PWMU.CO – Beasiswa Peduli 142 diluncurkan UMJ saat wisuda. Beasiswa penuh itu untuk anak korban Covid-19, baik yatim, piatu, atau yatim piatu.
Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Dr Ma’mun Murod Al-Barbasy MSi meluncurkan Beasiswa Peduli 142, yakni bantuan pendidikan gabungan dari angka HUT Ke-76 RI dan Milad Ke-66 UMJ.
Launching beasiswa tersebut dilaksanakan saat Wisuda Program Doktor ke-4, Program Magister ke-42, Pogram Spesialis ke-1, Program Sarjana ke-73, dan Program Diploma III, yang digelar daring, Sabtu (14/8/21).
Menurut Ma’mun, Beasiswa Peduli 142 merupakan skema beasiswa ketiga.yang diluncurkan pada wisuda. “Yaitu berupa full beasiswa yang secara khusus diperuntukan untuk putra-putri lulusan MA/SMA/SMK, yang telah ditinggal wafat salah satu atau kedua orang tuanya karena terpapar Covid-19, yang telah menjadikannya sebagai yatim, piatu atau bahkan yatim piatu,” ujarnya.
Pemberian beasiswa ini, kata dia, bukan soal gagah-gagahan, pamer atau riya. Tapi semata sebagai bentuk kepedulian, empati, dan kasih sayang UMJ (Muhammadiyah) kepada putra-putri Indonesia yang ditinggal orangtuanya karena terpapar Covid-19, namun dalam dirinya masih memiliki semangat untuk melanjutkan studi lanjut di perguruan tinggi.
“Maka kami hanya mencoba membantu dan memfasilitasinya. Semoga melalui beasiswa-beasiswa dan bantuan lainnya yang kami berikan ini menjadi berkah bagi kami, civitas akademika dan menjadikan UMJ terus mengalami kemajuan di masa mendatang,” ungkapnya.
Pendekatan Utuh Covid-19
Sebelumnya, dalam pidato sambutan, Ma’mun mengumpamakan pandemi Covid-19 seperti khamr, ada manfaatnya, tapi lebih banyak mafsadatnya.
“Pandemi Covid-19 sudah memasuki bulan ke-18. Pandemi ini telah berhasil memaksa kami, Universitas Muhammadiyah Jakarta, untuk kali kedua menyelenggarakan wisuda melalui daring zoomiyyah. Menggunakan perumpamaan al-Quran ketika menjelaskan tentang khamr, قُلْ فِيهِمَآ إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَٰفِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَآ أَكْبَرُ مِن نَّفْعِهِمَا . Maka, Covid-19 memang diakui telah membawa manfaat bagi manusia, tapi hanya sedikit, dan mafsadatnya jauh lebih banyak,” jelasnya.
Karena itu, sambungnya, sebagai orang yang beriman, sepatutnya kita menyikapi wabah Covid-19 dengan pendekatan keimanan yang utuh, menyeluruh, yaitu dengan memadukan pendekatan bayani, burhani, dan irfani.
“Inilah pendekatan yang sejak awal digaungkan oleh Muhammadiyah dalam menyikapi Covid-19. Muhammadiyah bukanlah pengikut neo-Jabariyah, namun bukan juga pengagum Qadariyah.
Muhammadiyah mencoba menggabungkan pendekatan bayani yang mendasarkan pada teks, pendekatan burhani yang mendasarkan pada rasio, dan pendekatan irfani yang mendasarkan pada intuisi, menjadi satu kesatuan,” paparnya.
Tanggung Jawab Negara
Lebih lanjut Ma’mun juga menyampaikan, Covid-19 telah memaksa kita semua untuk berubah, menjadi lebih familiar dengan teknologi informasi. Media Zoom adalah hikmah positif dari Covid-19.
“Namun akibat Covid-19, jutaan orang di seluruh dunia dan puluhan ribu orang di Indonesia telah meninggal dunia. Selain telah meningkatkan jumlah duda dan terutama janda, juga telah menjadikan begitu banyak anak-anak yang sejatinya masih sangat membutuhkan kasih, perhatian, dan belaian orangtua, terpaksa harus menjadi yatim, piatu atau bahkan yatim piatu,” tutur Ma’mun.
Menurut Ma’mun, fakta tersebut merupakan persoalan sosial baru yang sangat serius yang diakibatkan oleh Covid-19, yang tentu harus mendapat perhatian serius, khususnya dari negara. “Kenapa negara? Sebab negaralah yang mendapat amanat dari konstitusi untuk itu. Bukan Muhammadiyah atau organisasi sosial keagamaan lainnya,” sambungnya.
Menyikapi Covid-19, Muhammadiyah sebagai organisasi sosial kemasyarakatan telah bergerak secara total dan masif untuk membantu penanganan Covid-19. “Terlalu banyak yang telah diperbuat oleh seluruh jaringan Amal Usahanya, baik RS, PT, MDMC, Organisasi-organisasi Otonomnya, Lazismu, maupun dan sekolah-sekolah Muhammadiyah. Bahkan Muhammadiyah secara khusus mendirikan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC),” papar dia.
Beasiswa Tiga Skema
UMJ sebagai salah satu amal usaha Muhammadiyah, lanjut Ma’mun, juga telah banyak berbuat untuk membantu penanganan Covid-19. Selain mengadakan vaksinasi gratis, juga menerjunkan langsung mahasiswa semester akhir dari FKK, FIK, FKM untuk membantu penanganan pandemi melalui RS, Puskesmas, dan lembaga pelayanan kesehatan dan sosial lainnya. “UMJ juga memberikan potongan SPP sebesar Rp 500 ribu selama tiga semester terakhir kepada seluruh mahasiswa aktif UMJ,” ujarnya.
Bahkan terakhir, kata Ma’mun, di tengah masih meningginya angka korban yang terpapar Covid-19 dan menyongsong Tahun Ajaran Baru 2021-2022, UMJ memberikan bantuan beasiswa dengan tiga skema. Dua skema telah berjalan sejak awal penerimaan mahasiswa baru.
“Pertama, beasiswa yang diperuntukan untuk siswa-siswi alumni MA/SMA/SMK Muhammadiyah, kader dan keluarga Persyarikatan Muhammadiyah berupa pemotongan biaya kuliah sebesar 50 persen untuk semester I sampai III dan pemotongan sebesar 30 persen untuk semester IV sampai VIII,
Kedua, beasiswa yang bersifat umum yang diperuntukan untuk semua putra-putri lulusan MA/SMA/SMK berupa pemotongan uang kuliah sebesar 50 persen untuk Semester I dan II. “Diluncurkannya dua model beasiswa ini semata dimaksudkan untuk meringankan beban para orangtua yang terdampak Covid-19, yang hendak dan masih berkeinginan untuk melanjutkan studi putra-putrinya ke jenjang perguruan tinggi,” jelas Ma’mun. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.