Vaksin Merah dan Merah Putih oleh M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan
PWMU.CO– Urusan vaksin menjadi genggaman Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan. Apalagi dikaitkan dengan urusan investasi. Alih-alih mendorong berkembang industri vaksin dalam negeri, Luhut malah memproklamasikan akan berdirinya pabrik vaksin kerja sama dengan China di Indonesia pada tahun 2022. Belum jelas apa perusahaan Chinanya, yang jelas nama vaksin itu mRNA.
Bagaimana nasib Vaksin Nusantara dan Vaksin Merah Putih karya anak-anak bangsa? Meski basa-basi akan tetap dikembangkan, namun tidak ada bukti pemihakkan. Nyatanya prioritas justru kerja sama dengan China untuk mendirikan pabrik. Ini sama saja dengan membunuh vaksin dalam negeri. Bagaimana nanti persaingan produksi dalam pemasaran dan pengembangan?
Vaksin China baik Sinovac maupun Sinopharm termasuk vaksin yang paling diperbincangkan efikasinya dibanding Pfizer, Johnson & Johnson, Astra Zeneca. Di masyarakat pun banyak yang mempertanyakan dan meragukan. Jika saja tidak ada pemaksaan mungkin orang banyak yang akan melakukan pilihan.
Terlepas dari persaingan politik dan bisnis vaksin asing, putra-putri bangsa kita sendiri terus berusaha berinovasi membuat vaksin Covid-19. Vaksin Nusantara yang dipelopori dr Terawan, mantan Menkes, mulai diminati. Turki konon memesan 5,2 juta dosis. Bahkan Turki menawarkan menjadi lokasi uji klinis fase 3 Vaksin Nusantara.
Vaksin Merah Putih juga terus diteliti di Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Bandung dan Universitas Airlangga Surabaya. Vaksin produksi dalam negeri ini harus diproteksi oleh pemerintah sehingga terjamin baik pemasaran maupun pengembangannya. Investasi dari manapun selayaknya diarahkan pada kemandirian vaksin kita sendiri. Merah putih adalah kobaran nasionalisme melalui vaksinasi.
Kini Luhut justru berpaling ke China. Memang ia koordinator urusan China-Indonesia. Tetapi Luhut bukan segalanya sehingga penentuan tidak boleh dilakukan sendiri. Apapun posisinya, Luhut hanya salah satu dari menteri Kabinet Jokowi. Ini bukan negara Luhut, tetapi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lebih jauh rakyat harus terlibat untuk ikut mempertimbangkan.
Ataukah bangsa dan rakyat Indonesia harus mengambil keputusan sendiri yakni tolak vaksin Luhut-China dan pilih vaksin Nusantara atau Merah Putih?
Ini bangsa yang merdeka, mandiri, dan berdaulat. Jangan jual negara ini kepada asing dengan dalih pandemi. Luhut bukan Louis XIV yang dahulu menyatakan di depan parlemen Prancis, ”L’etat c’est moi.” Negara adalah aku! (*)
Bandung, 26 Agustus 2021
Editor Sugeng Purwanto