PWMU.CO – Untuk mendampingi perkembangan anak yang memasuki usia pubersitas, memang dibutuhkan pendekatan tersendiri. Seorang guru, ustadz, hingga orang tua harus bisa menempatkan diri tidak hanya sebagai “pengatur”, tapi juga harus menjadi tempat curhat. Karena itu, dibutuhkan kemampuan dan pendekatan yang cukup unik.
Totalitas pengasuhan itu diperankan oleh Rijal Fahmi, ustadz di Pondok Pesantren “Darussalam Muhammadiyah” Sidodadi, Paciran, Lamongan. Tak hanya mengawasi latihan persiapan akhir drum band para santrinya, ustadz yang akrab dipanggil Fahmi ini bahkan juga ikut nimbrung sebagai salah satu pemain drum band.
Seperti sore itu (11/12), seluruh kawasan Sidodadi sedang diguyur hujan. Hujan tak menghalangi para pasukan drum band “Taruna Melati” ini untuk berlatih serius. Apalagi keesokan harinya harus tampil di tempat lain, Perguruan Muhammadiyah Takerharjo, Solokuro, Lamongan. Karena itu, latihan yang sekaligus semacam “gladi bersih” itu harus tetap dilakukan, meski kondisi sedang hujan.
(Baca juga: Alquran Jangan Dikalahkan oleh Medsos dan Dari 3 Model Bertetangga yang Baik Ini, Anda Masuk Mana?)
Diantara sekian santri yang serius berlatih drum band, tersisip satu sosok non-santri yang juga sama-sama memegang alat drum band. Seperti para santri yang benar-benar pemain drum band, ustadz ini juga harus memegang alat musik.
Konsekeunsinya, tidak ada perlakukan istimewa untuk ustadz, termasuk harus mengikuti arahan mayoret –yang sebenarnya adalah santrinya. Begitu juga harus menyeleraskan gerak tubuhnya mengikuti gerak anak-anak didiknya saat mempraktikkan berbagai atraksi yang akan ditampilkan.
(Baca juga: Meski Hidup di Desa, Harus Tetap Waspada Narkoba)
“Memberi semangat kepada kami untuk berlatih dengan baik,” kata Khulafaur Rasyidin, salah satu santri anggota drum band Taruna Melati kepada PWMU.CO. Jika ustadz sedemikian semangat mendampingi, tutur Faur kepada Media Muhammadiyah Jatim ini, para santri yang didampingi juga bertambah semangatnya dalam berlatih.
Pendampingan sebenarnya bukan hanya dalam latihan drum band ini. Hampir dalam setiap kegiatan keseharian para santri, selalu didampingi ustadz. Bukan hanya dalam hal yang serius saja, bahkan saat olahraga pagi pun juga didampingi. Terlebih dalam kegiatan keagamaan seperti tahfidzul quran setiap selesai shalat fardlu jamaah, belajar malam, dan sebagainya.
Sebagai informasi, Pondok Darussalam Muhammadiyah Sidodadi ini memang usianya belum lama. Diasuh oleh trio almarhum KH Imron-KH Umri Hamid- H Khoirur Roziqin, pesantren ini kini “digawangi” 2 ustadz sebagai pengasuh keseharian siswa dalam beraktivitas di pesantren. Selain Fahmi yang berasal dari Desa Ngesong, Brondong, Lamongan, juga ada Dedi Darmawan yang berasal dari Palirangan, Payaman, Solokuro, Lamongan.
(Baca juga: Gagal Tampil di Milad, Drum Band KOKAM Tetap Semangat Hibur Puluhan Ribu Peserta di Luar Stadion)
Didirikan pada 6 tahun lalu, perkembangan pesantren yang menyatu dengan SMP Muhammadiyah 29 Paciran ini juga cukup menggembirakan. Jika awalnya menempel di masjid Darussalam, kini sudah punya bangunan tersendiri. Bukan hanya asrama tempat pemondokan, tapi juga lokal SMP Muhammadiyah 29 untuk menampung para santri.
Begitu juga perekembangan santri yang sekaligus siswa SMPM 29 ini juga cukup menggembirakan. Jika pada awal pendirian sekolah-pesantren ini hanya berisi 9 santri, kini jumlahnya sudah berlipat. Tidak kurang 130-an santriwan-santriwati yang terdaftar di pesantren sekaligus bersekolah di SMPM yang dikepalai oleh Khoirur Roziqin ini. (iqbal)
Discussion about this post