PWMU.CO– Pembuatan biokompos menjadi salah satu program Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya di Dusun Kampung Kelurahan Pucung, Kecamatan Balongpanggang, Gresik.
Bertempat di balai dusun setempat, mahasiswa KKN UMSurabaya ini memberi panduan warga yang mayoritas petani cara pembuatan biokompos dari sampah, Selasa (24/8/2021).
Abdullah Haris Almuzakki, mahasiswa KKN, menjelaskan, program pembuatan biokompos atau yang populer disebut pupuk bokashi dibuat karena daerah di sini merupakan sawah tadah hujan yang kurang subur. Musim kemarau mengalami kekeringan. Petani kekurangan pupuk dan air.
”Harga pupuk yang mahal menjadikan biaya produksi tak sebanding dengan hasil panen,” kata dia setelah berbicara dengan petani setempat. ”Pembuatan pupuk biokompos menjadi pilihan karena harganya murah. Bahan-bahan dari sampah dapur atau daun dan jerami yang kering,” tambahnya.
Yasin, warga setempat, menuturkan, kekeringan sudah menjadi permasalahan tiap tahun di Dusun Kampung. Ditambah dengan kekurangan pupuk karena mahal harganya membuat petani semakin khawatir dengan kondisi lahan pertanian,” tuturnya.
“Apalagi sekarang kondisi pandemi Covid-19 ada PPKM membuat warga dusun kesulitan ekonomi karena penghasilan berkurang,” lanjutnya.
Dengan permasalahan tersebut, mahasiswa KKN Universitas Muhammadiyah Surabaya mengenalkan pembuatan pupuk kompos organik dengan memanfaatkan limbah sampah. Sampah bisa berupa sisa makanan seperti nasi, sayuran, buah-buahan atau dedaunan kering dan jerami.
Cara Pembuatan Biokompos
Setelah warga berkumpul di balai dusun, mahasiswa KKN yaitu Abdullah Haris Almuzakki, Ahmad Fauzan Hamid, dan Ahmad Fatwa Bariri membawa bahan pupuk. Sampah yang dipakai dedaunan kering, sayuran, dan nasi. Juga membawa cairan EM4. Tempat pupuk memakai tong plastik.
Dia menjelaskan, sampah kalau bisa dihancurkan dulu. Kemudian larutkan EM4 dengan air. EM4 merupakan bakteri untuk menghancurkan sampah dalam proses fermentasi. Sebenarnya perlu molase atau tetes tebu. Karena harganya mahal bisa digantikan dengan nasi yang juga mengandung gula. Fungsinya sebagai makanan bakteri.
Cara membuatnya, sambung dia, tuangkan larutan EM4 ke dalam sampah secara merata. Setelah biasanya merata dibiarkan agar terjadi fermentasi. Tunggu selama 40 hari. Agar fermentasi merata tiap pekan sampah perlu dibolak-balik.
”Pembuatan biokompos ini tidak memakan banyak biaya, sehingga cocok untuk masyarakat pedesaan. Juga menyelesaikan sampah yang mengotori lingkungan,” ujarnya.
Dengan program pupuk kompos organik ini, kata dia, dapat membantu mengatasi permasalahan petani di dusun ini secara mandiri.
KKN mahasiswa UMSurabaya di Dusun Kampung terdiri 11 peserta. Berlangsung pada 29 Juli-28 Agustus 2021. Mereka tidak menginap di desa. Acaranya terjadwal. Datang ke lokasi KKN dua kali sepekan. Berkegiatan dari pukul 8 pagi sampai 18.00. (*)
Penulis Ayu Lisa Nia Efendi Editor Sugeng Purwanto