PWMU.CO – Al-Mizan Fungsikan Gedung PCM untuk Pondok Tahfidh. Pondok Pesantrena al-Mizan meminta izin kepada Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM ) Lamongan untuk memanfaatkan gedung di timur Alun-Alun Kota Lamongan.
Direktur Panti Asuhan (PA) dan Pondok Pesantren (PP) al-Mizan Ustadz Mujianto bersama Kepala MTsM 15 Lamongan Syamsuri, Kepala MA Muhammadiyah 9 Anton Wahyudi, Kepala Panti Asuhan Cabang Lamongan Ahmad Fanani, Kepala Pondok Pesantren al-Mizan Anggun Imanto, dan Penanggung Jawab Asrama Muttaqin bertamu ke rumah Ketua PCM Lamongan, Mulyono.
Mereka menghadap Ketua PCM Lamongan dalam rangka meminta izin menggunakan gedung tersebut untuk difungsikan menjadi Pondok Tahfidh Putri al-Mizan Muhammadiyah Lamongan.
Setelah mendapatkan izin dari PCM Lamongan, maka pada tanggal 27 Juli 2021, santri kelas VII MTs dan kelas X MA Tahfidh al-Mizan Putri boyongan tahap pertama. Sedangkan boyongan tahap kedua dilakukan pada tanggal 1 Agustus 2021.
Difungsikan untuk Santri Baru
Gedung tersebut difungsikan untuk santri baru yang masuk di tahun pelajaran 2021-2022 ini. Yaitu Kelas VII MTs dan Kelas X MA.
Santriwati kelas VII berjumlah 20, sedangkan kelas X terdapat 19 santriwati. Mereka didampingi oleh empat ustadzah dan satu tukang masak. Sehingga total penghuni pondok Tahfidh al-Mizan Putri berjumlah 44 orang.
Direktur PA dan PP al-Mizan Muhammadiyah Lamongan Ustadz Mujianto mengatakan, Pondok Tahfidh di al-Mizan saat ini bukan hal yang baru.
“(Tahfidh) ini sudah dimulai sejak kepemimpinan sebelumnya. Bedanya, yang sekarang ada asrama baru khusus santriwati, menempati gedung yang dipinjami PCM Lamongan,” katanya.
Dia mengatakan, pondok tahfidz ini menjadi solusi sementara setelah ditetapkannya pendaftaran khusus santri tahfidz tahun ini, yang pendaftarnya sangat membludak.
“Ya karena santri membludak, sehingga kami harus meminjam tempat. Tentu untuk mengawali ini semua lebih sulit daripada melanjutkan. Tapi keutamaan tetap dimiliki oleh mereka yang mengawali,” kata Mujianto.
Dia berharap agar semua santri harus lebih sabar dan dapat menyesuaikan diri di tempat yang baru, termasuk juga para pembimbing atau ustadz dan ustadzahnya.
“Dengan fasilitas yang serba terbatas dan juga rasa rindu ingin bertemu orang tua tentu menjadi tantangan tersendiri. Namun yakinlah akan janji Allah dan Rasulnya bagi para pencari ilmu, khususnya para penghafal Quran. Jadikanlah itu sebagai motivasi utama dalam menjalani masa-masa di pondok tahfidz ini,” tandas Mujianto.
Sejak awal penempatan gedung ini menjadi asrama tahfidz, ada harapan dan doa yang besar agar nantinya dapat menjadi embrio Pondok Tahfidz Al-Mizan.
“Selain itu, dengan dipisahkannya asrama tahfidz dengan asrama yang reguler, target hafalan para santri diharapkan dapat tercapai sesuai dengan program satu tahun 8 Juz,” ujarnya.
Ingin Punya Pondok Tahfidh Sendiri
Mujianto menambahkan, dengan mengharapkan ridha Allah dan doa semua pihak, al-Mizan berencana mempunyai pondok tahfidh tersendiri.
“Lahan sudah ada di Kembangbahu, Lamongan yang akan menjadi salah satu alternatif pondok tahfidz al-Mizan,” katanya.
Sementara itu, Ketua Kesantrian Pondok Tahfidh Al-Mizan Putri, Ustadz Muttaqin merasa senang karena apa yang dicita-citakan bersama dapat terwujud.
“Alhamdulillah, perasaan saya sangat senang, karena apa yang kita inginkan dan cita-citakan bersama mulai terwujud, walaupun masih banyak kekurangan dan kendala dalam pelaksanaan,” katanya.
Menurutnya, Pondok al-Mizan harus terus melangkah walaupun tertatih-tatih, demi mencetak kader para huffadzul qur’an (para penghafal al-Quran).
Dia berharap, al-Mizan bisa memiliki pondok cabang yang berkonsentrasi di bidang ketahfidhan dengan dipadukan kurikulum pemerintah dan kurikulum kepondokkan.
“Tidak hanya di bidang katahfidzan saja, akan tetapi al-Mizan juga harus memiliki pondok cabang yang berkosentrasi di bidang bahasa,” katanya.
“Sehingga nanti ada al-Mizan pusat (reguler), ada sl-Mizan cabang khusus tahfidz dan ada al-Mizan cabang khusus bahasa,” pungkasnya. (*)
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni