pertama PW IPM Jawa Timur, Nashir ditetapkan menjadi anggota Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan (PIP). Keputusan ini mengharuskan dia datang ke Surabaya setiap dua pekan sekali untuk menghadiri rapat periodik.
“Belum lagi jika ada kegiatan yang diadakan oleh pimpinan-pimpinan daerah, tentu menjadi tantangan tersendiri bagi saya yang baru saja mencari ritme kehidupan di perantauan,” ungkapnya.
“Tidak banyak yang bisa saya kontribusikan di Bidang PIP selain membantu dalam menyusun buku Panduan Gerakan Literasi IPM Jawa Timur untuk kader-kader di daerah, cabang hingga ranting,” kata dia.
Pada tahun 2017, Nashir didelegasikan untuk mengikuti Pelatihan Kader Madya Taruna Melati III (PKMTM III) yang diselenggarakan oleh PW IPM Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menambah kapasitas ideologi, keilmuan, dan pemikiran sebagai kader dan pimpinan.
Pada tahun 2018-2019, menjelang musyawarah wilayah (musywil) Nashir menjadi salah satu tim perumus materi. “Dalam perangkat musywil nanti yang bertugas mengawal dari tema, konsep, dan gerakan IPM Jawa Timur ke depan. Sebuah tugas yang berat namun harus tetap dijalankan,” ungkapnya.
Dia menambahkan, hal ini karena teman-teman sudah mempercayakan kepada saya sepenuhnya. Salah satu keputusan yang dihasilkan adalah membentuk Lembaga Riset.
Dari Banyuwangi hingga Ngawi
Ketika Musywil IPM di Lamongan menghasilkan Ketua Umum PW IPM Jatim Dedi Kurniawan, Nashir bertugas menjaga kaderisasi dan ideologi sebagai Ketua Bidang Perkaderan. Dia mengungkapkan dengan penuh rasa hormat saya menjalankan amanah ini.
Tantangan menjadi lebih besar karena ketika menjadi ketua bidang, tentu daya dan tenaga yang dikeluarkan semakin besar. Wilayah dengan jumlah daerah (kabupaten) terbanyak di Indonesia. Yang terbentang dari ujung timur Banyuwangi hingga ujung barat Ngawi. “Alhamdulillah telah saya lalui dengan penuh perjuangan,” tukasnya.
Nashir menambahkan, ”Salah satu yang saya lakukan di Bidang Perkaderan adalah menghasilkan Lembaga Fasilitator dengan tujun untuk membantu akselerasi perkaderan Jawa Timur yang secara geografis sangat luas.”
Di samping itu, lanjutnya, juga menjawab problem dari tugas pokok dan fungsi fasilitator di IPM. Selain itu juga pelaksanaan Pelatihan Kader Madya Taruna Melati III yang dilaksanakan dua kali tetap kami pertahankan. Meski yang kedua dilakukan secara daring karena efek dari pandemi Covid-19.
Mengikuti Tanwir di Pontianak
“Pada tahun 2020 saya, Ketua Umum, dan Sekretaris Umum mengikuti Tanwir di Pontianak. Salah satu peran yang kami ambil adalah menjadi Tim Materi Muktamar. Dalam hal ini, saya sebagai representasi Jawa Timur menjadi kader yang akan didelegasikan,” ungkapnya.
Kemudian di akhir tahun 2020, Pelatihan Kader Paripurna Taruna Melati Utama yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah resmi dibuka, setelah beberapa kali ditunda karena pandemi Covid-19.
“Alhamdulillah, saya dan Dedi Kurniawan (Ketua Umum) serta Muflih Ramadhani (Sekretaris Umum) terpilih menjadi peserta. Pelatihan dilaksanakan secara daring selama 11 hari, meski daring ilmu yang didapat tidak berkurang sedikitpun,” ujarnya.
(Kembali) sebagai Tim Perumus Materi
Muktamar yang harusnya dilaksanakan November 2020 diundur pada bulan Maret 2021. Nashir ditunjuk kembali sebagai tim perumus materi. Sehingga perlu mempersiapkan tema, konsep, alur, gerakan dan lain-lain.
Nashir menceritakan, “ Kami mengusulkan bidang tambahan yakni bidang kesehatan, lingkungan hidup dan teknologi-informasi. Perubahan nama bidang advokasi menjadi advokasi dan kebijakan publik. Selain itu juga menambahkan gagasan dalam Muktamar XXII ini dengan Khittah Moderasi Pelajar Islami dan Nalar Kritis Baru sebagai rumusan ideologis.”
“ Alhamdulillah, Muktamar XXII saya terpilih formatur nomor dua. Kemudian dilanjut dengan rapat formatur dan segala dinamika serta kejanggalan yang terjadi sebelum, pada saat hingga setelah Muktamar,” lanjut pemuda yang mengakui perubahan fisik sejak mahasiswa ini.
Selanjutnya, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dengan terpaksa memutuskan untuk dilakukan Muktamar Luar Biasa IPM yang agendanya hanya pemilihan ulang 9 formatur dan ketua umum serta sekretaris jenderal. Nashir Efendi terpilih menjadi formatur nomor urut pertama dan setelah rapat 9 formatur ditetapkan menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat IPM.
“Kebutuhan akan aktualisasi dan ekspresi diri menjadi hal yang utama bagi anak muda. SMA Muhammadiyah 1 Gresik yang telah memberikan wadah bagi saya untuk beraktualisasi dan berkekspresi diri melalui jalur organisasi. Selain tempat menimba ilmu secara tertib seperti 3T. Yaitu tertib ibadah, tertib belajar dan tertib berorganisasi yang menjadi pegangan kader IPM selama ini, termasuk saya pribadi,” pesannya.
Selamat ! (*)
Penulis Estu Rahayu Editor Mohammad Nurfatoni