15 Tahun Majalah Matan: Menginsipirasi dan Mencerdaskan, oleh Biyanto, Guru Besar UIN Sunan Ampel dan Pemimpimpin Umum Matan.
PWMU.CO – Agustus merupakan bulan kelahiran Majalah Matan. Tepatnya, Agustus 2006 silam. Saat itu, terjadi diskusi intensif mengenai pentingnya pengembangan dakwah Muhammadiyah melalui majalah.
Diskusi melibatkan sejumlah pentolan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim periode 2005-2010. Di antara yang terlibat secara intensif berdiskusi adalah Prof Syafiq A Mughni (Ketua PWM), Nur Cholish Huda (Wakil Ketua PWM), Nadjib Hamid (Sekretaris), Imam Sugiri (Bendahara PWM), dan Tamhid Masyhudi (Wakil Sekretaris PWM).
Diskusi awal dari tokoh-tokoh tersebut menyepakati sistem pengelolaan, nama, dan visi majalah. Nama yang disepakati adalah Matan. Kata matan sendiri populer dikenal dalam ilmu hadits. Matan berarti materi atau teks hadits, berupa ucapan, perbuatan, dan takrir yang terletak setelah sanad terakhir.
Dengan kata lain, matan dipahami materi, isi, atau inti dari hadits Nabi Muhammad SAW. Dengan nama Matan, majalah ini diharapkan dapat memberi informasi memadai tentang substansi atau spirit dakwah keislaman ala Muhammadiyah.
Pada tahap selanjutnya, diskusi kemudian melibatkan calon pengelola majalah Matan periode awal. Di antaranya adalah A Fatichudin (wartawan senior) dan Prof Imam Robandi (Guru Besar ITS dan Ketua Majelis Dikdasmen PWM Jatim).
Diskusi tahap ini merumuskan visi majalah Matan, yang terangkum dalam tagline: ‘Inspiratif dan Mencerahkan’. Dengan tagline ini, Matan diharapkan menjadi media Muhammadiyah untuk mendakwahkan paham Islam berkemajuan dan kegiatan persyarikatan yang inspiratif sekaligus mencerahkan.
Tim pengelola periode awal juga berkomitmen untuk menjadikan Matan sebagai majalah bulanan yang secara resmi diterbitkan PWM Jatim. Komitmen ini penting supaya keberkalaan penerbitan Matan terjaga dengan baik. Dengan begitu, terbitan pertama Matan tidak sekaligus menjadi terbitan terakhir. Peringatan ini penting karena banyak majalah yang semangat terbit perdana, tetapi gagal menjaga keberlangsungan. Akibatnya, majalah itu menjadi almarhum sebelum berkembang.
Pasang Surut Matan
Harus diakui, tidak mudah mengembangkan Matan pada periode-periode awal. Hal itu terutama terkait dengan dukungan pelanggan. Pada periode awal ini majalah ini mengandalkan anggota pimpinan persyarikatan dan mereka yang bekerja di amal usaha Muhammadiyah (AUM).
Dukungan pelanggan yang umumnya memiliki hubungan emosional dengan Muhammadiyah ini menjadikan Matan dikenal sebagai majalah komunitas. Kesan ini tidak salah karena basis pelanggan Matan memang keluarga besar persyarikatan atau mereka yang secara emosional memiliki irisan dengan Muhammadiyah.
Label majalah komunitas justru positif karena Matan sekaligus menjadi media untuk mengonsolidasikan program, kegiatan, dan kebijakan persyarikatan. Dalam perkembangannya, di bawah sentuhan pelopor dakwah media Muhammadiyah Jatim, yakni Nadjib Hamid, Matan mengalami kemajuan signifikan. Pelanggan Matan pada kurun 2010-2015 bisa menembus angka nyaris 10.000.
Spirit yang diusung Nadjib Hamid tidak semata-mata menjadikan Matan sebagai unit bisnis dengan tekanan pada keuntungan ekonomi. Lebih dari itu, Matan juga memiliki dimensi dakwah dan sosial. Itu berarti tidak semua eksemplar terbitan Matan mesti dikonversi dengan rupiah.
Daerah-daerah tertentu yang minus, tetapi memiliki semangat mendakwahkan Muhammadiyah diberi imbalan berlangganan Matan dengan skema membayar jika mampu.
Aspek sosial dalam pengelolaan Matan model ini memang tidak menghadirkan keuntungan secara bisnis. Namun, harus diakui bahwa melalui strategi ini pembaca Matan terus naik. Apalagi secara berkala Matan juga dikirim secara cuma-cuma ke Pimpinan Pusat dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah se Indonesia.
Tidak ketinggalan, Matan juga dikirim ke sejumlah perpustakaan kampus negeri dan perguruan tinggi Muhammadiyah. Mitra Muhammadiyah di pemerintah, konsulat jenderal negara sahabat di Surabaya, dan swasta juga rutin mendapat kiriman ini.
Sejak 2015 Matan dirancang untuk dikelola secara lebih profesional. Matan yang sejak kelahirannya banyak berhutang budi pada kegigihan Nadjib Hamid juga harus mendapat sentuhan dunia bisnis. Untuk itulah, PWM periode kepemimpinan Dr M Saad Ibrahim memutuskan pengelolaan Matan diserahkan pada PT Daya Matahari Utama (DMU).
Harapannya, di samping tetap menjalankan misi sebagai majalah dakwah persyarikatan dengan jiwa sosialnya, Matan juga menjadi unit bisnis PT DMU. Sayang sekali kehadiran PT DMU dalam manajemen Matan mendapat tantangan menguatnya media online. Kehadiran media online diakui atau tidak telah menggerus semua bisnis media cetak. Tidak terkecuali Matan. Dampaknya, pembaca Matan mengalami penurunan.
Strategi Baru
Di tengah tantangan tersebut, sang Pemimpin Umum Majalah Matan, Nadib Hamid, berpulang ke hadirat Allah SWT, pada 9 April 2021 lalu. Nadjib meninggalkan kenangan yang membanggakan bagi majalah kebanggaan PWM Jatim. Tidak tanggung-tanggung, Nadjib seolah menjadi garansi keberlangsungan penerbitan dan pengembangan Matan hingga usianya nyaris 15 tahun (Agustus 2016-Agustus 2021).
Sebagai pengganti almarhum di Matan, penulis bersama tim pengelola dan PT DMU berusaha untuk mencari formula jitu mengembangkan majalah ini. Salah satu terobosan yang dilakukan adalah menerbitkan Matan dalam dua versi, yakni edisi cetakan dan platform digital.
Dua edisi ini diharapkan memiliki segmentasi pembaca masing-masing. Untuk edisi cetak, pembaca tetap dapat membaca Matan pada setial awal bulan. Sementara edisi platform digital dapat diakses secara elektronik melalui laman: www.majalahmatan.com.
Strategi ini dipilih untuk menaikkan pembaca setia Matan. Jika pembaca semakin banyak, pada saatnya diharapkan juga berdampak pada kenaikan iklan majalah ini. Dengan mengandalkan penghasilan dari jasa iklan, maka harga edisi cetak dan platform digital akan semakin ditekan.
Bahkan secara ekstrem sempat terpikir di internal pengelola Matan, jika jasa iklan telah melampaui biaya yang dibutuhkan, maka majalah ini bisa diakses secara gratis. Bukan hanya oleh warga persyarikatan, melainkan juga pembaca pada umumnya. Dengan demikian, secara otomatis Matan akan beralih dari majalah untuk kalangan sendiri menjadi untuk umum.
Akhirnya, diucapkan selamat merayakan hari ulang tahun (milad) ke-15 untuk majalah Matan, yang akan digelar pada Sabtu, 28 Agustus 2021 di kantor PWM Jatim. Ibarat usia manusia, umur 15 tahun itu tergolong remaja. Usia yang mengharuskan banyak belajar dengan terus berkreasi dan berinovasi.
Semoga Matan semakin siap menyongsong tantangan zaman. Dengan demikian, eksistensi majalah ini dirasakan manfaatnya sebagai bacaan yang inspiratif dan mencerahkan. Semoga!
15 Tahun Majalah Matan: Menginsipirasi dan Mencerdaskan: Editor Mohammad Nurfatoni