PWMU.CO – Nasyiah: Jangan sampai Kita Kehilangan Generasi karena Stunting. Ketua PWNA Jatim Aini Sukriah MPdI mengatakan hal itu dalam kegiatan “Bantuan Peningkatan Gizi”, yang diselenggarakan di SD Muhammadiyah 9 (SD Bahari) Surabaya, Ahad (8/8/21).
Kegiatan menyambut Milad Ke-93 Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur.dilakukan atas kerja sama Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA), Lazismu, dan Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Jawa Timur.
Sehari sebelumnya, kegiatan serupa dilakukan di Puskesmas Pegirian, Surabaya Sabtu (7/8/21). Kegiatan ini juga dilaksanakan Nasyiah—sebutan Nasyiatul Aisyiyah—di Kabupaten Lamongan, Ngawi, dan Kediri.
Menurut Anini Sukriah, Indonesia hingga saat ini masih tercatat sebagai negara dengan literasi gizi masyarakat yang rendah. Oleh karena itu upaya upaya peningkatan pengetahuan gizi masyarakat dilakukan dengan berbagai cara, baik melalui program-program dari Dinas Kesehatan maupun melibatkan unsur masyarakat lainnya.
“Dalam hal ini PWNA Jatim bekerja sama dengan Lazismu dan MPKU Jatim salurkan bantuan peningkatan gizi kepada 100 ibu hamil dan balita yang ada di wilayah Kecamatan Kenjeran dan Kecamatan Bulak Surabaya,” ungkapnya.
Saat pertemuan di SD Bahari itu Aini Sukriah meenjelskan dua hal penting. Pertama, terkait stunting. Dia menjelaskan stunting merupakan kekurangan gizi kronis pada balita yang disebabkan oleh kurangnya kecukupan gizi pada masa 1000 hari pertama kehidupan (HPK).
“Stunting berdampak pada kognitif yang lemah serta psikomotoriknya terhambat. Kesulitan konsentrasi yang berdampak pada terhambatnya pertumbuhan otak atau kecerdasan,” terangnya.
Anak stunting, sambung dia, juga mudah terjangkit penyakit degeneratif di masa dewasanya. “Di masa depan, anak stunting akan tumbuh menjadi manusia dengan kualitas SDM yang rendah,” ujarnya.
Aini mengatakan, selain kurangnya kecukupan gizi, stunting juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti praktik pengasuhan yang kurang baik dan kurangnya akses air bersih. Ia menambahkan, masyarakat saat ini masih banyak yang belum memahami betul gizi seperti apa saja yang dibutuhkan. Karenanya perlu pendampingan khusus untuk mengatasi hal tersebut.
“Pada kesimpulannya, pengetahuan terkait kecukupan gizi pada anak sangat diperlukan saat ini melihat fakta di lapangan masih banyak masyarakat yang belum memahami benar gizi apa saja yang diperlukan oleh anak-anak tersebut,” kata dia.
Maka. imbuhnya, perlu ada campur tangan dan kepedulian kita untuk mengatasi hal ini. Jangan sampai Indonesia kehilangan generasinya karena stunting.
Dampak Pandemi Covid-19
Kedua, Ani Sukriah menyampaikan soal kemiskinan akibat Covid-19. Menurutnya kebijakan PPKM yang diterapkan pemerintah dalam rangka menurunkan angka kasus Covid-19 berdampak pada penyusutan pendapatan masyarakat.
“Namun (kita) tidak bisa hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah karena masih banyak aspek yang dibutuhkan masyarakat khususnya menengah ke bawah tersebut yang belum tersentuh,” ujarnya
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah, karena dalam beberapa aspek kebutuhan khususnya masyarakat menengah ke bawah masih ada yang belum tersentuh. Misalnya ya terkait kecukupan gizi balita ini,” tabah dia..
Kegiatan dihadiri oleh warga dan perwakilan Puskesmas Kenjeran itu juga diwarnai dengan pertunjukan dongeng oleh Ketua Departemen Organisasi PWNA Jawa Timur Tazkiyatunnafsi El-Hawa SPd. (*)
Penulis Ridia Septiria Editor Mohammad Nurfatoni