PWMU.CO – Seni dalam Islam dikupas oleh Ustadz Asep Setiawan SThI Mud dalam kegiatan Quran Day secara virtual melalui Zoom Cloud Meetings, Jumat (27/8/21).
Kegiatan ini diikuti seluruh siswa kelas X, XI, dan XII SMA Muhammadiyah 10 GKB Gresik (Smamio) dengan sangat antusias.
Dalam sambutannya Kepala Hari Widianto MPd menyampaikan kegiatan Quran Day sebagai bentuk layanan pendidikan yang islami karena di dalamnya berisi motivasi, pesan kebaikan, dan memberikan wawasan seputar al-Quran.
“Quran Day merupakan kegiatan yang luar biasa, sebagai bentuk sekolah memberikan layanan pendidikan yang islami dengan memberikan motivasi, pesan kebaikan, dan memberikan wawasan terkait al-Quran khusunya tema yang diambil saat ini yaitu seni dalam islam,” ujarnya.
Menurutnya, kemampuan membaca dan menafsirkan al-Quran harus diimplementasikan dengan baik agar menjadi lebih bermanfaat.
“Dengan adanya kegiatan ini kami berharap siswa Smamio bisa mengimplementasikan memiliki akhlaq yang baik sehingga bisa menyerap kegiatan Quran Day dengan baik dan mengimplementasikannya di kehidupan sehari hari,” tambahnya.
Koordinator Bidang Bina al-Quran, Tahfidh, dan Tarjim Smamio Hudzaifaturrahman SThI mengatakan, Quran Day kali ini mengangkat tema Seni dalam Islam sebagai upaya sekolah dalam membuka wawasan siswa agar mampu menyikapi seni secara bijak.
“Smamio memiliki banyak program pengembangan siswa salah satunya adalah Inspiration Class, dengan diangkatnya tema ini diharapkan dapat membuka wawasan siswa terhadap seni dalam islam dengan tetap semangat mengembangkan passion masing-masing tanpa melalaikan kaidah islam di dalamnya,” jelasnya.
Seni sebagai Fitrah
Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Asep Setiawan SThI MUd menjelaskan, Allah tidak membiarkan kita hidup di dunia begitu saja, akan tetapi Allah membekali hidup kita dengan fitrah dasar manusia.
“Menurut fitrah dan kodrat manusia, seni dan budaya itu ada dan melekat pada diri manusia sejak lahir karena manusia dibekali oleh Allah kemampuan akal budi (karsa, cipta, dan rasa) yang berwujud hati nurani, akal, dan perasaan,” ujarnya.
Asep menerangkan, berdasarkan Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM) yang merupakan hasil keputusan Muktamar Ke-44 di Jakarta tahun 2000 telah mengkaji adanya batasan kebolehan seni-budaya.
“Karya seni hukumnya mubah (boleh) selama tidak mengarah atau mengakibatkan fasad (kerusakan), dlarar (bahaya), isyyan (kedurhakaan/maksiat), dan ba’id ‘anilah (terjauhkan dari Allah),” terangnya.
Menurutnya, maka pengembangan kehidupan seni dan budayadi kalangan Muhammadiyah harus sejalan dengan etika atau norma-norma islam sebagaimana dituntunkan Tarjih tersebut.
Lanjutnya, seni rupa yang objeknya makhluk bernyawa seperti patung hukumnya mubah bila untuk kepentingan sarana pengajaran, ilmu pengetahuan, dan sejarah, serta menjadi haram bila mengandung unsur yang membawa ‘isyyan (kedurhakaan) dan kemusyrikan.
Menurutnya, seni suara baik seni vocal, instrumental, seni sastra, dan seni pertunjukan pada dasarnya mubah (boleh) serta menjadi terlarang manakala seni dan ekspresinya baik dalam wujud penandaan tekstual maupun visual tersebut menjurus pada pelanggaran norma-norma agama.
Di akhir materinya Asep berpesan bahwa Allah telah membekali diri kita hati dan indera sebagai sumber seni sehingga dengan berbagai bekal Allah ini kita mampu menjadi insan yang kamil (sempurna).
“Melalui karunia Allah dengan diturunkannya Rasul, di lingkungan kita dihadirkan ustadz-ustadzah dan orangtua yang tentunya membimbing kita ke arah kebaikan maka insyaAllah kita akan mampu membentuk umat yang baik, moderat, professional dan proporsional,” pesannya. (*)
Penulis Ririn Masfaridah Editor Mohammad Nurfatoni