PWMU.CO – SDMM Ajak Siswa Memaknai Hijrah, Kemerdekaan, dan Juara. Kepala SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Ria Pusvita Sari MPd mengutarakan hal itu dalam Puncak Gebyar Muharam dan Agususan, yang diselenggrakan secara virtual, Senin (16/8/2021).
Ustadzah Vita—sapaan karibnya—menjelaskan, hijrah Nabi Muhammad dan proklamasi kemerdekaan Republik Indoenesia memiliki spirit atau semangat yang sama, bahkan punya keterkaitan.
“Nabi Muhammad SAW dan para sahabat hijrah dari Makkah menuju Madinah, sesungguhnya adalah perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan, karena saat di Makkah, Islam mengalami berbagai tantangan, penindasan, dan ancaman,” terangnya.
Oleh karena itu, dia melanjutkan, Nabi Muhammad dan para sahabatnya melakukan hijrah ke Kota Yatsrib yang kemudian dikenal dengan nama Madinah. Di kota tersebut, kaum muhajirin mendapat sambutan hangat dari kaum anshar, yang artinya para penolong.
“Di Kota Madinah inilah, Nabi SAW dan pengikutunya mendapatkan kemerdekaan sehingga mereka bisa menjalani kehidupan normal, mendakwahkan agama Islam, dan menyusun strategi perjuangan selanjutnya,” terangnya.
Spirit Kemerdekaan
Sekretaris Departemen Pendidikan Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur itu menjelaskan, spirit bebas dari pendindasan itu pula yang mendorong proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
“Setelah dijajah ratusan tahun oleh bangsa asing, pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia mendapatkan kemerdekaannya,” ujarnya.
Dia menegaskan. kemerdekaan itu bukanah hadiah dari para penjajah, melainkan hasil perjuangan bangsa Indonesia, termasuk hasil jerih payah dan pengorbanan umat Islam, yang di dalamnya meliputi warga Muhammadiyah.
“Kemerdekaan itu bukan hadiah ya anak-anak, dari para penjajah. Wah, Indonesia dapat hadiah nih dari para penjajah, dimerdekakan. Enggak. Melainkan hasil dari perjuangan bangsa Indonesia termasuk hasil jerih payah dan pengorbanan umat Islam yang di dalamnya juga meliputi warga Muhammadiyah,” jelas dia.
“Tokoh-tokoh Islam ini, anak-anak, menjadi pejuang di garda terdepan dalam memperebutkan kemerdekaan misalnya, ada siapa? Ada Cut Nyak Dhien, kemudian, ada Imam Bonjol, ada Pangeran Diponegoro. Mungkin yang pernah Kalian baca sejarahnya ya?” tambahnya.
Kemudian, sambungnya, ada lagi Sultan Hasanuddin, Pangeran Antasari, Haji Agus Salim, Sukarno, Mohammad Hatta, juga M. Nastir. “Nah, dari kalangan Muhammadiyah ada juga anak-anak. Ada Ki Bagoes Hadikoesoemo, Kasman Singodimedjo, KH Abdul Kahar Muzakkir, yang ikut memperjuangakn kemerdekaan Indonesia,” terangnya.
Dia meneruskan, kalau dirunut ke belakang, perjuangan kemerdekaan itu sudah dimulai ketika KH Ahmad Dahan mendirikan Muhammadiyah tahun 1912. Berbagai kegiatan pendidikan, sosial, dan kesehatan dilakukan Muhammadiyah untuk mencerdaskan dan menyejahterakan bangsa yang saat sedang mengalami penjajahan.
“Anak-anakku, pelajar hebat SDMM yang berbahagia, jika boleh ustadzah simpulkan, semangat perjuangan tokoh-tokoh itu adalah bagian dari spirit yang ditangkap dari hijrah Nabi Muhammad SAW. Yaitu semangat perubahan ke arah yang lebih baik,” jelasnya.
Spiritualitas Pembukaan UUD 45
Ria Pusvita Sari menerangkan, dalam semangat perubahan itu ada spirit tentang pentingnya hidup bebas dari intimidasi, persamaan dan persatuan, dan kemandirian sebuah bangsa.
“Itulah semangat yang kita temukan pula dalam proklamasi kemerdekaan. Karena itu jangan heran jika nilai-nilai spiritual kita temukan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, misalnya pada alinea ketiga:
“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”
Guru Matematika itu menegeskan, frasa “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa” itu membuktikan para pendiri bangsa (founding fathers) punya kesadaran spiritual tinggi, bahwa kemerdekaan ini adalah anugerah Allah semata.
“Sementara perjuangan dan pengorbanan para pahlawan hanyalah ikhtiar manusia yang keberhasilannya hanya Allah yang menentukan. Karena itu semua harus dikembalikan kepada Allah,” ujarnya.
Dia lalu mengingatkan peserta pada hadits Nabi SAW soal niat. Yaitu bahwa segala sesuatu itu tergantung pada niatnya. “Menarik karena hadits riwayat Imam Bukhari itu adalah peringatan soal niat bagi para sahabat yang ikut hijrah,”
“… barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan.”
Makna Juara
Setelah menguraikan spiri hijrah dan kemerdekaan, Ustadzah Vita mengaitkanya dengan makna juara. “Anak-anakku, siswa SDMM yang berbahagia, dengan niat mulia karena Allah itu pula kita menyelenggarakan berbagai lomba untuk memperingati perayaan Tahun Baru Islam 1443 Hijrah dan HUT Ke-76 Kemerdekaan Republik Indonesia ini,” ujarnya.
Ustadzah Vita lalu bertanya kepada para siswa, mengapa ia menyampaikan mengenai niat, dan kemudian menjawab pertanyaannya sendiri.
“Pertama, dengan niat karena Allah, kita akan mendapatkan motivasi yang tinggi. Motivasi itu membuat kita berusaha keras untuk memenangi lomba, sebab Allah mendorong kita agar selalu memberikan yang terbaik dalam kehidupan ini,” terangnya.
Kedua, lanjutnya, jika kita belum berhasil menjadi sang juara atau the winner, maka kita tak akan jatuh ke dalam mental pecundang atau terperosok dalam lubang kemurungan. Hal itu karena kita selalu diajarkan untuk berikhtiar semaksimal mungkin dalam proses, sedangkan tentang hasilnya, urusan Allah.
“Maka apapun yang anak-anak hasilkan dari lomba ini, sesungguhnya itulah yang terbaik, karena itu bagian dari takdir Allah,” ujarnya.
Magister lulusan Unesa itu melanjutkan, “Bisa saja yang terbaik menurut kita belum tentu baik di sisi Allah. Atau sebaliknya belum tentu yang terlihat buruk bagi kita buruk di mata Allah,” ujarnya sambil mengutip surat al-Baqarah ayat 216:
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Pelajaran dari Nurul Akmal
Dengan mengutip ayat di atas, pembina olimpiade matematika dari Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik itu ingin mengajarkan, apapun hasil lomba yang dikuti siswa-siswi SDMM dalam Gebyar Muharam dan Agustusan, adalah yang terbaik.
“Ustadzah ingin menyampaikan, semua yang telah mengikuti lomba sejatinya adalah juara. Saya sebut juara karena telah mengikuti proses penuh perjuangan,” tuturnya memotivasi.
Kemudian dia mencontohkan atlet angkat besi Indonesia asal Aceh, Nurul Akmal, yang mengikuti kelas +87 kilogram pada Olimpiade Tokyo 2020, pada 23 Juli hingga 8 Agustus 2021 lalu.
Menurut Ria Pusvita Sari, meski belum berhasil meraih medali tapi sesungguhnya Nurul Akmal adalah sang juara alias the winner. Sebab, perjuangannya yang pantang menyerah hingga berhasil menorehkan catatan di posisi kelima pada grup A, dengan hasil snatch 115 kg dan clean and jerk 256 kg adalah prestasi tersendiri.
Dan itu, menurutnya, merupakan kebanggaan bagi bangsa Indonesia. Di amengatakan jika hal itu setara dengan kebanggaan yang telah ditorehkan oleh pasangan ganda putri Apriyani Rahayu dan Greysia Polii, peraih mendali emas cabang bulutangkis. Juga setara dengan atlet lainnya: peraih 1 perak dan 3 perunggu.
Dia menekankan, semua atlet Indonesia peserta olimpiade, sejatinya adalah para juara karena mereka telah melakukan proses latihan yang sangat keras dan kompetisi yang ketat sekali. Karena itu, medali hanyalah bonus dari proses perjuangan itu.
“Demikian pula anak-anakku pelajar hebat SDMM yang telah mengkuti aneka lomba kali ini. Kalian—baik yang mendapatkan piala maupun yang belum memperolehnya–adalah para juara. Karena itu ustadzah sampaikan selamat dan terima kasih karena telah berpartisipasi dan berprestasi,” tuturnya memberi motivasi.
“Semoga hal itu menjadi bekal Kalian dalam menyongsong lomba eksternal yang lebih ketat persaingannya. atau bahkan untuk menghadapi kompetisi sesungguhnya dalam kehidupan nyata kelak,” imbunhya.
Ustadzah Vta juga berharap agar semangat perubahan hijrah dan spirit perjuangan kemerdekaan bisa lebih mendorong prestasi siswa-siswi SDMM dalam mengibarkan bendera Islam, Indonesia, dan Muhammadiyah di berbagai ajang; baik lokal, regional, nasional, maupun internasional. (*)
Penulis Ayu Triria Puspita Devi Editor Mohammad Nurfatoni