Tujuh yang Tergolong Mati Syahid selain Jihad, ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.Daftar Isi
PWMU.CO – Tujuh yang Tergolong Mati Syahid selain Jihad ini berangkat dari hadits riwayat Abu Daud sebagai berikut:
عَنْ جَابِرَ بْنَ عَتِيكٍ أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَاءَ يَعُودُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ ثَابِتٍ فَوَجَدَهُ قَدْ غُلِبَ فَصَاحَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يُجِبْهُ فَاسْتَرْجَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ غُلِبْنَا عَلَيْكَ يَا أَبَا الرَّبِيعِ فَصَاحَ النِّسْوَةُ وَبَكَيْنَ فَجَعَلَ ابْنُ عَتِيكٍ يُسَكِّتُهُنَّ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْهُنَّ فَإِذَا وَجَبَ فَلَا تَبْكِيَنَّ بَاكِيَةٌ قَالُوا وَمَا الْوُجُوبُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْمَوْتُ قَالَتْ ابْنَتُهُ وَاللَّهِ إِنْ كُنْتُ لَأَرْجُو أَنْ تَكُونَ شَهِيدًا فَإِنَّكَ كُنْتَ قَدْ قَضَيْتَ جِهَازَكَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ أَوْقَعَ أَجْرَهُ عَلَى قَدْرِ نِيَّتِهِ وَمَا تَعُدُّونَ الشَّهَادَةَ قَالُوا الْقَتْلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ تَعَالَى قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الشَّهَادَةُ سَبْعٌ سِوَى الْقَتْلِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ الْمَطْعُونُ شَهِيدٌ وَالْغَرِقُ شَهِيدٌ وَصَاحِبُ ذَاتِ الْجَنْبِ شَهِيدٌ وَالْمَبْطُونُ شَهِيدٌ وَصَاحِبُ الْحَرِيقِ شَهِيدٌ وَالَّذِي يَمُوتُ تَحْتَ الْهَدْمِ شَهِيدٌ وَالْمَرْأَةُ تَمُوتُ بِجُمْعٍ شَهِيدٌ . رواه ابو داود
Dari Jabir bin ‘Atik telah mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang mengunjungi Abdullah bin Tsabit, lalu beliau mendapatinya telah parah sakitnya, kemudian Rasulullah memanggilnya dan Abdullah tidak menjawab panggilan beliau. Lalu mengucapkan istirja’ (innalillahi wainna ilaihi rajiun), beliau berkata: “Takdirmu telah mendahului kami wahai Abu Ar Rabi’! kemudian para wanita berteriak dan menangis, lalu Ibnu ‘Atik mendiamkan mereka.
Kemudian Rasulullah bersabda: “Biarkan mereka, seandainya ia telah wajab maka janganlah ada seorang wanita yang menangis!” Mereka bertanya; apakah wajab itu wahai Rasulullah? Beliau bersabda: “Meninggal dunia.” Anak wanitanya berkata; demi Allah, sungguh aku berharap kamu (doa untuk sang ayah) menjadi orang yang syahid. Sungguh engkau telah menyelesaikan persiapan (perang) mu.
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla telah memberikannya pahala sesuai dengan niatnya. Apakah yang kalian anggap sebagai mati syahid?” Mereka berkata; terbunuh di jalan Allah Ta’ala. Rasulullah bersabda: “Mati syahid selain terbunuh di jalan Allah ada tujuh.
Yaitu: orang yang meninggal karena terkena penyakit tha’un (wabah) adalah syahid, orang yang mati tenggelam adalah syahid, orang yang meninggal karena sakit radang selaput dada adalah syahid, orang meninggal karena sakit perut adalah syahid, orang yang terbakar adalah syahid, dan orang yang meninggal terkena reruntuhan adalah syahid, serta seorang wanita yang meninggal dalam keadaan hamil adalah syahid.” (HR Abu Daud)
Dibalas sesuai dengan Niatnya
Dalam hadits di atas Rasulullah menjelaskan setiap amal akan dibalas sesuai niatnya. Maka niat menempati posisi terpenting sebelum amal. Maka kita harus tahu persis apa niat yang terbersit dalam setiap amal yang hendak kita lakukan atau bahkan setelah kita lakukan. Hal ini sangat penting karena terkait balasan apa yang akan diberikan oleh Allah.
Tentu dalam hal ini orientasi niat hanya ada dua yaitu karena Allah atau karena selain Allah. Jika karena Allah pasti akan dibalas secara sempurna oleh Allah dan tidak sedikitpun terkurangi dan bahkan akan dibalas lebih baik lagi, baik di dunia dan lebih khusus di akhirat.
Akan tetapi jika niatnya karena selain Allah, entah karena barter dengan Allah agar diberi rezeki yang melimpah atau lainnya, maka itulah yang akan diberikan oleh Allah di dunia tetapi di akhirat ia tidak akan mendapatkan apa-apa.
مَّن كَانَ يُرِيدُ ثَوَابَ ٱلدُّنۡيَا فَعِندَ ٱللَّهِ ثَوَابُ ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ سَمِيعَۢا بَصِيرٗا
Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (an Nisa’; 134)
وَمَا كَانَ لِنَفۡسٍ أَن تَمُوتَ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِ كِتَٰبٗا مُّؤَجَّلٗاۗ وَمَن يُرِدۡ ثَوَابَ ٱلدُّنۡيَا نُؤۡتِهِۦ مِنۡهَا وَمَن يُرِدۡ ثَوَابَ ٱلۡأٓخِرَةِ نُؤۡتِهِۦ مِنۡهَاۚ وَسَنَجۡزِي ٱلشَّٰكِرِينَ
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (Ali Imran 145)
فَئَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ ثَوَابَ ٱلدُّنۡيَا وَحُسۡنَ ثَوَابِ ٱلۡأٓخِرَةِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. (Ali Imran 148)
Demikian pula jika manusia berharap mendapatkan pujian dari orang lain, maka yang ia dapat adalah balasan pujian dan sanjungan dari orang lain, dan tentu di akhirat iapun tidak mendapatkan apa-apa.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُبۡطِلُواْ صَدَقَٰتِكُم بِٱلۡمَنِّ وَٱلۡأَذَىٰ كَٱلَّذِي يُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَلَا يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۖ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفۡوَانٍ عَلَيۡهِ تُرَابٞ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٞ فَتَرَكَهُۥ صَلۡدٗاۖ لَّا يَقۡدِرُونَ عَلَىٰ شَيۡءٖ مِّمَّا كَسَبُواْۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡكَٰفِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (al-Baqarah 264)
إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَٰدِعُهُمۡ وَإِذَا قَامُوٓاْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُواْ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلٗا
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (an- Nisa’ 142)
Oleh karena itu niat ini harus kita deteksi sedemikian rupa sebelum kita laksanakan suatu aktivitas. Dan sebab itu pula bukan persoalan niat itu dilafalkan atau tidak, akan tetapi yang lebih penting dari itu adalah bagaimana hubungan hati kita dengan Allah, sehingga setiap kita menlaksanakan amaliyah kita ikhlaskan hanya kepada Allah semata. Itulah beratnya menjaga amaliyah khususnya yang berkaitan dengan orang lain.
Maka menyembunyikan kebaikan itu sebaiknya harus terus kita lakukan dalam rangka menjaga niat ini. Dan harus kita yakinkan diri kita bahwa tidak ada manfaatnya dimuliakan atau dihormati orang lain jika di sisi Allah kita tidak mulia. Jadi target setiap mukmin adalah kemuliaan dan cinta Allah padanya, dan bukan kemuliaan dari manusia.
Tujuh yang Termasuk Mati syahid
Sebuah keistimewaan yang merupakan anugerah dari Allah kepada umat Rasululullah, bahwa untuk mencapai pahala mati syahid tidak hanya bagi yang mati saat di medan perang fi sabilillah saja. Ada beberapa kriteria lain sebagaimana penjelasan hadits di atas.
Kriteria tersebut yaitu:
- Orang yang meninggal karena terkena penyakit tha’un atau wabah adalah syahid, seperti terjadinya wabah Covid-19 saat ini. Upaya atau ikhtiar haruslah terus dilakukan, tetapi jika meninggal disebabkan olehnya maka termasuk syahid.
- Orang yang mati tenggelam adalah syahid. Tentu dalam hal ini bukan dalam rangka menenggelamkan diri sendiri, atau bunuh diri, maka hal itu tidak termasuk syahid.
- Orang yang meninggal karena sakit radang selaput dada adalah syahid,
- Orang meninggal karena sakit perut adalah syahid,
- Orang yang terbakar adalah syahid, dan
- Orang yang meninggal terkena reruntuhan adalah syahid, serta
- Seorang wanita yang meninggal dalam keadaan hamil adalah syahid.
Begitulah kemurahan Allah yang diberikan kepada kita sebagai umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, semoga diakhir hayat kita termasuk husnul khatimah, amin. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Artikel Tujuh yang Tergolong Mati Syahid selain Jihad ini adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 43 Tahun XXV, 13 Agustus 2021/4 Muharam 1442.
Hanif versi cetak sejak 17 April 2020 tidak terbit karena pandemi Covid-19 masih membahayakan mobilitas fisik.