PWMU.CO – Everyone is Journalist Berimbas Longgarnya Etika Media. Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair Prof Dr Purnawan Basundoro SS MHum menyampaikan kersesahannya saat membuka Sekolah Jurnalistik Vol.1 bertajuk Pelatihan Dasar Jurnalistik dan Penulisan Opini, Sabtu, (7/8/2021).
Purnawan Basundoro menyatakan kegiatan ini sangat penting karena jurnalistik harus menjadi keterampilan dasar bagi mahasiswa FIB. “Salah satu keterampilan untuk lulusan sarjana Ilmu Budaya adalah bidang tulis-menulis,” ujarnya.
Jadi Jurnalis Sangat Mudah
Sebagai sivitas akademika, lanjutnya, jangan hanya sebagai konsumen teks. Tapi juga sebagai produsen teks. Jadi, dia mengimbau agar para mahasiswa memiliki kemampuan menulis yang standar.
Purnawan Basundoro mengatakan, media berbasis internet kini berkembang luar biasa. Media itu, menurutnya, bisa menjadi salah satu hal yang menunjang nama kita. “Kesempatan menjadi reporter di media online sangat terbuka,” terangnya.
Lulusan S1-S3 UGM ini mengaku pernah tidak lolos sebagai jurnalis saat dulu melamar ke Bisnis Indonesia. Jika dibandingkan dengan pengalamannya dulu usai lulus UGM, sekarang kesempatan menjadi jurnalis lepas sangat mudah.
Etika Media Online
Dia berpendapat, sekarang banyak media online yang etikanya agak kurang baik. “Saya sering mendapat berita yang beranak-pinak dengan tulisan yang sama persis,” ungkapnya.
Usai dia menjadi pembicara tentang “Indonesia Tangguh”, dia dapat tautan berita dari media komunikasi pemerintah tentang kegiatan itu. Ternyata, setelah menelusurinya, berita itu sudah dimuat media Unair. “Kenapa dalam waktu sekejap berita itu diklaim media komunikasi pemerintah? Kok bisa?” katanya.
Padahal, hal ini bisa dipermasalahkan jika terjadinya dulu. Menurutnya, ini bisa terjadi karena everyone is journalist (semua orang jurnalis). “Dengan kita tidak terikat, kita bisa membuat berita yang bisa disebarluaskan tanpa batas melalui media sosial,” jelas dia pada hari pertama pelatihan daring lewat Zoom Cloud Meeting itu.
Jika dulu mencari berita di koran, menurut dia kini justru sebaliknya. Reporter berita di koran justru mencari berita dari media online. Ini dia simpulkan dari pengalamannya. Dia sering menulis di Facebook, kemudian ada reporter mengirim tautan berita yang mengutip tulisannya.
Maka dia berharap, mahasiswa bisa mempraktikkan ilmu yang telah didapat dari kegiatan pelatihan dua hari itu. Hari pertama (7/8/21), mengupas dasar produksi berita dengan pemateri Iwan Kurniawan, Redaktur Pelaksana Majalah Tempo.
Pada pelatihan hari kedua (8/82021), membahas dasar penulisan opini dengan pemateri Agung Purwandono, Pemimpin Redaksi Mojok. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni