PWMU.CO – Jadilah generasi high tech, high touch. Yakni generasi yang memiliki kemajuan atau kecanggihan teknologi dengan mengedepankan sentuhan moral dan nilai kemanusiaan yang tinggi pula.
Hal tersebut disampaikan Athiful Khoiri dalam Webinar Literasi Digital Nasional 2021 (Indonesia Makin Cakap Digital) yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Jawa Timur, Rabu (25/08/2021)
Dalam webinar yang digelar dengan tema “Cara Ampuh Memaksimalkan Potensi di Digital World” itu, hadir sebagai Key Opinion Leader Anggely Emitasari, Kepala Desa Kedungkempul, Kecamatan Sukorame, Kabupaten Lamongan.
Sedangkan bertindak sebagai narasumber lain adalah Ir Andre Parvian Aristio MSf (Peneliti dan Dsen ITS Surabaya), Aulia Siska SSos (CFO Digital Solusi Entrepreneurship dan Master Mentor Sigap UMKM Pandu Digital) dan Andy Ardian SP (Program Manager ECPAT Indonesia).
Athiful menuturkan, akhir-akhir ini, bisa dikatakan, dakwah sedang mengalami signifikansi, baik dalam skala sebagai sebuah aktivitas ataupun ilmu.
“Salah satu penyebabnya adalah, terjadinya perkembangan yang luar biasa dalam bidang teknologi komunikasi. Pengaruh teknologi komunikasi di satu sisi bisa sebagai media dakwah, tetapi di sisi lain juga bisa menjadi sebuah trendsetter (penentu) keberhasilan dakwah,” terangnya.
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta itu menuturkan, mengingat begitu potensialnya peran media (teknologi) dalam dakwah, maka sebagai salah satu misi Islam, sudah seharusnya mulai menyapa para khalayak melalui media-media mutakhir.
“Di antaranya dengan apa yang dikenal dengan istilah new media yang ditandai dengan lahirnya internet, virtual reality, realitas maya, atau cybercommunity, sebagai akibat langsung dari perkembangan teknologi telematika,” ucapnya.
Tiga Tingkat Pengaruh Teknologi
Mengutip pendapat Yasraf Amar Pilliang, Athiful mengatakan, perkembangan teknologi cyberspace telah melahirkan berbagai macam perubahan yang ditandai dengan tiga tingkat pengaruh.
“Pertama, dalam tataran individual. Kedua, di tingkat antar-individual, dan ketiga dalam ranah sosial masyarakat,” tuturnya.
Pada tingkat individu, menurutnya, cyberspace menciptakan perubahan mendasar terhadap pemahaman tentang identitas.
“Misalnya dengan cara memasang yang sudah diedit, dengan mudah yang bersangkutan membangun konstruksi baru tentang dirinya yang pada dasarnya berbeda dengan kehidupan di dunia nyata,” paparnya.
Kedua, pada tingkat interaksi antarindividu, menurutnya, kehadiran cyberspace melahirkan semacam deterisosialisasi sosial.
“Artinya interaksi sosial tidak dilakukan di dalam suatu ruang teritorial yang nyata, tetapi di dalam suatu halusinasi teritorial,” ucapnya.
Adapun ketiga, pada tingkat komunitas, kehadiran cyberspace dapat menciptakan model komunitas demokratik dan terbuka.
“Di dunia maya tidak terhindarkan munculnya semacam demokrasi radikal, berupa ide, gagasan, ekspresi, hasrat, tuntutan, kritik, usulan, dan segala bentuk tindakan sosial yang datang dari masyarakat sipil,” ungkapnya.
Oleh karena itu, menurutnya, kemajuan dan kecanggihan teknologi mesti dikendalikan oleh sentuhan moral dan nilai-nilai kemanusiaan yang juga tinggi pula.
“Kita harus makin cakap dalam bermedia sosial. Jadilah generasi high tech, high touch, bukan sebaliknya,” tandasnya.
Di akhir paparannya, Athiful mengajak peserta untuk selalu berhati-hati dan waspada dalam bermedia sosial, mengingat bangsa kita adalah bangsa yang menjunjung tinggi budaya adiluhung.
“Marilah kita cakap digital, arif dalam bermedia sosial, di mulai dari diri kita sendiri,” pungkasnya.(*)
Penulis Fikri Wildan Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni