PWMU.CO – Tahfidh Quran, Baca Kitab Kuning, dan Prestasi Internasional Ada di Sekolah Gratis Ini. Yaitu SMP Muhammadiyah 13 Campurejo, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik—atau yang populer dengan sebutan Hamas School.
Kepala Hamas School Nurul Wakhidatul Ummah SKom mengutarakan keunggulan sekolahnya itu saat Majelis Dikdasmen PDM Gresik memberikan kesempatan kepadaunya untuk mengimbaskan praktik terbaik (best practice) pengelolaan sekolah dalam acara rapat koordinasi yang dihadiri Majelis Dikdasmen PCM dan Kepala Sekolah Muhammadiyah se-Kabupaten Gresik secara virtual, Kamis (26/8/21).
Fidah, sapaan Nurul Wakhidatul Ummah menyampaikan, saat awal berdirinya tahun 2017, Hamas School tidak punya gedung. Kegiatan belajar mengajar dilakukan di Masjid Al Ikhlas lantai dua.
“Kita pinjam TPA untuk pembelajaran pagi di men-sket (membuat ruang-ruang) lantai dua masjid. Alhamdulillah setelah empat tahun berjalan ini telah berdiri gedung baru tiga lantai. Insyaallah mulai pekan depan kami akan membangun Islamic Center,” ungkapnya.
Fidah yang saat menjadi kepala sekolah baru berusia 24 tahun itu kemudian menyampaikan dinamika pengelolaan sekolahnya. “Menggerakkan tidak hanya di inovasi pembelajaran, tapi juga di pembiayaan, dan SDM (sumber daya manusia). Untuk mendapatkan SDM guru yang bagus, kita membutuhkan proses,” kata Fidah.
Soal pembiayaan Fidah mengungkapkan, bersekolah di Hamas School selama tiga tahun tak berbayar alias gratis yang meliputi baya pendaftaran, uang gedung, SPP, seragam dan sebagainya. “Semuanya gratis. Termasuk antarjemput gratis,” tuturnya.
Lalu dari mana sumber dananya? Secara diplomatis dia mengatakan, “Ketika menjalankan Hamas School, ternyata ketika kita berjalan di jalan Allah, Allah akan memberi rezeki kita dari jalan yang tidak disangka-sangka.” Dia mengaku banyak warga yang memberikan donasinya.
“Meskipun sekolah gratis, kita tidak ingin memberikan satu hal yang biasa. Tapi kualitas pendidikan yang luar biasa,” ucapnya.
Mencetak Generasi Quran
Fidah lalu menjelaskan bagaimana konsep pendidikan Hamas School yakni kecakapan menuju generasi Islam abad 21. Yaitu berlandaskan diniyah, islamiah, intelektual, muamalah amaliah yang dikemas melalui edutainment learning, skill learning, dan leadership learning.
Menurutnya, hal terpenting yang menjadi core sekolah adalah islami: fokus ke kontrol shalat, mencintai al-Quran, membaca rutin dan menghafalkan al-Quran dengan target minimal tiga juz. Ada juga kegiatan tadarus keliling, Quran Camp atau daurah.
“Alhamdulillah, anak-anak ada yang hafal delapan juz. Ada yang hafal enam juz. Motivasi menghafal al-Quran dari tuna netra. Ujian tahfidh sebagai prasyarat ujian,” ungkap Fidah.
Dia menambahkan, untuk kegiatan diniah ada menngaji kitab gundul (kitab kalsik bertuliskan Arab tanpa harakat atau dikenal juga dengan kitab kuning karena dicetak di atas kertas berwarna kuning).
“Targetnya siswa Hamas School bisa membaca minimal enam kitab kuning,” tutur alumni Teknik Informatika ITS tersebut.
“Pembelajaran di kelas saat normal ada guru dari internal dan guru tamu eksternal. Ketika pandemi kita lebih sering mengundang guest teacher dari manca negara secara daring. Bisa sebulan sekali dilakukan. Pembelajaran di luar kelas juga sering dilakukan,” tuturnya.
Untuk melatih kepedulian siswa digalakkan program filantropi. Menurutnya, dengan berbagi tidak malah habis tetapi insyaallah rezeki kita semakin banyak. “Benar terbukti ketika kita berbagi dengan siswa dan masyarakat yang membutihkan, maka rezeki semakin banyak mengucur. Semakin banyak donatur yang datang. Semakin mampu membangun sekolah,” ungkapnya.
Prestasi Sekolah
Nurul Wakhidatul Ummah menerangkan, meskipun sekolah gratis tetapi prestasi siswa sudah terukir dari tingkat kabupaten sampai internasional. “Terakhir kemarin siswa meraih prestasi internasional Gold Award Hongkong International Science Olympiade (HKISO). Semoga ke depan bisa membangun Islamic Centre dan Science Centre di Hamas School,” harap dia.
Dia juga menyampaikan, Hamas School menjamin sekolah lanjutan dengan cara cara bekerja sama dengan sekolah-sekolah lanjutan Muhammadiyah yang bagus di Gresik.
“Kami mengadakan study camp dan study expo dengan mengundang sekolah Muhammadiyah lanjutan yang bagus. Juga siswa ada kegiatan study visit ke SMA, SMK, dan pondok pesantren Muhammadiyah di Gresik,” tuturnya.
Menutup paparannya Fidah menyampaikan ucapan Sahabat Ali RA, “Didiklah anak-anakmu dengan pendidikan terbaik sesuai zamannya. Karena mereka dilahirkan di zaman yang berbeda dengan zamanmu,” ujarnya.
“Untuk itu di pendidikan ini kita tidak boleh stagnan. Harus mampu berinovasi agar tidak ketinggalan zaman. Pendidikan adalah cara terbaik mengangkat derajat seseorang,” imbuhnya. (*)
Penulis M Fadloli Aziz Editor Mohammad Nurfatoni